Matahari baru tenggelam, Villia sudah bersiap di depan kaca rias hendak bergabung dengan teman-temannya, malam ini ada rapat penting jadi harus datang, Dev sebagai suami yang baik, dia membantu memasangkan kalung di leher Villia lalu menggerai rambut di kedua bahu, setelah prima, Villia berbalik badan memeluk Dev dan menyandarkan kepala di dada bidang milik Dev.
"Hei, kau malah memelukku! Bukankah sebentar lagi kalian berkumpul," tegur Dev pada Villia yang mengeratkan pelukannya.
"Apa tidak boleh? Aku hanya ingin menyandarkan kepala di dada bidangmu, sayang," timpal Villia yang di buat kesal karena teguran Dev.
"Tentu, aku hanya tidak mau kau terlambat, baby," ucap Dev sambil membelai punggung Villia berulang kali.
"Aku berangkat, jangan pergi dari tempat ini agar aku tidak mencarimu jika sudah pulang nanti," tutur Villia, dia melepaskan pelukannya sambil memberi peringatan.
Dev menjawab dengan anggukan kepala, pandangannya tertumpu dari Villia yang mulai tidak terlihat, sekarang, dia akan menjalankan rencana, sejak kemaren mengawasi dari balik pintu kamar mandi, Dev jadi ingin tau lebih banyak tentang Mafianya Villia, pasti ada banyak hal lain yang tidak di ketahuinya, mereka benar-benar licik sampai dia bisa di bohongi dalam jangka waktu cukup lama, untung penyelidikannya tidak terlambat. Dev bersiap dengan rambut palsu dan kacamata bening, dia jadi terlihat lebih muda dari umurnya, untuk memperlengkap penyamaran, Dev memakai kemeja di dalami rompi dan celana panjang.
Selesai bersiap, dia berjalan keluar kamar dengan langkah cepat, sebelum ke teras, Dev terlebih dahulu mengecek Villia dari jendela, tidaka ada siapa pun di teras bahkan halaman sepi seperti bisa, Villia ini wanita cerdik, meski sudah puunya suami itu bukan masalah, dia akan tetap mendapat laki-laki yang siap memenuhi keinginannya, sekiranya aman, Dev keluar dari dalam rumah sambil menepukkan kedua telapak tangan, mobil yang selalu siaga langsung bersiap di hadapannya, dia masuk ke dalam mobil bagian belakang, memerintah pak sopir untuk mengikuti Villia yang keluar rumah sebelumnya.
Pak sopir yang tidak pernah berbohong itu mengerti perintah Dev, dia sempat lihat Villia di jemput oleh seseorang menggunakan mobil, dan pak sopir merasa mereka belum jauh. Dev di kursi belakang sedang berkaca sambil merapikan rambut palsu yang terpasang di kepalanya, dia sangat tidak percaya diri dengan penampilan barunya, tapi mau bagaimana pun rencana yang tersusun harus di jalankan. Dia menyandarkan kepala pada jendel mobil, keputusannya kala ingin menikahi Villia sangat konyol karena dia memang benar-benar mencintai Villia, akhirnya menjadi pemburu untuk keselamatan hidupnya.
Mobil berhenti di teras markas, Dev turun dan berdiri di depan mobil memandang markas yang sudah beberapa kali dia kunjungi, dari arah berlawanan, ada Jhosua sedang berjalan merangkul Villia, mereka berdua berhenti melangkah di depan Dev sambil menyunggingkan senyum seakan tidak terjadi apa-apa, sebelum di sapa, Dev di pandang dari atas sampai bawah oleh mereka.
"Kau siapa? Mengapa memandangi markas kami?" Sapa Villia yang tidak curiga dengan penyamaran Dev.
"Aku Yosep, aku ingin gabung dengan Mafia kalian jika di perbolehkan," jawab Dev dengan sedikit kegugupan dalam hatinya.
"Kenalkan, aku Jhosua dan ini kekasihku, Villia, aku ketua dalam Mafia ini dan sebaiknya kau harus perkenalkan diri pada teman yang lain," ucap Jhosua yang ada di samping Villia sambil memperkenalkan diri.
"Baiklah," timpal Dev dengan menundukkan kepala.
Mereka masuk ke dalam markas, Dev saat ini hanya bisa membuntuti Jhosu dan Villia dari belakang, sebagai anggota baru harus nurut agar bisa bergabung dengan Mafianya Villia, entah mengapa, mereka tidak punya malu, sepanjang jalan bermesraan, Villia sesekali memandang Jhosua di sampingnya sambil menyunggingkan senyum lebar, Jhosua sendiri tidak henti - hentinya memuji kecantikan dan memanggil Villua dengan panggilan mesra, kadang, membelai perut rata Villia, intinya membuat hati Dev yang berjalan di belakang mereka semakin panas dan ingin langsung menghabisi tanpa rencana.
Lama berjalan berbuntutan akhirnya sampai di salah satu ruangan yang biasa di gunakan untuk berkumpul, mereka berbelok, masuk ke dalam ruangan, menemui semua anggota di dalam ruangan itu, Dev tetap menundukkan kepala, sebelum di persilahkan, dia akan tetap terdiam.
"Braderku! Aku bawa teman baru untuk kalian, Yosep! Perkenalkan dirimu sekarang," perintah Jhosua pada Dev di belakangnya.
"Aku Yosep, ingin bergabung dengan mafia kalian," ucap Dev sedikit ragu memperkenalkan dirinya pada teman- temannya Villia.
"Tentu boleh, aku Alin," jawab Alin mengulurkan tangan pada Dev dan Dev membalas ulurannya sambil menyunggingkan senyum.
"Kalo aku Naiya, mereka Nera dan Jhura, ," timpal Naiya juga mengulurkan tangan pada Dev, Dev membalas uluran tangan itu dengan kembali menyunggingkan senyum.
"Dengan ini, aku nyatakan bahwa Yosep di terima dalam mafia ini, nama mafia kami Yesson! Pemburu musuh!" Ucap Jhosua merentangkan tangan seakan memberi kebahagiaan pada Jhosua.
"Ah terimakasih, aku akan berusaha menjadi yang ter aik untuk mafia ini," jawab Dev tersenyum kegirangan.
Hati Dev rasanya menari-nari setelah di nyatakan di terima dalam mafia Yesson, tinggal melangkah sesuai rencana agar dia tidak akan pernah bisa di perangkap oleh orang-orang bodoh seperti mereka, untuk meyambut kedatangan anggota baru, yaitu Dev, mereka memutuskan untuk majan bersama di cafe langganan, Dev hanya mengikuti mereka saja dari belakang. Markas Yesson sangat luas dan dia tidak pernah menjelajahi satu persatu ruangan dalam markas ini, jadi Dev kurang tau arah bila tidak mengikuti anggota yang lain.
Di belakang markas, ternyata ada sebuah bangunan, seperti cafe yang besar, ada pelayan, pembelinya juga ramai tapi itu resmi milik mafia Yesson, Dev semakin tertarika setelah mengetahui kebenaran hal ini, markasnya juga memiliki beberapa cafe tapi tidak di dirikan di belakang markas jadi hal ini termasuk sebuah keunikan. Mereka duduk di satu meja dengan enam kursi, aturan mafia ini, dalam memakan jajanan, wakil ketua mafia yang berhak menentukan jadi Alin yang memesankan untuk mereka. Setiap kali pesan, Alin selalu memesan banyak alkohol karena dia pecandu berat alkohol, sehari bisa habis tujuh sampai delapan botol meski keadaanya sedang baik-baik saja.
Alin kembali bergabung dengan teman lainnya dengan membawa nampan, nampan yang di bawa berisi beberapa botol alkohol dan di belakangnya ada pelayan yang membawakan makanan ringan, Dev menolak saat di tawari sebotol alkohol karena dia tidak berselera, bukan tidak mau tapi rasanya kurang enak bila di minum dengan suasana hati yang tidak buruk, untung saja dalam geng ini tidak ada aturan yang mengharuskan anggotanya untuk meminum alkohol jadi dia tetap bisa menolak.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LATTER [END]
AléatoireTHE LATTER, pilihan terakhir untuk selamanya, kunci akhir hidup ini, cinta dalam kebohongan itu tidak lebih baik dari cinta yang tidak di ungkapkan, tulus, untuk menjadikannya yang terakhir harus tulus agar hati tidak mudah tersakiti, dari segi keku...