MUSUH

10 1 0
                                    

Pagi ini begitu cerah, Villia membuka gorden jendela, cahaya matahari yang naik sepenggala mulai masuk ke dalam ruangan, Dev yang masih tidur jadi terganggu, dia membuka kedua mata perlahan-lahan, Villia mendekati Dev dan duduk di tepi ranjang, dia tidak mengeluarkan sepatah kata hanya terdiam memandangi Dev, Dev dengan setengah kesadaran mulai duduk, dia menguap lebar dan di tutupi dengan telapak tangannya.

"Baby, kau menggangguku," ucap Dev, dia masih malas untuk bangun dari ranjang.

"Jangan terlalu siang bangunnya, nanti jadi malas!" Tutur Villia, dia menyunggingkan senyum lebar.

"No, aku hanya lelah," jawab Dev menggaruk leher yang tidak gatal.

"Sayang, ayo sarapan, aku buatkan sarapan spesial untukmu," ajak Villia sambil menarik salah satu telapak tangan Dev.

"Baiklah, aku akan menyusulmu," ucap Dev, dia perlahan-lahan bangun dari tempat tidur.

"Aku akan menunggumu," timpal Villia sambil berdiri, dia membelai dada Dev
dan kembali menyunggingkan senyum lalu berjalan keluar kamar.

Villia berjalan cepat, dia duduk di salah satu kursi ruang tamu, sambil menunggu Dev, dia menyiapkan bagian masing-masing dan menuangkan dua gelas sirup, setelah selesai, Villia kembali duduk di tempatnya, dari dalam, Dev datang tanpa memakai baju, dia hanya mengenakan celana pendek dengan handuk di lehernya, Dev duduk di depan Villia sambil menatap sarapan, kelihatannya enak, apalagi ini menu baru pada pagi ini, dia memandang Villia sekilas lalu mengambil sendok, Dev menyendok sarapan dan memasukannya ke dalam mulut.

"Apa kau menyukainya?" Tanya Villia yang penasaran.

"Its very delicious, aku sangat menyukainya," jawab Dev di sela-sela mengunyah, dia menghabiskan sarapan dengan beberapa sendok.

"Hari ini, aku mau berkumpul dengan teman-temanku, apa boleh?" Timpal Villia kembali bertanya pada Dev di depannya.

"Tentu Baby, aku sudah pernah bilang, kau boleh berkumpul dengan mereka," ucap Dev lalu meneguk segelas air putih sampai habis.

"Thank you, lain kali aku bakal buatkan sarapan yang lebih sepesial lagi untukmu," jawab Villia bersemangat.

"Really? Aku pasti cepat gemuk," timpal Dev menyunggingkan senyum, dia berdiri dari tempat duduk dan berjalan ke belakang kursi yang di duduki Villia lalu dia peluk dari belakang dengan erat.

Villia memegang lengan Dev sambil menyunggingkan senyum, dia berdiri lalu berbalik badan memeluk Dev, salah satu tangannya menyingkirkan kursi yang di duduki, dia meletakkan kepala di dada bidang milik Dev, tempat ternyaman bagi Villia untuk menyandarkan kepala, dia candu, makanya setiap kali di peluk dia selalu membalikkan badan.

Dev membopong Villia ke dalam kamar, dia duduk di sofa yang ada di sana dan meletakkan Villia di pangkuannya, Villia tidak bereaksi, hanya terdiam dalam dekapan Dev, rambut Villia masih terikat karena dia habis masak jadi dia membantu melepas ikat rambut yang menghalangi rambut indahnya.  

Setelah selesai menghabiskan waktu berdua, Villia turun dari pangkuan Dev, dia bilang akan berangkat bergabung bersama temannya sebentar lagi sambil memakai cardi dan tas kecil, Villia mencium punggung tangan Dev lalu berjalan keluar kamar.

Dev tidak mungkin melewatkan kesempatan ini, dia juga bersiap memakai jaket hitam dan menutupi kepalanya dengan penutup kepala jaket, memakai kacamata, masker hitam, terakhir sepatu hitam, untung Villia tidak pernah tau jika dia suka style hitam, yang dia tau hanya Dev suka warna gelap dan baju-bajunya sama sekali tak ada yang warna hitam.

Dev berjalan keluar kamar, dia melangkah perlahan-lahan agar tidak menimbulkan suara, di teras, nampak mobil Jhosua lagi yang keluar dari halaman rumah, Dev hanya menghela napas kasar, Jhosua selalu mendampingi Villia kemana pun membuatnya jadi iri sebagai suami, Dev menepukkan tangan, mobil bersiap di depannya, dia masuk ke dalam mobil bagian belakang.

Dev menyandarkan kepala di jendela, dia tidak habis pikir dengan Villia, bisa-bisanya selingkuh di belakangnya, apa mungkin anak dalam kandungannya adalah anak Jhosua, tapi itu tidak mungkin, Villia selama ini bersama dia setiap malam, jika pergi pun tidak pernah sampai pulang malam. Dev hanya menghela napas sambil membenarkan posisi duduk.

Setelah melewati sepanjang jalan akhirnya mobil berhenti, Dev turun dari mobil dan langsung berjalan masuk ke dalam markas secara perlahan-lahan, di luar ada mobilnya Jhosua, itu berarti mereka sudah sampai sini lebih dulu daripada Dev, Dev menyelinap masuk di ruangan yang dahulunya di pakai untuk  meperkenalkan dia  pada teman-teman Villia.

Di sana, ada teman-temannya Villia termasuk Jhosua dan Villia yang sedang berkumpul, mereka membicarakan sesuatu, Dev sembunyi di dalam kamar mandi yang ada dalam ruangan, dia harap tidak ketahuan.

"Mengapa kau bersama Jhosua? Apa Dev tidak ingin mengantarmu, hm?" Tanya Naiya yang duduk di atas bangku, dia tersenyum miring.

"Mungkin dia tidak ingin kau kuliti mentah-mentah," jawab Villia menyunggingkan senyum.

"Itu pasti dan akan terjadi meski sejauh apapun dia menghindar, Dev yang bodoh karena cinta itu pasti mudah di kalahkan," ejek Nera sambil mengepalkan tangannya.

"Bitch! Kau belum kenal siapa Dev anak manis!" Gumam Dev dalam batin.

"Jelas mudah, jangankan dengan kalian, aku saja bisa menghabisinya dengan kukuku," timpal Jhura dengan menunjukkan kukunya.

"Dev bukan bahaya, dia lemah! Kalian jangan pernah takut," ucap Jhosua memiringkan senyum.

"Ternyata kalian memusuhiku? Baiklah, kita akan bermain anak kecil," gumam Dev dalam batin.

Mereka berhambur keluar ruangan hendak membeli camilan, Dev membuka pintu kamar mandi perlahan, melihat ruangan yang sudah kosong, dia keluar dari kamar mandi dan membuka kaca matanya, untuk membalas omongan receh yang sudah mereka lontarkan, Dev akan memberi pelajaran supaya jera,dia kembali memakai kacamata, merusak kamera cctv lalu dia melempar meja ke dinding dengan satu tangan hingga patah, membalikkan kursi, menendang pintu kamar mandi sampai copot, menghancurkan pintu masuk, setelah puas, Dev langsung berlari keluar ruangan menuju teras.

Untung mereka pergi keluar jadi dia bisa leluasa melakukan apapun, mobil mereka yang terparkir di teras juga sudah tidak ada, tinggal mobilnya, Dev menepukkan tangan dan mobilnya mendekat, dia masuk ke dalam mobil bagian belakang dengan kepuasan, itu hanya pelajaran kecil buatereka yang suka meremehkan Dev, selanjutnya akan tetap ada, Dev ingin terus memantau mafia itu sampai mereka benar-benar hancur, dia tidak akan mengampuni sekali pun yang meminta pengampunan adalah Villia.

"Bermain dengan Dev adalah bermain dengan kematian," gumam Dev mengepalkan tangannya, dia memukul pintu mobil.

Di sela amarahnya, Dev tak sengaja melihat Alkohol di kantong kursi depannya, dia mengambil akohol itu dan meneguk perlahan sampai habis, setelah itu dia terkapar lemas di sandaran kursi dengan setengah kesadaran, tak lama, Dev tak sadarkan diri.

                       BERSAMBUNG

THE LATTER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang