Di dalam mobil yang melaju, ada Dev yang duduk di kursi bagian belakang, dia hendak menemui Denis dan Ken, beberapa bulan terakhir ini, Dev tidak bertemu mereka, karena dia sibuk dengan penyelidikan dan penyamaran untuk menggali tentang Villia, dia tidak memberi tau mereka bahwa dia ingin bertemu, tapi dia tau di mana tempat kedua temannya itu berkumpul.
Dev ingin mengurangi beban pikiran untuk sementara waktu dengan berkumpul bersama mereka, mencurahkan semua isi hatinya yang selama ini terpendam, dia membuka saku kursi depannya, terdapat sirup dan setengah botol soda, mungkin Villia kemaren meminum soda tanpa sepengetahuannya, tapi mengapa dia tidak mengetahui hal sekecil itu, padahal dia dan Villia duduk berjajar di dalam mobil bagian belakang. Dev berdecak pelan, dia mengambil sebotol sirup lalu membuka tutupnya, perlahan dia mulai meneguk sirup di dalam botol, sirup tidak buruk baginya, rasanya begitu manis saat menyentuh lidah.
Mobil berhenti di halaman cafe, Dev mengembalikan botol sirup yang telah kosong ke dalam saku mobil, dia keluar dari dalam mobil bagian belakang dan berdiri di depan mobil sejenak, memandang suasana cafe yang begitu ramai hari ini, Dev berjalan masuk ke dalam cafe, di sana, seperti tebakannya, Denis dan Ken sedang bermain catur jadi tidak menunggu lama, dia menghampiri mereka berdua.
"Mungkin hari ini tidak ada kemenangan untuk kalian," ucap Dev sambil duduk di kursi yang masih kosong.
"Wih si bosku datang," sambut Denis menyunggingkan senyum ke arah Dev.
"Apa ada masalah denganmu?" Tanya Ken yang langsung mengerti kedatangan Dev.
"Its not me! Villia yang bermasalah," jawab Dev dengan nada tinggi di depan kalimat.
"Ada masalah apa dengan Villia, hm?" timpal Ken sambil mengaduk sirup di depannya dengan sedotan.
"Mungkinkah dia menduakanmu? Atau bersama laki-laki lain di belakangmu? Kau tentu cemburu kan?" sambar Denis mengajukan pertanyaan bertubi-tubi.
"Aku akan membayarmu bila kau mau diam selama aku dan Ken berbicara," tegur Dev dengan amarah, dia tidak suka orang cerewet apalagi laki-laki.
"Baiklah, aku akan diam demi uang," jawab Denis yang masih bisa tersenyum lebar meski di tegur oleh Dev.
"Lanjutkan Dev, jangan dengarkan si mulut wanita itu," ucap Ken mempersilahkan Dev untuk melanjutkan bicaranya.
"Villia selingkuh dengan Jhosua di belakangku, aku tau hubungan mereka ketika Villia di telpon Jhosua, dan mulai saat itu, aku menyelidikinya," jawab Dev mulai bercerita.
"Bukankah aku pernah mendengar bahwa Villia tengah hamil? Bisa-bisanya dia menyelingkuhimu," timpal Ken, dia tidak terkejut lagi dengan berita yang tidak asing baginya.
"Memang benar, tapi yang namanya ular akan tetap berulah di mana pun dia berada," ucap Dev sambil membenarkan posisi duduk.
Di sela-sela perbincangan hangat mereka, pelayan datang membawa dua gelas sirup dan satu susu hangat, dia menyajikan sirup bersama susu hangat di depan mereka bertiga dengan hati-hati lalu pergi membawa nampan kosong. Dev bangkit dari sandaran kursi, dia mengambil segelas susu hangat pesanannya, mencium aroma hangatnya susu yang manis, menyeruput sedikit, dengan begini Dev bisa mengalihkan pikiran dari semua masalah sejenak. Ken dan Denis hanya bisa memandangi Dev dari tempat dengan keheranan, tidak biasanya Dev memesan susu hangat, biasanya soda atau alkohol tapi kali ini malah susu hangat.
Dev tidak menghiraukan pandangan kedua temannya itu, dia tau, mereka heran dengannya karena meminum susu hangat, tapi belum tentu mereka tau bila dia sedang tertimpa banyak masalah, Dev kembali meneguk susu hangatnya sampai habis, Ken dan Denis di depannya terlihat menikmati soda masing-masing, dia hanya menghela napas panjang sambil mengalihkan pandangan ke tempat lain.
"Dev, apakah aku boleh meminta uang karena aku telah diam ketika kau dan Ken berbicara," tanya Denis di tengah-tengah meneguk sodanya.
"Apakah kau begitu miskin? Aku bahkan baru menutup mulut," jawab Dev sambil mengeluarkan segebok uang dari dalam saku jasnya, dia meletakkan uang itu di meja depan Denis.
"Tapi itu pertanda bahwa kau sudah selesai berbicara, jangan mengelak bila di mintai uang oleh temanmu ini," ucap Denis menghitung uang dengan bersemangat.
"Dasar mata duitan! Kau seakan tak pernah menghasilkan uang saja," ejek Ken sambil melirik pada Denis di sampingnya.
"Kalian jangan bertengkar, bikin aku tambah pusing," lerai Dev sambil berdiri dari tempat, dia berjalan keluar cafe meninggalkan kedua temannya yang masih bercengkerama.
Pertemuan hari ini sudah cukup memuaskan bagi Dev, dia bisa bercerita tentang masalahnya dan menenangkan diri dengan meminum susu hangat, meski pada akhirnya kedua teman bertengkar tapi paling tidak mereka bisa menjadi pendengar yang baik, Dev masuk ke dalam mobil bagian belakang, tujuannya sekarang hendak pulang ke rumah, sebelum itu, dia ingin membelikan Villia sesuatu agar tidak pulang dengan tangan kosong. Sepanjang jalan Dev hanya memandang ke depan, sesekali menengokkan kepala ke samping, memandang ke luar melalui jendela mobil.
Sudah berapa lama dia hidup jauh dari kedua orang tua, kemungkinan dua tahun ini, dia memutuskan hubungan baik dari mereka karena mereka terlalu memilih dalam menentukan pasangan Dev, Dev tau bila orang tuanya ingin yang terbaik tapi bila semua yang datang di tolak, akan sampai kapan dia sendiri tanpa pasangan, Dev menghela napas, dia perlahan melepas kaca mata yang menutupi kedua matanya, tubuhnya rasanya remuk redam, ingin berendam sepanjang malam dengan ketenangan, Dev melepas jasnya, menyisakan kemeja putih berlengan panjang lalu menyandarkan tubuh di sandaran kursi.
Mobil kembali berhenti di halaman supermarket, Dev mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam saku, dia memberikan uang itu pada pak sopir yang duduk di depan sambil memerintahkannya untuk membeli buah, pak sopir menganggukkan kepala, dia keluar dari dalam mobil membawa beberapa lembar yang Dev berikan, meski begitu, pak sopir tau semua buah yang di sukai oleh Villia, dia tidak jarang di kasih oleh Villia bila tidak habis memakan buah. Sementara Dev, dia menyandarkan kepala di jendela, menunggu pak sopir selesai belanja, sebenarnya lebih enak belanja sendiri tanpa menyuruh pak sopir, tapi Dev terlalu malas dengan keramaian.
Tidak lama, pak sopir kembali dengan membawa dua kantong kresek besar buah, dia masuk ke dalam mobil bagian depan dan memberikan dua kantong kresek buah pada Dev, Dev menerima pemberian pak sopir, dia meletakkan dua kantong kresek itu di kursi sampingnya, mobil kembali melaju menuju rumah, Dev menghabiskan perjalanan dengan melihat buah dalam kantong kresek satu persatu, dia memastikan buah yang akan di makan Villia dan calon bayinya benar-benar bersih dan sehat.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LATTER [END]
DiversosTHE LATTER, pilihan terakhir untuk selamanya, kunci akhir hidup ini, cinta dalam kebohongan itu tidak lebih baik dari cinta yang tidak di ungkapkan, tulus, untuk menjadikannya yang terakhir harus tulus agar hati tidak mudah tersakiti, dari segi keku...