PERKENALAN

20 2 0
                                    

Dev sengaja mengambil cuti beberapa hari, dia ingin menjaga Villia dan menjalankan rencananya, sekarang mereka sedang berada di dalam kamar, tepatnya di atas ranjang, Dev sedari tadi membaca buku sementara Villia baru bangun tidur, dia bilang kalau gak enak badan jadi Dev menyuruhnya untuk istirahat tapi di tunggu istirahatnya malah lama, dia jadi merasa kalau itu hanya akal-akalan Villia saja untuk menghidar dari pertanyaan Dev. Dev meletakkan buku di almari kecil lalu berbaring di samping Villia, dia memiringkan tubuh memandangi Villia yang ada  di depannya.

"Apa badanmu masih lemas, hm?" Tanya Dev dengan pandangan lekat.

"Sudah tidak, mengapa kau malah berbaring di sampingku? Apa perutmu tidak merasa lapar sayang?" Jawab Villia balik bertanya.

"No, aku hanya ingin bersamamu," timpal Dev menyunggingkan senyum.

"Umm, jangan membuatku malu!" Ucap Villia tersenyum malu mendengar ucapan Dev.

"Baby, apa kau memiliki sebuah geng?" Tanya Dev yang perlahan-lahan ingin menjalankan rencana.

"Memiliki tentunya, tapi semejak menikah dengamu, aku jarang bergabung dengan mereka," timpal Villia sedikit mengeluh, mungkin ridu dengan teman-temannya.

"Mengapa kau tak bicarakan ini denganku? Aku pasti memberimu izin untuk bergabung dengan mereka," ucap Dev, mengangkat dagu Villia yang tertunduk.

"Really? Oh, aku sangat senang mendengarnya, thank you my husband," jawab Villia dengan girang.

"Tapi kau harus memenuhi satu syarat dariku," ucap Dev yang membuat senyum Villia berubah.

"Apa?" Tanya Villia dengan nada serius.

"Tidak sulit, perkenalkan aku dengan teman-temanmu," jawab Dev memeluk pinggang Villia sambil mendongak ke atas menyunggingkan senyum.

"Baiklah," timpal Villia, dia memberikan senyum datar.

Dev kembali menyunggingkan senyum sambil bagung dari ranjang, dia membuka almari yang hanya ada satu dalam kamar untuk memilih baju, rata-rata baju Dev kemeja karena dia setiap pagi kerja, pake kaus kalo malam tapi kadang malam pun tetap pake kemeja. Dia mengambil kemeja tapi lengannya pendek dengan kaus putih polos yang juga berlengan pendek dan di tambah celana panjang, Dev membawa  semua pilihannya ke dalam ruang ganti tapi bukan kamar mandi, dalam kamar yang ukurannya melebihi lapangan bola itu ada ruang ganti tersendiri.

Di dalam ruang ganti, ada almari tembus pandang yang juga berisi baju tapi jarang di gunakan, Villia akhirnya turun dari rajang, dia mengambil jaket lengan panjang dan memakainya untuk mendalami blouse tanpa lengan yang sedang di pakai lalu kembali duduk di tepi ranjang. Dia menghela napas, menumpukkan padangan pada satu sudut ruangan, Dev itu musuh besar gengnya, jika dia mengenalkan Dev pada semua teman-temannya, yang terjadi malah peperangan. Tiba-tiba ponsel di dekat Villia berbunyi, membuat pandangan Villia buyar seketika, dia mengambil ponsel itu dan terpampang di layar nama Jhosua, Villia mengangkat simbol telpon ke atas lalu menempelkan ponsel di telinga.

"Ada apa, hm?" Tanya Villia sambil menggerai rambut yang tadinya terikat.

"Sayang, apa kita boleh bertemu?" Ucap Jhosua dalam telpon, dia pacarnya Villia sebelum mengenal Dev dan sekatang menjadi pacar gelapnya  meski telah menikah karena dia sama sekali tidak mencintai Dev.

"No, si sialan itu mengajakku keluar, dia ingin di kenalkan dengan teman-temanku," jawab Villia dengan nada penuh amarah.

"Apa dia cari mati?" Timpal Jhosua yang telah mengetahui semuanya.

"Entahlah, mungkin dia sudah tak ingin hidup lagi," ucap Villia, dia menghela napas kasar.

"Yasudah, lain kali saja kita bertemu, love you," jawab Jhosua lalu telpon di matikan sepihak.

Sebenarnya Dev mau tanya tentang penampilannya pada Villia tapi saat mendengar itu semua, dia menunda niatnya, satu bukti sudah di temukan, Villia selingkuh tanpa sepengetahuan Dev, nantinya bukti lain pasti juga akan di temukan, dia melanjutkan jalan mendekati Villia yang sedang memasukkan ponsel dalam tas kecil. Dev menautkan kancing lengan sambil memandangi Villia dari atas sampai bawah dengan pandangan misterius lalu menarik tangannya keluar kamar, mendapatkan perlakuan seperti itu Villia jadi merasa takut, dia takut kalo Dev mendengar semua pembicaraanya dengan Jhosua dan akan menceraikan dia.

Itu akan membuat semua rencana yang sudah di susun sejak lama hancur berantakan, Villia mencoba melepaskan tangannya saat hendak masuk ke dalam mobil, dia membuat Dev terheran padanya dan menghentikan langkah.

"Mengapa berhenti? Apa yang tertinggal," tanya Dev memandang Villia di belakangnya.

"Emm, apa kau akan menceraikanku?" Tanya Villia sambil menunduk.

"Buat apa? Baby, aku sangat mencintaimu jadi mustahil jika aku menceraikanmu,"  ucap Dev membelai punggung Villia dengan kedua tangannya.

"Really?" Timpal Villia kembali bertanya.

"Very really," jawab Dev, dia menggendong Villia masuk ke dalam mobil.

Villia menyunggingkan senyum lebar, untung saja Dev tidak mendengar percakapannya dengan Jhosua, kalo sampek mendengar walau hanya sepotong, bisa-bisa rencanaya hancur lebur. Villia menyandarkan kepala di dada bidang milik Dev dengan sesekali mendusel-duselkannya, dia sedikit lebih lega daripada tadi. Saat di perjalanan, tiba-tiba Villia ingin muntah mencium aroma mobil yang baru di ganti saat berhenti di lampu merah, Dev yang mengetahui itu langsung menyuruh pak sopir untuk membuang pengharum ruangan dan seketika Villia tidak jadi memuntahkan isi perutnya, dia bisa kembali bernapas lega.

Mereka sampai di markas yang dari jauh kelihatan seperti sebuah hotel, Dev keluar dari dalam mobil, dia berboncengan tangan dengan Villia masuk ke dalam markas, baru melewati pintu, di sambut dengan pisau yang tiba-tiba keluar, melangkah lagi lebih dalam dan mereka menemukan darah segar seperti habis di ambil dari mayat, Villia hanya bisa memasang senyum canggung saat di pandangi Dev, setelah itu barulah mereka masuk ke dalam ruangan, di sana teman Villia berkumpul dengan mengitari satu meja, pandangannya pada tajam pada Dev tapi Dev tak sedikit pun gentar.

"Kalian semua, kenalin ini suamiku Dev," ucap Villia memperkenalkan Dev pada semua yang ada di ruangan.

"Wlcome to markas Singa Putih Dev, aku Alin salah satu anggota mafia ini," sapa Alin yang sudah mengerti dari tadi sebab informasi dari Jhosua.

"Aku Naiya,"

"Nera,"

"Jhura,"

"Dan Jhosua," ucap mereka pada mengenalkan diri dan berjabat tangan dengan Dev.

"Yes, aku Dev husband Villia," jawab Dev tersenyum lebar.

"Silahkan duduk dan menikmati hidangannya," ucap Alin mempersilahkan Dev dan Villia yang masih berdiri.

Dev duduk sesuai perintah, dia memotong daging yang di hidangkan untuknya tapi dari baunya ini bukan daging sapi atau hewan lain, Dev hapal dengan bau daging yang hendak di potong, seperti daging manusia tapi sudah terbakar dan di beri kecap manis, dia yang mengetahui itu berpura - pura menumpahkan daging ke lantai, lalu seluruh pandangan wanita di depannya tertuju padanya, Dev hanya tersenyum datar sambil beralasan kalau dia tidak sengaja.

               BERSAMBUNG

THE LATTER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang