Dev menautkan kancing lengan kemeja sambil berjalan ke ruang tamu menghampiri Villia, hari ini dia harus kembali bekerja karena masa cutinya sudah habis, meski begitu, Dev tetap bisa berubah menjadi Yosep kapan saja, masalah pekerjaan kantor biar sekertarisnya yang menyelesaikan, Villia menyunggingkan senyum lebar pada Dev yang baru datang, dia mengambilkan sarapan lalu di letakkan di meja depan Dev duduk, entah mengapa, Dev merasa, Villia terlihat lebih anggun pagi ini padahal setiap hari penampilannya berganti-ganti.
"Baby, kau begitu anggun pagi ini, apa ada yang baru, hm?" Tanya Dev memandangi Villia dari atas sampai bawah.
"Mungkin mata kamu bermasalah, tidak ada yang baru atau berubah denganku, sayang," jawab Villia sambil menuangkan sirup ke dalam gelas, dia mendekatkan segelas sirup pada Dev.
"Sungguh, kau begitu anggun, baby," ucap Dev yang tidak sedang memuji Villia, dia mengambil sesendok sarapan dan menyuapkannya ke dalam mulut.
"Thank you, kau paling bisa membuatku senang," jawab Villia tersipu malu.
"Tentu, hari ini menunya pakai sayur, apa kau mulai suka sayur?" Timpal Dev mengalihkan topik pembicaraan, dia kembali memakan sarapannya.
"Iya, aku ingin baby dalam perutku ini sehat, jadi aku makan sayur untuknya," ucap Villia membelai perutnya yang sedikit membuncit.
"Good mom," puji Dev mengacungkan jempol pada Villia lalu menghabiskan sarapan dengan beberapa sendok.
Selesai sarapan, Villia mengantar Dev sampai di teras, dia mencium punggung tangan Dev lalu membenarkan dasi di kerah kemeja Dev agar lebih rapi, begitu juga dengan Dev, dia mengecup kening Villia perlahan. Dev menepukkan kedua telapak tangan, membuat mobil yang terparkir di halaman melaju dan berhenti di hadapannya, dia masuk ke dalam mobil bagian belakang sambil melambaikan tangan pada Villia.
Dia tidak akan berangkat kemana pun bila pengawasannya belum matang, Dev memasang kamera cctv di setiap ruangan untuk memantau semua pergerakan Villia selama dia tinggal ke kantor, terutama ruang tamu, kamar tidur dan mobil pribadi Villia, dia menggandakan cctv agar lebih jelas setiap geriknya.
Sebenarnya, Dev tidak perlu mengambil cuti, karena ketika ada masalah atau apapun itu, dia selalu menyuruh sekertaris untuk menyelesaikan semua pekerjaan miliknya, bahkan hanya untuk melihat hasil rekaman cctv pun, Dev rela meninggalkan pekerjaan, tapi meski begitu, dia tetap adil, setiap bulan gaji sekertarisnya di naikkan dua kali lipat sebagai bonus atas kerjanya yang bagus dan tanda terima kasih telah bersedia menyelesaikan pekerjaanya.
Untuk mengisi waktu, Dev mengambil soda di saku depan mobilnya lalu meneguk perlahan sampai habis, terlintas sesuatu di benaknya, pengawasan tidak akan aman tanpa Denis dan Ken, dia mengembalikan botol ke dalam saku mobil sambil mengambil ponsel di saku jasnya. Dev memencet nomor Ken, dia menempelkan ponsel di telinganya.
"Ternyata kau masih mengingatku, apa yang perlu aku lakukan untukmu, hm?" Sapa Ken dari dalam telpon.
"Awasi Villia dari luar, pantau setiap gerak geriknya di dalam rumah dan jangan sampai dia mengetahui keberadaanmu!" Perintah Dev pada Ken.
"Siap bos!" Jawab Ken dengan bersemangat lalu telpon di matikan sepihak oleh Dev.
Beruntung Dev ingat, jika tidak, maka cctv yang terpasang saja tidak cukup untuk mengawasi setiap pergerakan Villia, bila Villia tau di setiap sudut rumah ada cctv, mungkin dia akan menghancurkan semuanya tanpa meminta izin dulu pada dia, dan beralasan dengan bilang bahwa cctv itu jebakan penyusup jadi harus di musnahkan, mobil berhenti di halaman perusahaan, Dev turun dari dalam mobil bagian belakang, dia berdiri di depan mobil memandang sekitar, asing juga ternyata setelah sekian lama tidak datang ke perusahaan.
Dev memakai kacamata hitam sambil masuk ke dalam perusahaan, para karyawan menyapanya dengan sopan saat dia melewati mereka, dia hanya bisa mengulum senyum lebar atau kadang menganggukkan kepala, Dev berharap, Raven tidak membuatnya emosi seperti hari itu, karena dia termasuk sekertaris terpercaya yang jarang berbuat kesalahan dalam berbisnis, apalagi bila mengambil keputusan, Raven lah yang sangat cerdas dan tanggap dalam suatu masalah.
Baru sampai di depan pintu ruangan, ponsel kedua Dev berbunyi, Dev menghentikan langkah, dia mengambil ponsel dalam saku celana dan melihat ke layar ponsel yang terpampang nama Alin, Dev menggeser simbol telpon ke atas lalu menempelkan ponsel di telinganya.
"Apa yang kau perlukan?" Tanya Dev pada Alin dalam telpon.
"Seluruh anggota geng di harap berkumpul!" Ucap Alin dengan tegas di dalam telpon, tiba-tiba telpon di matikan sepihak oleh Alin. Dev hanya menghela napas menerima perintah dari orang yang tidak sederajat dengannya, dia kira dia siapa bisa memerintah Dev dengan sesuka hati.
Meski di suruh untuk berkumpul, Dev tetap melangkah masuk ke dalam ruangan, dia memakai rambut palsu yang ada dalam tas kerja dan kacamata, selesai bersiap, Dev kembali keluar ruangan, dia memakai masker wajah untuk memperkuat penyamaran, lagi pula sekarang dia sedang berada di kantor jadi malu bila ada yang tau jika itu Dev.
Saat melewati para karyawan, Dev di pandang dengan tatapan aneh, ada juga yang membicarakannya tapi dia masih bisa mendengarkan, mereka bilang bahwa Dev karyawan baru dan beruntungnya, masih ada yang menyebut tampan padahal dalam penyamaran untuk urusan luar kantor, yang terpenting sekarang tidak ketahuan.
Dia masuk ke dalam mobil yang terparkir di halaman, pak sopir tidak berkomentar apapun, hanya mendongak kebelakang sebentar lalu melajukan mobil, Dev membuka masker yang menutupi wajahnya, dia tidak masalah bila pak sopir mengetahui dia sedang menyamar karena yang mengantarkan dia kemana pun hanya dia, yang selalu siap siaga juga pak sopir. Pak sopir mulai menganggukan kepala ketika melihat Dev membuka masker, dia mulai mengenali orang yang ada di kursi belakang, Dev memicingkan senyum lalu menunduk.
Tidak membuang waktu lama, mobil kembali berhenti di parkiran markas, Dev turun dari dalam mobil bagian belakang, dia berjalan masuk ke dalam markas yang sepi, parkiran tadi juga di penuhi mobil, itu berarti semua anggota geng susah hadir mungkin tinggal dia yang belum datang. Dev masuk ke dalam ruangan tempat meteka biasa berkumpul, seisi ruangan memandang ke arahnya dengan tatapan kurang jelas, ternyata bila semuanya hadir, gengnya Villia memiliki banyak anggota.
Dev mencoba untuk tetap tenang dan tidak gugup sambil duduk di kursi yang masih kosong, mereka berkumpul untuk di beritau bahwa mafia ini akan mengadalan pesta besok lusa, semua anggota wajib hadir tanpa ada izin, selama pembicaraan Dev hanya terdiam, dia mengangguk saat di minta persetujuan, selesai rapat dengan mafia lain, Dev kembali ke kantor untuk bekerja.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LATTER [END]
RandomTHE LATTER, pilihan terakhir untuk selamanya, kunci akhir hidup ini, cinta dalam kebohongan itu tidak lebih baik dari cinta yang tidak di ungkapkan, tulus, untuk menjadikannya yang terakhir harus tulus agar hati tidak mudah tersakiti, dari segi keku...