WEDDING

61 4 0
                                    

satu pelayan memakaikan jas ke tubuh Dev dari belakang, hari itu mereka sudah memutuskan untuk menikah esok hari. Mungkin menurut orang pada umumnya, menikah dadakan itu merepotkan dan tidak mungkin terjadi tapi tidak dengan Dev, dia memiliki harta, benda dan jabatan, ibarat kata hanya menepukkan tangan, semua tersaji dalam satu kedipan, jadi untuk menikah bisa dengan mudah terlaksanakan.

Rumahnya di hias sedemikian rupa, Dev tidak menyewa dekor untuk dia dan Villia duduk tapi ruang tamunya di ubah,di belikan kursi mewah sebanding dengan kursi pengantin dan meja bundar tembus pandang. Dev sudah tampan dengan jas berwarna abu-abu di dalami kemeja putih, di padu dengan sepatu hitam dan dasi pita, tidak lupa di sakunya terselip bunga tulip.

Setelah selesai bersiap, Dev keluar dari dalam rumah di iringi Ken dan Denis di samping kanan dan kirinya, di belakang ada para warga bayaran yang di siapkan untuk mengantarkannya ke rumah Villia. Di sana, Dev yang mebiayai semuanya, karena yang menginginkan Villia adalah dirinya.

Karena jumlah yang mengantarkan Dev cukup banyak jadi, mereka terpisah, Dev bersama Ken dan Denis juga beberapa para warga di mobil warna merah sementara lainnya pembawa oleh-oleh, menaiki mobil berwarna biru. Dua mobil itu melaju pelan menuju tempat tujuan, Dev sibuk dengan penampilannya, dia membenarkan jas dan dasi yang menurutnya cepat berantakan.

"Udah ganteng itu, gak perlu di benerin lagi," ucap Denis memandangi Dev di belakangnya.

"Diamlah, jangan seperti anjing yang mengonggong," timpal Dev, dia terlalu risih dengan orang yang banyak mengoceh.

"Kan aku cuma mengutarakan pendapat, siapa tau Tuan Dev cocok," bantah Denis yang merasa benar.

"Bisakah mulut wanitamu itu diam, setidaknya jangan memberi pendapat tanpa di minta, jangankan Dev, aku saja geli mendengar ocehan kosongmu itu!" tegur Ken sambil melirik Denis sekilas.

Denis sudah kalah, dia terlalu di pojokin oleh kedua temannya, sekarang mulutnya diam karena tidak bisa berkata apa-apa lagi, atau kalau tidak bisa kena omel oleh Ken.

"Dev," panggil Ken sambil memandang ke luar.

"Hmm?" jawab Dev tanpa membuka mulut.

"Apa yang membuatmu, menyukai seorang Villia? Padahal jelas-jelas dia anak dari musuh kita," tanya Ken, salah satu telapak tangan menyapu rambutnya ke belakang.

"Karena dia pemberani, bawaanya santai dan tidak gampang panik, lagian dia juga anak mafia jadi bisa ikut campur dalam setiap hal," jawab Dev sambil menyentuh dasi yang sudah terpasang di kemejanya.

"Ya pesan dari aku, hati-hati aja karena Villia anak dari musuhmu, meski sudah minta maaf, yang namanya manusia bisa saja mengulangi kesalahan yang sama," tutur Ken, dia meletakkan salah satu telapak tangannya di atas pundak Dev.

"Iya, nanti jika Villia sudah pindah ke rumaku maka tingkat keamanan akan aku tingkatkan, jadi kalau pun dia mau balas dendam padaky atas ayahnya, dia gak akan visa  beraksi, karena semua  ada dalam kendaliku," timpal Dev membeberkan rencananya.

Lama menempuh perjalanan, akhirnya dua mobil warna merah dan biru itu sampai di teras rumah mewah. tidak melebihi luasnya rumah Dev tapi bisa di bilang seperti keraton, memiliki tiga tingkat dengan cat yang khas yaitu putih. Di sana ada sedikit ayup-ayup untuk pernikahan yang mengarah ke dalam rumah jadi tempat untuk pengantinnya ada di dalam rumah seperti di kediaman Dev.

Dev dengan gagah turun dari dalam mobil, dia berjalan memimpin barisan dengan di dampingi Ken dan Denis. Baru sampai di depan pintu, dia di pakaikan kalung dari rangkaian bunga sebagai ucapan selamat datang lalu melanjutkan jalan ke dalam. persekitaran di penuhi para tamu undangan yang sedang menikmati hidangan, Dev terus melangkah ke depan sampai di tempat untuk akad. Dia duduk di depan penghulu.

Dari arah kamar, Villia datang dengan dandanan yang sangat cantik, mewah dan elegan. Dia memakai gaun yang atasnya kebaya lengan panjang tapi sedikit corak dan tembus pandang, rok sedikit mekar untuk bagian bawah. Terlihat seperti ratu karena warna gaunnya putih apalagi dengan pelengkap mahkota di atas kepala yang gemerlap indah.

Dia bersama salah satu pelayan duduk di belakang tempat penghulu, jaraknya lumayan jauh tapi masih kedengeran bila akad berlanngsung.

"Saudara Devandri Anolda bin Jaxerstan saya nikahkan kau dengan anak saya yang bernama Villia Arentrana binti Axcelle Razy dengan mas kawin sepaket perhiasan emas, mobil dan satu aset perusahaan di bayar tunai!" ucap Axcel sambil berjabat tangan dengan Dev.

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Villia Arentrana binti Axcelle Razy dengan mas kawin tersebut di bayar tunai!" timpal Dev dengan lantang.

"Bagaimana para saksi, sah?" tanya Axcel pada para saksi yang ada di samping kiri dan kanannya.

"Sah," jawab oara saksi dan tamu undangan dengan kompak.

pak penghulu memimpin doa setelah akad berlangsung, Doa sudah di amini oleh semua yang berada di ruangan, Villia kembali berdiri, dia di antarkan pelayan untuk mendekati Dev yang sudah menunggu kedatangannya. Dengan perlahan-lahan Villia mencium pungung tangan Dev lalu Dev mencium dahi Villia, selanjutnya tanpa di perintah, Dev memakaikan cincin ke jari manis Villia begitu dengan Villia yang memasukkan cincin ke jari manis Dev.

Mereka berdua di foto beberapa kali oleh potografer terkenal yang di sewa, lalu mereka berboncengan tangan ke tempat yang sudah di sediakan tapi sebelum itu terlebih dahulu Dev dan Villia berganti baju ke dalam kamar. Mereka berganti pakaian adat jawa, Dev dan Villia berjalan perlahan-lahan menghampiri orang tua masing-masing yang sudah duduk di tempatnya.

Dev berlutut pada Axcel sementara Villia pada tante yang menggantikan ibunya, mereka menumpukan muka di atas tangan yang ada di pangkuan Axcel bagi Dev tapi bagi Villia di pangkuan tantenya.

"Maafkan jika aku hampir menghabisi nyawamu," ucap Dev lalu terdiam.

"Itu salahku, sekarang yang aku inginkan hanya engkau menjaga anakku dengan baik," tutur Axcel sambil membelai punggung Dev.

Villia dan Dev bertukar posisi lalu melakukan hal yang sama pada orang tua sewaan Dev. setelah acara sungkem, mereka duduk di tempat yang telah di sediakan, dekorasinya mengalahkan singgasana raja dan ratu, saking mewahnya sejenak setelah duduk,  pembawa acara mempersilahkan para tamu undangan untuk mengambil gambar dengan kedua mempelai.

Banyak yang meminta foto bersama bahkan hampir semua tamu membuat photografer kalangkabut mengambil gambar, semua pose telah di peragakan dan yang terakhir bersama orang tua masing-masing. Dev dan Villia kembali masuk ke dalam kamar, mereka berganti baju dansa karena acara penutup adalah dansa bersama pasangan masing-masing.

Villia memakai baju tanpa lengan dan bawahnya panjang tapi terbuka sedikit sampai bawah paha, rambutnya di gerai dengan warna coklat muda dan mahkota bunga yang hanya menempel di rambut depan sebelah kiri.  Dev memakai jas hitam di dalami kemeja hitam, sepatu dan dasinya pun hitam. Mereka kembali bergandengan tangan keluar ruangan.

Lampu di matikan, yang ada hanya cahaya kecil di sudut ruangan yang bisa berputar ke segala arah, seisi ruangan berdansa dengan pasangan masing-masing. Di sana juga di sediakan Alkohol bagi yang mengonsumsi.

                         Bersambung

THE LATTER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang