🌷 Rumah Sakit

377 67 3
                                    

Mampus mampus mampus mampus mampus mampus mampus Mampus mampus mampus mampus mampus mampus mampus Mampus mampus mampus mampus mampus mampus mampus Mampus mampus mampus mampus mampus mampus mampus mampus mampus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mampus mampus mampus mampus mampus mampus mampus Mampus mampus mampus mampus mampus mampus mampus Mampus mampus mampus mampus mampus mampus mampus Mampus mampus mampus mampus mampus mampus mampus mampus mampus

















Setelah sampai di rumah sakit, aku membangunkan Seulgi. Di terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya. Aku membantunya turun dari mobil dan menuntunya masuk.

Dia berjalan menuju sebuah ruangan dimana terdapat seorang dokter laki-laki yang sepertinya sudah menunggu Seulgi.

Aku menunggunya di luar, bukan tidak ingin masuk hanya saja akan lancang jika aku berada di sana dan mendengarkan cerita mereka.

Beberapa saat kemudian Seulgi keluar bersama sang dokter. Aku bangkit dari dudukku dan menyambutnya. Dia hanya tersenyum dan memberiku isyarat untuk menunggu.

Aku kemudian mengikuti perintahnya dan duduk kembali di kursi tempatku semula.

Aku cukup lama menunggu hingga seorang suster datang dan aku bertanya padanya.

"Sus, maaf, tahu pasien atas nama Nabila Seulgi Cantika?" tanyaku.

"Oh, Nona Seulgi? Iya, saya tahu ada apa, Mas?"

"Kira-kira keluarnya masih lama?"

"Sekitar dua jam lagi, Mas karena kebetulan Nona Seulgi cuci darah," ujarnya. Aku terkejut, tadi gadis itu bilang dia hanya ingin Check up tapi, kenapa sekarang malah cuci darah? Apa separah itu ginjalnya?

"Kalau begitu, terimakasih, Suster," perawat itu hanya tersenyum dan mengangguk kecil kemudian kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda karena pertanyaanku.

Aku kembali duduk di sana menunggu Seulgi dan dokter tersebut. Kurang dari dua jam akhirnya mereka datang namun, Seulgi menggunakan kursi roda dan terlihat sangat pucat dari sebelumnya. Dia tersenyum ke arahku seperti tidak terjadi sesuatu.

Dokter kemudian mengantarnya masuk ke ruangan yang sudah di siapkan untuknya.

"Maaf apakah anda keluarganya? Saya baru pertam kali melihat anda," ujar Dokter tersebut.

"Ah, saya sahabatnya, Dok."

"Ah, begitu. Setelah cuci darah mungkin akan ada beberapa efek sampingnya seperti gatal pada bagian tubuh, nafsu makan yang hilang dan juga mual tapi,  itu tidak masalah," jelas sang dokter.

"Baik, Dok. Terimakasih," setelahnya dokter itu pergi dan meninggalkanku dengan Seulgi yang tengah tertidur. Dia pasti tidak akan masuk kuliah besok sebab dari yang aku tahu setelah melakukan pengobatan tersebut tubuh akan terasa sangat kelelahan.

Aku duduk di sampingnya, menatap ke arah gadis yang selama ini menjadi duniaku. Aku mengenggam jemarinya yang tak berdaya itu. Gadis ini dia bahkan terlihat cantik di saat seperti sekarang.

Rose [Lee Taeyong] ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang