Zeinta menghidangkan berbagai maca masakan di atas meja, dia membuatkan sarapan untuk anak dan menantunya, dari arah kamar, Dev dan Villia datang dengan bergandengan tangan, mereka duduk di dua kursi yang masih kosong, Zeinta membuka gelas di meja depan Villia, dia menuangkan air putih ke dalam gelas sambil memandang ke arah Villia sambil menyunggingkan senyum.
"Orang hamil harus banyak minum air putih," tutur Zeinta, dia meletakkan kompor di tempat semula.
"Makasih ma," jawab Villia sambil menyunggingkan senyum.
"Jangan kau sentuh apalagi memakan makanan dari kedua orang tuaku, faham baby?" Bisik Dev ke arah Villia di sampingnya.
"Sayang, bayi kita ingin makan daging panggang di restoran," timpal Villia sambil membelai perut buncitnya, dengan begini, dia ataupun Dev memiliki alasan untuk tidak sarapan di rumah.
"Sorry Dad and mam, kami tidak bisa sarapan bersama kalian hari ini," ucap Dev, dia berdiri dari tempat duduk di barengi Villia.
"No problem, pergilah! Menuruti calon bayimu itu lebih penting daripada kami," jawab Zentia tanpa memandang Dev di depannya, dia sibuk menatakan sarapan untuk Jaxerstan yang baru datang.
"Baiklah, bila terjadi sesuatu hubungi kami," timpal Dev sambil berbalik badan, dia mulai berjalan keluar rumah bersama Villia.
Dev menepukkan kedua telapak tangan, mobil di halaman melaju mendekatinya, Villia masuk duluan ke dalam mobil bagian belakang lalu Dev ikut masuk dan duduk tepat di sampingnya. Mereka berdua hanya terdiam di sepanjang perjalanan, Villia mengambil sebotol soda di saku kursi depannya, dia menyodorkan sebotol soda yang di ambil pada Dev, awalnya Dev tidak menyadari jika di sodori sebotol soda tapi lengannya tidak sengaja menyenggol botol soda di tangan Villia.
Dia mendongakkan kepala ke samping dan menerima sebotol soda yang di sodorkan Villia, tidak pernah sekali pun dia di beri sebotol soda oleh Villia meski sudah cukup lama hidup bersama, paling sering dia mendapati kecurangan Villia meminum soda bahkan alkohol dalam masa mengandung, Dev menghela napas, dia membuka tutup botol soda lslu meneguknya perlshan sampai habis.
"Thanks you," ucap Dev sambil memegang punggung tangan Villia di dekatnya.
"You are welcome, aku pikir itu bisa sedikit mengurangi rasa laparmu," jawab Villia mendongak ke arah Dev sambil menyunggingkan senyum.
"Tentu, yang terpenting kita aman dari kedua iblis tua itu," timpal Dev tersenyum miring.
"Apa aku boleh tau sayang, mengapa kau menghindari kedua orang tuamu?" Tanya Villia pada Dev, dia meletakkan dagunya di pundak Dev sambil mengeratkan pegangan tangan, dia ingin tau semua tentang Dev agar mudah menjarahnya.
"Kau tau penjahat? Apa kau harus menanyainya mengapa dia jahat? Tidak mungkin bukan? Yang terpenting kita menjauh jika kita ingin selamat," jawab Dev menjelaskan panjang lebar, dia tidak mungkin memberitahu yang sebenarnya terjadi.
"Baiklah, aku tidak mungkin membantah perintahmu," timpal Villia tersenyum lebar, dia mencium pipi Dev perlahan.
Mobil berhenti di halaman sebuah cafe, Dev turun dari dalam mobil lalu menuntun Villia untuk turun, mereka berdua masuk ke dalam cafe dengan berpegangan tangan layaknya pasangan pada umumnya, Dev memilih bangku paling ujung dekat tempat pemesanan makanan agar pelayan busa mudah mengantarkan pesanannya, mereka duduk berhadapan, Dev menepukkan kedua telapak tangan membuat pelayan yang tidak sengaja lewat mendekatinya.
"Permisi tuan, ini buku menu dari restoran kami, hari ini ada free thai tea setiap pemesanan dua box mie daging panggang dan lima box nasi goreng cabe gurih, silahkan di pesan bila berkenan, terimakasih," ucap pelayan itu memamerkan promo cafenya.
"Bawakan aku dua box mie daging panggang,coffe susu satu, susu hangat satu," jawab Dev sambil mengembalikan buku menu pada pelayan di dekatnya.
"Baiklah, silahkan di tunggu tuan dan nyonya," timpal pelayan dengan berbalik badan dan berjalan pergi.
Dev menyatukan kesepuluh jarinya di atas meja, dia akan sedikit terlambat ke kantor karena waktunya tersita untuk sarapan, tapi itu bukan masalah, yang terpenting Villia aman bersamanya, kedatangan kedua orang tuanya merupakan suatu bencana besar yang melanda, mereka bisa saja menghancurkan rumah tangga dia dengan Villia dan melakukan beribu cara untuk membawanya kembali ke rumah. Villia di depannya sibuk bermain ponsel tanpa memperdulikan dia, itu lebih baik daripada Villia terus bertanya padanya dengan tujuan untuk memudahkan melakukan kejahatan.
Pelayan datang dari tempat pemesanan membawa pesanan Dev, dia menyajikan makanan dan sirup secara hati-hati di atas meja lalu kembali pergi. Dev menarik makanan miliknya, dia memandang ke arah Villia di depannya, rasanya hambar bila memulai makan sendiri apalagi sarapan atau makan pagi, tapi tidak enak jika harus menganggu Villia, Dev kembali memegang punggung tangan Villia yang terletak di atas meja, hal itu membuat Villia mengalihkan pandangan ke arahnya.
"Dari tadi kau manja padaku sayang, apa yang kau inginkan, hm?" Tanya Villia menyunggingkan senyum lebar.
"Aku hanya ingin kita sarapan bersama, kasihan baby dalam perutmu bila tidak kau beri makan," jawab Dev mengalihkan tangannya dari punggung tangan Villia.
"Tidak mungkin aku biarkan dia kelaparan sayang, namun hari ini aku kurang selera makan," timpal Villia sambil membelai perutnya, dia meletakkan ponsel di dekat sarapan miliknya.
"Katakan bila kau ingin sesuatu hal yang lebih, jangan beralasan tak selera makan," tutur Dev, dia menyuapkan sarapan miliknya pada Villia.
"Entah, aku merasa malu jika meminta langsung padamu," jawab Villia tersipu.
Di balik kemesraannya dengan Dev, Villia juga saling bertukar pesan manis dan manja dengan Jhosua dalam ponselnya, dia langsung membalas pesan yang masuk tanpa meminta izin pada Dev, bila di tanya oleh Dev, siapa yang menghubunginya, maka dia akan menjawab temannya, sementara Dev hanya terdiam sambil menghabiskan sarapan miliknya, dia tau orang yang sedang menganggu waktunya dengan Villia adalah Jhosua, tapi sekarang dia tidak bisa berbuat banyak untuk memisahkan mereka berdua, belum saatnya juga dia memiliki Villia seutuhnya.
Setelah menghabiskan sarapan, Dev membersihkan mulutnya dengan tissue lalu meneguk sirup sampai habis, dia izin ke toilet pada Villia sambil mengambil ponsel dari dalam saku celananya, dia akan memperketat pengamanan dan memberi penjaga di seluruh penjuru rumah agar kegiatan kedua orang tuanya di dalam rumah bisa terekam dengan jelas, paling tidak, niat jahatnya bisa di ketahui oleh mereka yang berjaga. Dev memencet nomor Ken lalu menempel ponsel di telinganya.
"Ada tugas untukmu dan Denis, ajak anggota mafia lain," ucap Dev setelah telponnya tersambung.
"Tugas apa? Kelihatannya begitu penting," tanya Ken dari dalam telpon.
"Kau tambah cctv dalam rumahku sebanyak mungkin dan awasi setiap gerak-gerik kedua orang tuaku yang baru datang kemaren, jika mereka berpergian, salah satu dari kalian harus membuntuti," perintah Dev dengan sedikit berbisik lalu mematikan telpon sepihak.
Dia berbalik badan dan kembali berjalan menghampiri Villia sambil memasukkan ponsel ke dalam saku celana, Dev menyunggingkan senyum saat di pandang Villia dari kejauhan lalu duduk di tempat semula.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LATTER [END]
RandomTHE LATTER, pilihan terakhir untuk selamanya, kunci akhir hidup ini, cinta dalam kebohongan itu tidak lebih baik dari cinta yang tidak di ungkapkan, tulus, untuk menjadikannya yang terakhir harus tulus agar hati tidak mudah tersakiti, dari segi keku...