🌷 Kemoterapi

259 48 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Pagi ini, aku dan kedua orang tuaku pergi ke rumah sakit. Sesuai dengan jadwal yang dokter berikan. Ini adalah kemoterapi pertamaku setelah operasi.

Natya sengaja tidak ikut, dia belum bangun dan aku menyuruh Bunda untuk tidak membangunkannya. Aku menghela nafas ketika sampai di basement rumah sakit.

Aku tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya. Apakah akan sesakit saat operasi atau malah tidak ada rasanya. Aku juga sudah mempersiapkan diri jika efek setelah kemo mulai menyerangku.

"Tuan dan Nyonya bisa tunggu di sini kami akan melakukannya sekarang," ujar dokter tersebut. Mereka kemudian membawaku dengan kursi roda masuk ke dalam sebuah ruangan.

"Kamu bisa menahannya ini mungkin akan sedikit sakit," perintah sang dokter. Kemoterapi di mulai.

Beberapa saat kemudian kurasa semuanya selesai. Aku merasa mual dan ingin memuntah segala isi yang ada di dalam perutku. Kata dokter ini hal yang wajar, ini efek dari kemoterapi yang aku lakukan.

Mereka kemudian memindahkanku ke dalam sebuah ruangan untuk beristirahat. Karena, ini pertama kalinya aku melakukan kemoterapi Dokter memperbolehkanku kembali beraktifitas besok.

"Dokter, kemarin rambut saya mulai rontok," ujarku memberitahunya. Dokter itu hanya terdiam sambil menatapku dalam. Aku tahu kemoterapi hanya memberikan sedikit jangka waktu untuk hidupku sebab ini sudah stadium akhir. Dan waktunya sudah terlambat untuk sembuh.

"Jangan banyak memikirkan hal lain rambut itu akan tumbuh kembali."

Ayah dan Bunda masuk ke dalam. Mereka tersenyum ke arahku dan aku tahu bahwa senyun itu bukan senyum yang selalu mereka perlihatkan untukku.

Bunda terlihat menahan air matanya ketika dia mengusap lembut rambutku. Aku hanya tersenyum namun, itu tidak bertahan lama karena, aku meminta wadah untuk memuntahkan segala isi perutku. Dan kalian harus tahu ini sangat tersiksa sekali.

Setelah kurasa cukup, aku kembali berbaring. Mukaku pucat, kepalaku sakit dan badanku melemah. Ini baru kemoterapi pertama tapi, rasanya aku sudah tidak sanggup.
Beberapa saat kemudian, Kun dan Doyoung datang. Ayah dan Bunda pun keluar untuk mencari makan karena, mereka memang belum sarapan sejak tadi.

"Lo nggak papa? Sakit nggak?" tanya Doyoung.

"Nggak kok. Besok gue udah bisa balik."

"Terus kapan lo bakalan kemo lagi?" tanya Kun.

"Minggu depan gue harus kemo lagi biar sel-sel kankernya mati."

"Alhamdulillah. Lo sembuh dong, Yong! Siapa coba yang bisa gue ajak debat kalau bukan lo? Siapa yang jadi inceran cewek-cewek kampus? Sembuh cepet biar kita gelud lagi," ucap Doyoung. Aku tersenyum mendengar penuturan sahabat kecil yang aku kenal sewaktu masih SD ini.

"Iya, gue sembuh kok ini gue udah dikemo juga kan. Percaya sama Taeyong."

"Iya, deh."

"Kun, gimana sama Seulgi?"

"Baik-baik aja kok. Dia nggak tahu kalau gue yang balas WA dia," tuturnya. Aku menghela nafas lega mendengar hal itu

"Yaudah minggu depan lo kaya gini lagi. Pokoknya dia nggak boleh tahu kalau lo yang balas WAnya."

"Yong, sampai kapan lo bakalan nutupin semuanya?" tanya Doyoung. Aku menoleh padanya dan tersenyum.

"Sampai gue udah sembuh, Doy."

"Tapi, kapan? Bisa aja Seulgi lebih dulu tahu bahkan ketika lo belum sembuh."

"Doyoung bener, Yong. Nggak ada jaminan ini bisa tetap dirahasiain apalagi sama Seulgi," timpal Kun. Aku tersenyum mendengar kekhawatiran kereka tapi, bagaimanapun aku akan tetap merahasiakan hal ini.

"Kalian percaya sama gue, ini nggak akan lama dan pernikahan itu nggak akan terjadi," Kun dan Doyoung hanya pasrah melihatku.

Aku memang egois tapi, ini demi kebahagian Seulgi aku tidak ingin dia mengetahui semuanya. Aku tidak mungkin sembuh bahkan waktu kematiankupun sudah cukup dekat sekarang.

Dan aku sudah menyiapkan itu semua. Aku sudah menyiapkan rumah sakit mana yang akan kudatangi jika waktunya tiba dan apa yang akan kulakukan untuk Seulgi.

Pertunangan itu tidak akan terjadi, tidak akan ada kisah Natya dan Taeyong. Yang ada hanya Kisah Arkana Taeyong Alvaro dan Nabila Seulgi Cantika. Meski hanya sedetik aku akan membuatnya mencintaiku bahkan disaat nafas terakhirku akan berhembus aku akan membuatnya memelukku dengan erat sambil berkata "Taeyong, aku mencintaimu."

Siang berganti malam, Kun dan Doyoung baru saja pulang. Bunda mengatakan kalau Natya ingin ke sini tapi, aku melarangnya. Aku tidak ingin melihat wajah gadis itu sehari saja. Aku ingin menghapusnya dalam hidupku, aku ingin otakku berpikir bahwa tidak ada gadis bernama Natya dalam hidup seorang pemuda bernama Taeyong.

Aku egois, aku egois untuk sekali saja. Aku tahu Natya menyukaiku dengan sangat tapi, aku tidak menginginkannya. Yang aku mau hanya Seulgi, sekali lagi hanya Seulgi bukan Natya, Sar atau orang lain. Aku hanya mencintai Seulgi setelah Bundaku.

Tuhan tolong sekali saja dengarkan doaku, dengarkan harapan anak laki-laki yang sebentar lagi akan berada di sisimu. Hanya kali ini dan aku tidak akan meminta lagi.

Jika dengan mengabulkan permintaanku hanya menimbulkan dosa maka aku siap untuk menerima hukumannya kelak. Aku siap membayar segalanya saat waktunya tiba. Kumohon sekali saja.

"Bunda, kalau aku nggak sembuh jangan lanjutkan pertunangan ini," pintaku. Bunda mengangguk sambil mengusap pelan pucuk rambutku.

"Bunda akan bicara dengan Ayah. Sembuh atau tidak pertunanganmu dengan Natya akan batal. Bunda janji itu," aku tersenyum mendengar ucapannya. Tanganku terarah untuk mengusap pipinya yang telah basah akibat airnya matanya.

Ini kali kedua Bunda menangis karena ku dan aku rasa aku terlalu jahat karena, telah membuatnya menangisiku.

Malam semakin larut, aku menyuruh Bunda untuk tidur karena, sudah seharian ini dia menemaniku dan dia pasti kelelahan.

Setelah Bunda tidur aku kembali melihat ke luar jendela. Langit masih sama, masih dipenuhi dengan bintang yang berkilau menghiasi langit malam.

Andai saja ada kehidupan kedua aku akan memilih menjadi bintang untuk memberi warna pada dunia setiap malamnya. Aku akan memberi mereka cahaya paling indah dan tak akan pernah menghilang.

Aku merasa malam ini sangat panjang dari biasanya. Apa karena aku tidak melihat wajah Seulgi seharian dan mendengar kabar? Sedang apa gadisku? Apa dia sudah makan atau disedang tidur sekarang? Aku merindukannya, benar-benar merindukannya.

Setelah puas melihat bintang malam ini, aku memutuskan untuk tidur lebih cepat agar aku bisa bangun lebih pagi dan pulang ke rumah. Orang pertama yang harus aku temui adalah Seulgi bukan Natya.

Aku kembali memandang langit ruangan ini, bayangkan akan masa itu kembali terbayang dikepalaku. Aku tidak takut dengan kematian, aku hanya takut meninggalkan Seulgi di dunia yang kejam ini.

Aku menghela nafas dan berusaha menetralisir pikiranku lalu menutup mata. Aku hanya ingin tidur tanpa rasa takut.

"Selamat malam."































Jangan lupa vote sama commenta ya
See u next part
Btw h-4 tamat nih xixixix

Rose [Lee Taeyong] ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang