Mobil berhenti di halaman rumah sakit, Dev turun dari dalam mobil bagian belakang, dia baru saja mengantarkan Axcel pulang, hari masih pagi tapi Axcel telah mengganggu tidurnya dengan meminta tolong untuk di antarkan pulang, dia tidak punya pilihan lain selain menurutinya, lagi pula pagi ini dia, Villia dan bayi mereka akan pergi dari rumah sakit ke tempat yang menjamin keamanan Villia, dia berjalan masuk ke dalam rumah sakit dengan langkah cepat.
Di dalam ruang rawat, Villia keluar dari kamar mandi sambil merapikan baju yang di kenakan, Dev melangkah masuk dan mengambil bayi dalam ranjang, Villia menarik koper yang di antarkan oleh Denis kemaren, di rasa semua telah siap, mereka berjalan keluar ruangan, Ken telah menemukan kelas pasca melahirkan paling dekat dengan rumah sakit, Dev tidak pikir panjang lagi, dia langsung memindahkan Villia dan bayi mereka ke sana demi keamanan.
Dev membelai wajah putranya berulang kali lalu mengecup keningnya perlahan, sulit berpisah dengan orang yang selalu ada dalam kehidupan, tapi keamanan perlu di utamakan daripada berakhir dengan penyesalan, Villia yang berjalan di belakang Dev hanya bisa mengulum senyum lebar, dia mengerti bila Dev tidak rela jauh dari bayi mereka tapi semua keputusan kembali lagi pada Dev, mungkin ini jalan terbaik agar semua baik-baik saja.
Villia masuk terlebih dahulu ke dalam mobil bagian belakang, di susul Dev yang duduk tepat di sampingnya dengan menggendong bayi mereka, dia menyandarkan kepala di bahu Dev karena dia pasti akan sangat merindukan bahu yang selama ini menopang kehidupanya, Dev membelai rambutnya berulang kali dengan salah satu tangan dan mengecup keningnya perlahan.
"I love you, baby," ucap Dev melirik ke arah Villia di sampingnya.
"I very love you too, sayang, aku akan selalu merindukanmu di sana," jawab Villia menyatukan telapak tangannya dengan telapak tangan Dev.
"Aku juga akan merindukanmu, jaga bayi kita sebaik mungkin," tutur Dev mengeratkan genggaman tangan.
"Tentu, apapun aku korbankan demi putraku," ucap Villia menyunggingkan senyum.
"Kau tak perlu khawatir, tidak ada yang berani melukaimu dan bayi kita," timpal Dev yang telah memastikan semua aman.
Sepanjang perjalanan, mereka habiskan dengan berdekatan, kadang mencium dan memeluk, Dev mengajak bermain bayi dalam gendongannya dengan menggelitiki perutnya, bayi itu tertawa lepas sambil menutupi perut menggunakan kedua tangan mungilnya.
Kebahagiaan mana lagi yang harus dia cari, semua terasa biasa saja, hanya bayinya dan Villia yang sangat istimewa dalam hidupnya, meski Villia telah menduakannya, tapi dia tetap mencintai Villia dengan seutuh-utuhnya rasa.
Mobil berhenti di halaman rumah yang menyerupai hotel, Dev turun terlebih dahulu dari dalam mobil bagian belakang, dia menuntun Villia untuk turun dari dalam mobil, mereka berdua berjalan memasuki rumah yang di jadikan kelas, pemilik kelas menyambut dengan ramah di pintu.
Dia mempersilahkan Dev dan Villia untuk masuk ke dalam rumah, mereka duduk setelah di persilahkan duduk oleh pemilik kelas. Pemilik kelas meminta izin pergi dari hadapan, dia menyuruh pelayan yang sedang membersihkan ruang tengah untuk membuatkan Dev dan Villia minuman lalu dia kembali ke ruang tamu.
"Tuan Dev dan nyonya Villia, kami merasa sangat terhormat atas kedatangan tuan dan nyonya kemari," ucap pemilik kelas dengan sunggingan senyum.
"Jangan berlebihan seperti itu, aku ingin memasukkan istri dan anak kami ke kelas ini, aku harap kalian yang ada di sini bisa membimbingnya dengan baik," jawab Dev sambil membenarkan jas yang di kenakan.
"Tentu tuan, pelayanan kami sangat lengkap dan pastinya membangun kemandirian ibu-ibu di sini," timpal pemilik kelas menjelaskan pelayanan dalam kelasnya.
"Its good, aku percayakan semua pada kalian," ucap Dev menganggukkan kepala berulang kali sambil menyangga dagu dengan telapak tangan.
"Mari nyonya Villia, saya antarkan anda ke kamar," ajak pemilik kelas pada Villia di samping Dev.
Dev memberikan bayi dalam gendongan pada Villia, Villia memerima bayi yang di berikan Dev, dia mencium pipinya Dev perlahan dan memeluknya untuk beberapa saat, Villia melepas pelukan setelah merasa puas, Dev mencium pucuk kening Villia lalu mencium pucuk kening bayi mereka dalam gendongan Villia, selesai perpisahan secara singkat, Villia berdiri dari tempat duduk, dia berjalan bersama pemilik kelas menuju kamar yang di sediakan untuknya.
Mereka menaiki tangga untuk ke lantai dua, ketika baru setengah jalan, Villia menghentikan langkah sambil memegang pagar besi di pinggiran tangga, dia melihat Dev yang masih duduk di sofa ruang tamu dari atas, menatapnya tanpa berkedip sedikit pun, lalu kembali melanjutkan langkah menuju lantai dua.
Di sana, ada banyak kamar, para ibu di kelas itu berlalu lalang naik turun tangga dengan menggendong bayinya masing-masing, setiap kamar ada nama pemiliknya di pintu jadi tidak akan tertukar.
Pemilik kelas mengantarkan Villia ke salah satu kamar yang belum di pasang nama pemiliknya, dia membukakan pintu kamar dan menyuruh Villia untuk istirahat, Villia hanya menanggapi dengan anggukan kepala, pemilik kelas berbalik badan, dia berjalan menuruni tangga.
Villia masuk ke dalam kamar, dia melihat seisi ruangan, di sana ada satu almari, ranjang bayi, ranjang biasa, jam dinding dan meja minimalis. Semua tertata rapi, Villia memasukkan bayinya dalam ranjang bayi lalu dia duduk di atas ranjang biasa, kedua ranjang itu berdekatan jadi bila sewaktu-waktu bayinya menangis, Villia bisa terbangun.
Sementara Dev di ruang tamu sedang berpamitan pulang, dia beralasan bahwa dia sedang banyak urusan sambil berjalan keluar rumah, pemilik kelas hanya mengiyakan alasan Dev dan mengucapkan terimakasih atas kepercayaan yang di berikan padanya, pemilik kelas mengantarkan Dev sampai di teras, Dev berjalan menghampiri mobilnya yang terparkir di halaman, dia masuk ke dalam mobil bagian belakang.
Kini saatnya membereskan kedua orang tua yang licik itu, Dev akan menyiapkan jebakan di saat mereka lengah agar mudah menangkap mereka, Denis dan Ken pasti mendapat pekerjaan tambahan setelah kedua orang tuanya berhasil di tangkap dengan jebakan, Dev melonggarkan dasi yang di kenakan, dia mengambil sebotol alkohol di dalam saku mobil bagian depan, hari ini dia akan menenangkan pikiran sebelum menghabisi kedua orang tuanya.
Dev membuka tutup botol alkohol dan meneguknya perlahan sampai habis, lalu mengembalikan botol alkohol yang telah kosong ke dalam saku mobil, dia menyandarkan tubuh pada sandaran kursi, kehidupannya setelah menikah benar-benar melelahkan seakan tidak ada ruang untuk sendiri, yang di incar adalah Villia karena dia memiliki niat buruk, belum reda tentang Villia, datang kedua orang tuanya dengan tujuan lebih kejam daripada Villia dan Axcel.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LATTER [END]
AcakTHE LATTER, pilihan terakhir untuk selamanya, kunci akhir hidup ini, cinta dalam kebohongan itu tidak lebih baik dari cinta yang tidak di ungkapkan, tulus, untuk menjadikannya yang terakhir harus tulus agar hati tidak mudah tersakiti, dari segi keku...