🌷Kantin

581 103 97
                                    

Pagi ini aku berangkat lebih awal. Aku tidak ingin Ayah menyuruhku berangkat dengan gadis itu. Dengan langkah cepat aku bergegas turun tapi, sepertinya rencanaku gagal. Sebab mereka sudah duduk di ruang tengah sembari menungguku.

Aku menghela nafas pelan dan berlalu begitu saja, Ayah langsung memanggilku dan menyuruhku menunggu gadis itu. Dengan berat hati aku akhirnya menuruti perkataan Ayah.

Kami pun berangkat bersama, sungguh hari yang sangat sial untukku. Padahal matahari sedang cerah dan rasanya akan menjadi hari yang sangat baik tapi, seperti hal ini tidak berlaku untukku karena, gadis di sampingku ini.

"Di kampus nanti jangan ganggu gue atau ngomong sama gue, kita nggak kenal!" tegasku padanya.

"Loh? Kenapa? Gue calon istri lo."

"Gue nggak mengiyakan ucapan Ayah dan sampai kapanpun nggak akan!" dia menghela nafas kasar mendengar penuturanku itu.

"Apa karena gadis di foto itu? Dia pacar lo? Kuliah di sana juga? Kayanya gue harus ngasih tahu dia deh."

Aku menoleh mendengar ucapannya itu,"Jangan pernah lo sentuh cewek itu atau gue bakalan benci banget sama lo bahkan lebih dari ini!" ancamku. Dia hanya terkekeh dan itu membuatku bingung. Apa dia gila? Atau dia sedang memikirkan rencana busuk? Aku hanya menggelengkan kepalaku.

Beberapa saat kemudian, kami sampai di parkiran kampus. Aku langsung turun dan meninggalkannya, terserah kemana dia ingin pergi aku tidak peduli dan terus berjalan menuju kantin.

Aku melirik jam tangah hitam yang terpasang di pergelangan tanganku. Masih ada beberapa jam lagi sebelum pertemuan itu namun, kenapa hatiku begitu deg-degan?

Setelah sampai di kantin aku melihat Doyoung dan Kun duduk di tempat biasa kami. Aku kemudian menghampiri mereka. Seperti biasa semua mata para gadis tertuju padaku namun, aku hanya menatap datar ke depan tanpa berniat membalas senyum mereka.

"Tumben lo datang jam segini? Biasanya juga duluan lo datang daripada kita," tanya Doyoung.

"Nggak papa lagi ma-"

"Taeyong!" aku mendengar namaku di panggil dengan lantang. Karena, penasaran akupun menoleh begitupun dengan kedua temanku. Demi apapun aku ingin membunuh orang itu saat ini.

Dia, Natya, gadis yang memanggilku itu Natya. Dia kini berjalan ke arahku sambil tersenyum tanpa rasa bersalah sekalipun.

"Taeyong, lo kok ninggalin gue, sih?" tanya Natya dengan wajah kesalnya. Percayalah aku sudah menjadi pusat perhatian semua orang  di sana.

"Siapa, Yong?" tanya Kun.

"Nggak tau, fans mungkin."

"Taeyong! Aku kan calon istri kamu," aku menoleh cepat sambil menatapnya dengan tajam. Bagaimana bisa dia bilang seperti itu di depan umum.

"Jangan sembarangan kalau ngomong!"

"Nggak sembarangan kok. Ayah kamu sendiri yang jodohin kita ber-"

"DIAM! DAN PERGI!" aku membentaknya dengan suara lantang. Kini semua orang saling berbisik sambil menatapku dengan nanar aneh. Ah, sial! Aku kemudian bangkit dan berniat meninggalkan kantin namun, ketika aku ingin berbalik bahuku di pegang oleh seseorang. Aku menoleh dan ternyata itu Seulgi.

"Sorry, gue ganggu, ya?" tanyanya.

"Yong, siapa lagi?" tanya Kun heran.

"Eh, iya, kenalin gue Seulgi dari Fakultas Psikolog."

"Oh, jadi ini yang namanya Seulgi? Yang nabrak lo kemarin?" tanya Doyoung.

"Heheheh i-iya," aku bisa melihat Seulgi tertawa canggung dengan pertanyaan yang Doyoung berikan.

Rose [Lee Taeyong] ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang