Di tengah malam, Vano tiba-tiba membuka kedua mata, dia menangis kencang sambil menggerakkan kedua tangan dan kaki dalam bedongan, Dev yang sedang tidur bersama Villia di dalam kamar yang ada di seberang kamar Vano, dia mendengar suara tangisan bayi, tangisannya mirip dengan tangisan Vano, Dev perlahan membuka kedua mata, dia duduk dari berbaring, tangisan itu masih terdengar, suaranya dari kamar Vano.
Dev turun dari ranjang, dia berjalan keluar kamar dan masuk ke dalam kamar Vano yang berada di seberang, di sana, tepatnya dalam ranjang bayi, Vano semakin mengencangkan tangisannya, Dev mempercepat langkah dan mengambil Vano dari dalam ranjang, dia membelai rambut Vano berulang kali agar Vano bisa diam.
Cara itu tidak berhasil, Dev menggerakkan mainan yang tergantung di atas ranjang bayi sambil menyunggingkan senyum ke arah Vano, Vano tetap menangis dan tidak melirik mainan itu sedikit pun, dia membawa Vano keluar kamar, mereka masuk ke dalam kamar lain yang berada di seberang, di sana, Villia masih tertidur dengan memiringkan tubuh.
Dev menggendong Vano yang belum diam menghampiri Villia di atas ranjang, dia menepuk pipinya berulang kali sambil duduk di tepi ranjang, perlahan Villia membuka kedua matanya, dia merasa ada yang menepuk pipinya berulang kali, seketika dia melihat Dev di tepi ranjang tengah menggendong Vano yang tidak berhenti menangis.
"Baby, Vano tidak mau diam padahal aku telah menghiburnya," keluh Dev pada Villia yang masih berbaring di atas ranjang.
"Tidak semua kesedihan bisa di hibur, dia kehausan jadi dia menangis," tutur Villia bangun dari berbaring.
"Sorry, aku masih papa baru dan tidak mengerti banyak hal tentang bayi," jawab Dev memandang Vano yang masih menangis di gendongannya.
"No problem sayang, biar aku yang menenangkannya," timpal Villia tersenyum lebar memandang Dev di depannya.
Villia mengambil Vano dari dalam gendongan Dev, dia membelai rambut Vano berulang kali sambil turun dari ranjang, Vano pasti kehausan makanya menangis di tengah malam, apalagi di kelas pasca melahirkan dulu di latih untuk menyusui anak di tengah malam jadinya Vano terlatih.
Di sana para ibu di suruh untuk menyusui bayi masing-masing dengan asi, Villia membuat susu formula sambil menenangkan Vano dalam gendongannya, dia mengambil sesendok susu dari dalam kardus susu formala lalu memasukkannya ke dalam botol, dia juga menambahkan air hangat yang di simpan dalam termos ke dalamnya.
Setelah selesai, Villia menutup botol dengan tutupnya dan mengocoknya dengan tangan agar isi dalam botol tercampur, dia berjalan kembali ke kamar sambil membantu Vano untuk meminum susu dalam botol, seketika Vano terdiam, dia fokus menyedot susu dalam botol, Villia merasa lega saat Vano terdiam, untung dia tau cara menenangkan Vano, dia membuka pintu kamar dan masuk ke dalamnya.
Di sana, Dev sedang berbaring di atas ranjang dengan mata terbuka, Villia berjalan menghampiri Dev, dia hendak mengajarkan padanya untuk memberikan susu atau mengganti popoknya Vano bila sewaktu-waktu Vano menangis di tengah malam lagi, sementara Dev duduk dari berbaring melihat Villia dengan Vano yang datang dari luar, Villia mendekatkan Vano pada Dev, Vano belum kembali tidur, dia menggenggam baju tidur yang di kenakan Villia, sesekali menariknya, setiap bertingkah tangannya di keluarkan dari dalam bedongan.
"Baby, mengapa Vano tidak kembali tidur?" Tanya Dev sambil memandang Vano dalam gendongan Villia.
"Entah, dia dulu selalu tidur setelah di beri asi, dan juga tidak pernah menangis di tengah malam begini saat kami masih di kelas pasca melahirkan," jawab Villia yang tidak mengerti.
"Mungkin di sana sudah di latih oleh perawat atau di beri sesuatu yang membuat mereka tidak memnangis," timpal Dev menduga-duga.
"Ah iya, aku baru ingat, dulu di sana, setiap sebelum tidur, para bayi akan di beri sebotol susu formula, dan mereka akan tidur setelah kenyang," ucap Villia, dia bercerita perawatan dinkelas pasca melahirkan.
"Perawatan yang bagus, itu lebih efektif daripada bangun di tengah malam begini," tutur Dev merasa sangat setuju dengan perawatan seperti itu.
"Iya, hanya saja semalam aku lupa untuk memberi Vano susu formula karena dia tidur terlalu sore," timpal Villia memandang Vano yanh perlahan menutup kedua mata di gendongannya.
"Memang menggemaskan my little baby ini," ucap Dev lalu mencium pucuk kening Vano secara perlahan.
"Dia sudah tidur, aku kembalikan dulu dia ke kamarnya," pamit Villia sambil berbalik badan, dia hendak membaringkan Vano dalam ranjang bayi di kamar seberang.
Villia berjalan keluar kamar, dia masuk ke dalam kamar seberang, sengaja kamar itu di buat berhadapan dari jauh hari bahkan sebelum Dev menikah, itu bertujuan bila Dev menikah dan memiliki anak, dia tidak harus berjalan jauh apalagi naik turun tangga, dia juga bisa langsung bangun untuk menenangkan anaknya.
Semua itu terwujud hari ini, Villia dan Vano melengkapi hidupnya, secara perlahan-lahan Villia membaringkan Vano di atas ranjang bayi, dia membelai wajah lalu mencium pucuk kening Vano sebelum pergi, Villia tidak merasa lelah atau di susahkan, dia malah merasa sangat senang karena ini momen berharga dalam hidupnya untuk menjadi ibu yang baik bagi Vano, usai menidurkan Vano, dia berjalan kekuar kamar dan masuk ke kamar seberangnya.
Dari pintu, Dev sudah tertidur kembali di atas ranjang, Villia hanya bisa menyunggingkan senyum sambil menggelengkan kepala berulang kali, dia merasa tangisan Vano di tengah malam ini membuatnya lelah, Villia tidak berjalan masuk ke dalam kamar, dia pergi dari pintu hendak kembali ke dapur, meladeni Vano membuatnya lapar, jadi dia butuh sepotong atau dua potong roti untuk mengganjal perut.
Di dapur, Villia membuka kulkas, dia menemukan dua roti tawar yang di satukan dengan selai anggun, tanpa ragu Villia langsung mengambilnya, tidak lupa dia mengambil soda yang selalu tersedia di dalam kulkas paling bawah, Villia meletakkan soda dengan roti tawar di atas meja dapur, dia mengmbil gelas dalam rak, menuang soda dalam gelas, lalu mengalasi roti dengan piring, sebelum di makan, dia mengelap roti dengan tissue, Villia menggigit roti dari segala sisi berulang kali sampai rotinya habis.
Dua roti yang di satukan membuatnya kenyang, dia meneguk soda di dalam gelas secara perlahan-lahan sampai habis tidak bersisa, makan tengah malamnya telah selesai, Villia menyandarkan tubuh di sandaran kursi untuk sedikit beristirahat sebelum membereskan sisa makan tengah malamnya, beberapa saat, Villia merasa lebih baik dari tadi, dia memindahkan gelas dan piring sudah kosong dari atas meja makan ke wastafel, tanpa menunggu pagi lagi, dia mencuci kedua benda itu sampai bersih dan meletakkannya di atas rak.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LATTER [END]
RandomTHE LATTER, pilihan terakhir untuk selamanya, kunci akhir hidup ini, cinta dalam kebohongan itu tidak lebih baik dari cinta yang tidak di ungkapkan, tulus, untuk menjadikannya yang terakhir harus tulus agar hati tidak mudah tersakiti, dari segi keku...