Dev dan Villia sedang berada di dalam mobil bagian belakang, mobil yang mereka duduki sedang melaju menuju tempat tujuan Dev yang berada di luar kota. Villia sedang bermanja, dia menyandarkan kepala di bahu Dev sambil memandang ke depan. Dev hanya pasrah, dia menyangga dagu dengan salah satu tangannya dan memandang ke luar melalui kaca jendela mobil, sesekali tangannya membelai rambut Villia.
Villia mengingatkannya dengan Leara, pacarnya sebelum dia mengenal Villia, sikapnya hampir sama, manja dan anggun, bedanya Villia berbahaya bagi kehidupan Dev, sementara Leara hanya gadis biasa yang mudah jatuh dalam pelukan pria, apalagi pria tampan dan kaya seperti Dev. Lama menempuh perjalanan jauh bahkan melewati sepanjang jalan dengan mata yang masih menyisakan kemalasan.
Akhirnya mereka sampai di Villa yang di tuju, di pintu masuk kota tadi, Villia memotret beberapa pemandangan yang menurutnya indah dari kaca jendela lalu kembali menyandarkan kepalanya ke bahu Dev. Mereka turun dari dalam mobil, Dev dan Villia berpegangan tangan masuk ke dalam Villa, sedangkan Denis yang menyopir mobil dari tadi, sekarang sibuk membawakan kopernya mereka berdua dengan kedua tangan.
"Baby, kau lelah hm?" tanya Dev sambil melepas jaket dan metakkannya di atas sandaran sofa.
"Tidak juga, aku akan memasak untukmu setelah ini," jawab Villia, dia menyandarkan tubuh di sandaran sofa.
"No! Aku akan memesan makanan untuk kita hari ini," larang Dev sambil mengeluarkan ponsel dari dalam saku jeansnya.
"Oke, aku mau ganti pakaian dulu ya sayang," izin Villia, dia berdiri dari Sofa dan memegang salah satu tangan Dev.
"Silahkan tapi jangan terlalu lama," timpal Dev mengeratkan pegangan tangannya dan di jawab anggukan oleh Villia.
Setelah Villia pergi lumayan jauh, Dev duduk di atas sofa yang tadi Villia duduki, dia memencet nomor Ken lalu menempelkan ponsel di telinganya. Dia ingin memperketat penjagaan rumahnya melalui Ken, saat di tinggal berangkat tadi pagi, Ken sudah siap siaga di sana bersama dua orang asing yang di sewa agar mudah mengawasi rumah mewahnya Dev. Sementara yang di serahi tanggung jawab untuk menjaga rumah adalaha Axcel jadi Dev sedikit was-was dengan rumahnya.
"Ada masalah apa di sana, hm?" tanya Ken di dalam telpon.
"Tidak, aku hanya ingin tau, apa di sana aman? Dan Axcel telah beraksi sejauh mana?" jawab Dev dengan bertanya bertubi-tubi.
"Semuanya aman terkendali, Axcel belum bereaksi tapi tetap aku awasi," timpal Ken dengan nada sedikit berbisik karena dia berada di tempat persembunyian.
"Bagus, teruskan! Jangan sampai sedikit pun dia bergeser dari pandanganmu! Good job," ucap Dev memuji Ken, dia mematikan telpon sepihak.
Kebetulan Villia datang dari dalam, dia sudah mengganti pakaian dengan pakaian yang biasa di pakai di rumah, Villia duduk di samping Dev yang berpura-pura sibuk dengan ponselnya. Bel Villa berbunyi berulang kali menandakan ada tamu di luar, Villia kembali berdiri dan berjalan menuju pintu depan yang tertutup tapi tidak di kunci. Dia menerima makanan dari Driver dan membayarnya sesuai harga, setelah selesai Villia kembali masuk ke dalam rumah menghampiri Dev yang masih terdiam di tempatnya, dengan mrmbawa sekotam makanan.
Dev yang mengetahui makanan yang di pesan sudah datang, dia menepukkan kedua telapak tangan di atas kepala, membuat Denis yang baru selesai merapikan pakaian Dev dan Villia di kamar mereka, langsung datang ke ruang tamu, dia berdiri melipat tangan di depan dada sambil berdiri di hadapan Dev.
"Ambilkan piring," perintah Dev tanpa di tanya.
Denis berbalik badan, dia kembali berjalan menuju dapur, sekarang dia memang ikut honey moon tapi di jadikan pelayan untuk memenuhi keinginan mereka berdua, Denis mengambil dua piring dan sendok lalu meletakkannya di atas nampan, dia membawa nampan itu ke ruang tamu.
Di sana, Villia dan Dev sedang berangkulan sambil menyandarkan tubuh di sandaran sofa, terlihat ada keromantisan dan keharmonisan pada keluarga kecil mereka meski di belakang ingin saling memusnahkan. Denis meletakkan piring di atas meja secara perlahan-lahan, lalu berdiri hendak pergi tapi tanganny di tahan dari belakang.
Hal ini membuat Denis mendongak ke belakang, dia ingin tau siapa yang menahan tangannya, ternyata Villia, Villia tersenyum ke arahnya sambil melambaikan tangan lainnya, dengan maksud mempersilahkan Denis untuk ikut makan bersama. Denis hanya menjawab dengan senyuman, dia melirik Dev, perintah Villia hanya omong kosong jika tidak asa prrsetujuan dari Dev.
"Duduklah, jangan ragu," suruh Dev yang mengerti lirikan Denis.
"Apa aku tidak mengganggu waktu kalian?" tanya Denis, dia ragu ingin duduk bersama mereka.
"No! Kau kan temanku, kita bisa makan bersama," jawab Villia dengan cepat.
"Oke, thank you," timpal Denis sambil duduk di tengah-tengah mereka.
Mereka makan bersama tanpa suara, semua pada menikmati makanan masing-masing, Dev merasa bahagia ada Denis di meja makan jadi ada penengah antara dia dan Villia, Dia melempar sendok ke arah Denis, membuat Denis yang mulanya menunduk jadi mengangkat kepala memandangnya. Dev mengedipkan mata berulang kali, memiliki Arti jika Denis harus membuka pembicaraan agar suasana tidak terlalu sepi.
Kedipan mata Dev membuatnya bingung, apa yang harus di bahas jika ada di depan Villia, mana mungkin membahas keburukan Villia, yang ada akan menimbulkan pertengkaran antara dia dan Villia tapi sepintas ide lewat di pikirannya, Denis akan membicarakan tentang momongan saja, mereka kan pengantin baru jadi hangatlah jika membahas tentang momongan.
"Kapan kalian punya anak, hm?" tanya Denis menandang Dev dan Villia secara bergantian dan sekilas.
"Kita masih usahakan untuk secepatnya, bukan begitu sayang," timpal Villia di sela-sela menguyah makanan, dia menyenggol lengan Dev di sampingnya.
"Hmm, benar, doakan saja agar segera di beri momongan," jawab Dev merentangkan tangan di atas sandaran kursi.
"Aku akan selalu siap untuk menjaga Villia, jika nantinya kau sibuk bekerja, Dev," timpal Denis lalu memajan sesndok nasi.
"Aku juga bukan anak kecil," ucap Villia menyunggingkan senyum ke arah Denis dan Dev secara bergantian.
"Baby, jika kau hamil wajib di jaga oleh dia," timpal Dev tersenyum miring sambil membelai perut rata Villia, dia melirik Denis di depannya.
"Benar, kau butuh pengawasan Villia," ucap Denis yang merasa menang.
Villia yang kalah bicara hanya menghela napas, dia tidak ingin di jaga apabila sedang ada di dalam rumah, di tambah yang jaga selalu mengikutinya, itu akan membuatnya sangat risih dan terganggu, entah bagai mana caranya, Villia akan membujuk Dev agar tidak menyiapkan penjaga jika nantinya dia hamil, dia ingin menikmati kehamilannya sendiri.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LATTER [END]
RandomTHE LATTER, pilihan terakhir untuk selamanya, kunci akhir hidup ini, cinta dalam kebohongan itu tidak lebih baik dari cinta yang tidak di ungkapkan, tulus, untuk menjadikannya yang terakhir harus tulus agar hati tidak mudah tersakiti, dari segi keku...