Karena kejadian kemaren, Villia jadi sering menghubunginya, mengirim pesan dengan bertanya apa sudah makan atau minum, lagi sibuk tidaknya bahkan hendak membuatkan makanan untuknya tapi Dev menolak, dia harus memiliki rumah lain agar penyamaran menjadi Yosep lebih meyakinkan, bisa saja teman mafia atau Villia datang ke rumah secara tiba-tiba dan mengetahui kebenarannya, selesai sarapan, Dev seperti biasa di antar Villia sampai teras, Villia mencium punggung tangannya lalu dia mengecup pucuk kening.
"Bawakan aku buah, aku ingin mewarnai makan sehatku dengan memakan buah," ucap Villia yang mulai menerapkan gaya hidup sehat untuk bayi di dalam kandungannya.
"Baiklah, apa ada yang kau inginkan lagi?" Jawab Dev, dia berusaha menjadi suami yang baik di depan Villia.
"No, cepat pulang ya bila kerjaanmu telah selesai," tutur Villia meletakkan kedua telapak tangannya di dada Dev.
"Tentu, aku tidak bisa jauh darimu, baby," timpal Dev berucap manja lalu menyunggingkan senyum.
"Kau terlalu memujiku sayang," ucap Villia, dia kembali menyunggingkan senyum lebar.
Dev menepukkan kedua telapak tangan, mobilnya di halaman mendekat, dia masuk ke dalam mobil bagian belakang sambil melambaikan tangan ke arah Villia, dari kaca jendela, Villia terlihat membalas lambaian tangannya. Hari ini Dev tidak akan ke kantor, dia ingin mencari rumah untuk memperkuat penyamaran dan mencari buah untuk di bawa pulang, dia menyandarkan kepala di kaca jendela mobil, ternyata Villia mudah tertarik dengan orang baru, sifat tidak baik ini harus di hentikan agar tidak menjadi kebiasaan, untung yang menjadi Yosep adalah dia jadi sebut saja dia dan Villia jatuh cinta lagi.
Dia menepis dahi sambil menyunggingkan senyum, jika Villia benar- benar jatuh cinta padanya maka cintanya selama ini terbalas, meski Villia membalas cintanya melalui Yosep, tetapi sama saja, jatuhnya pada dia. Hal ini membuat Dev teringat saat dia pertama kali bertemu dengan Villia, di situ, dia yang di kuasai amarah masih bisa merasakan cinta karena sikap Villia yang pemberani dan memiliki paras sempurna hingga akhirnya memberi kesempatan, Dev mengangkat kepala dari jendela, dia mengambil sebotol soda di saku kursi depannya lalu meneguk sampai habis.
Kesempatan yang di berikan Dev bukannya di manfaatkan dengan baik malah di gunakan untuk balas dendam oleh Villia, itu membuat dia sangat kecewa, wanita pilihannya begitu buruk, tapi mau bagaimana, semua sudah terjadi dan untuk merendam kekecewaanya, Dev mulai menyelidiki tentang Villia mulai saat itu. Mobil berhenti di teras sebuah rumah yang jaraknya tidak jauh dari rumah Dev, dia memakai rambut palsu dan kaca mata sambil turun dari dalam mobil, rumah pilihan sopirnya tidak terlalu buruk, dia kan hanya menyamar jadi tidak masalah bila hidupnya sederhana.
Dev masuk ke dalam rumah itu, di sana, dia di sambut ramah oleh pemilik rumah yang akan di sewa, ada banyak makanan di atas meja ruang tamu, Dev rasa ini sambutan yang meriah, dia duduk di salah satu kursi setelah di persilahkan oleh pemilik rumah, mereka terlihat sangat senang akan kedatangan Dev mengecek rumahnya.
"Kami akan merasa terhormat bila tuan Dev berkenan menikmati makanan yang kami hidangkan," ucap salah seorang pemilik rumah.
"Tentu, aku juga belum sarapan," jawab Dev beralasan untuk menghormati kedua pemilik rumah itu.
"Silahkan tuanku, semoga kau menyukai masakanku," timpal pemilik rumah wanita sambil meletakkan seporsi sarapan di meja depn Dev duduk.
"Thank you, aku pasti menyukainya," ucap Dev menyunggingkan senyum lebar.
"Maaf tuanku, bisakah tuanku memperkenalkan diri pada kami," jawab pemilik rumah yang laki-laki.
"Namaku Yosep Ragenta, aku baru datang dari luar kota dan memutuskan untuk menetap di sini, jika masalah rumah, kalian tenang saja, besok saya akan bawakan uang cash untuk membeli rumah kalian," timpal Dev lalu memasukkan sesendok sarapan ke mulutnya.
"Baiklah, kenalkan saya Zeinald dan istri saya Rasyora, kami senang bertemu dengan tuan," ucap Zeinald mengulurkan tangan ke arah Dev dan Dev membalas uluran tangannya.
Mereka sarapan tidak menghabiskan waktu tiga puluh menit, jadi sekarang, Rasyora sudah menumpuk piring bekas sarapan di tengah meja, Dev meneguk segelas air putih dan membersihkan mulut dengan tissue, dia berdiri dari tempat duduk hendak melanjutkan jalan melihat seisi rumah.
"Tuan Zeinald, bisa temani aku melihat isi rumahmu?" Pinta Dev pada Zeinald yang masih suduk di tempatnya.
"Tentu," jawab Zeinald sambil berdiri.
Keduanya mulai berjalan ke dalam meninggalkan Rasyora sendiri di ruang tamu, di sepanjang berjalan, Zeinald tidak henti-hentinya berbicara, dia mengenalkan setiap ruangan pada Dev yang ada di sampingnya, sementara Dev hanya menanggapi dengan anggukan kepala, terkadang menggumamkan kata iya berulang kali, sebenarnya dia sangat malas jika tau akhirnya akan begini, tapi kalau tidak mengajak Zeinald selaku pemilik rumah, terkesan sangat tidak sopan.
Di tengah berjalan, Dev meminta izin pada Zeinald untuk pergi ke kamar mandi, tapi tidak ada jawaban dari Zeinald sampai akhirnya mereka berhenti di depan lorong, Zeinald bilang bahwa kamar mandi ada di dalam lorong itu, Dev tinggal berjalan lima langkah lalu berbelok ke kiri, karena telah mendapat petunjuk dari Zeinald maka Dev menganggukkan kepala pertanda mengerti, dia masuk ke dalam lorong yang gelap gulita itu lalu berbelok ke kiri sesuai petunjuk, di sana benar ada pintu, Dev membuka pintu kamar mandi dan kembali menutupnya rapat.
Entah mengapa Dev merasa tidak aman dalam rumah ini,dia mengambil ponsel dalam saku jas dan memencet nomor Denis, lalu menempelkan ponsel di telinganya.
"Kau sudah lama tak menghubungiku, apa kau merindukanku, hm?" Tanya Denis dalam telpon dengan asal bicara.
"No! Belikan aku buah dan tunggu aku di teras rumah, ingat! Jangan sampai Villia tau keberadaanmu," jawab Dev sedikit berbisik sambil memandang sekitar.
"Oke, aku akan laksanakan perintahmu tuanku," timpal Denis lalu Dev mematikan telpon sepihak.
Dia keluar dari kamar mandi, melewati lorong yang sangat gelap dengan lima langkah, bila keluar dari lorong tadi, rumah ini tidak terlalu menyeramkan tapi yang menjadi pertanyaan dalam pikiran Dev, mengapa rumah yang begitu besar seperti ini memiliki lorong gelap, pasti ada sesuatu yang tidak beres, suatu waktu Dev akan menyelidikinya. Di ruang tamu, Zeinald dan Rasyora duduk berjajar, seakan menantikan kedatangan Dev dari kamar mandi.
"Hari ini sudah cukup melihat-lihat rumahnya, sekarang saya izin hendak pulang pada tuan dan nyonya," ucap Dev mengulurkan tangan pada Zeinald.
"Baiklah, kami sangat senang di kunjungi oleh tuan Yosep," jawab Zeinald membalas uluran tangan Dev.
Dev di antarkan sampai teras oleh mereka berdua, dia melambaikan tangan pada keduanya sambil berjalan mendekati mobil di halaman rumah, Dev menghela napas kasar, hari ini hari yang menyebalkan baginya, melayani orang cerewet tanpa henti hanya untuk mengenalkan setiap ruangan tapi bila menolak untuk tinggal di situ, rencananya untuk menarik Villia agar mendekatinya akan hancur berantakan.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LATTER [END]
RandomTHE LATTER, pilihan terakhir untuk selamanya, kunci akhir hidup ini, cinta dalam kebohongan itu tidak lebih baik dari cinta yang tidak di ungkapkan, tulus, untuk menjadikannya yang terakhir harus tulus agar hati tidak mudah tersakiti, dari segi keku...