Jam menunjukkan pukul enam sore, Dev membawa sekarung besar hadiah keluar ruangan, orang tuanya baru saja pulang dari menjenguk Villia dan membawa semua hadiah itu, dia mengangkat karung dengan kedua tangan lalu melemparkannya ke tempat sampah paling besar yang ada di rumah sakit itu, dia kembali berjalan setelah membuang sekarung sampah, saat sudah dekat dengan ruangan rawat, Dev tak sengaja melihat tuan Axcel dari arah berlawanan, dia mempercepat jalannya dan berdiri di depan ruangan untuk menyapanya.
"Ayah, mengapa tidak memberitahuku bila hendak datang?" Sapa Dev di depan ruang rawat.
"Tidak perlu Dev, aku ingin segera melihat keadaan Villia dan cucuku," jawab tuan Axcel merangkul Dev.
"Mereka baik-baik saja, cucumu laki-laki tuan Axcel," timpal Dev mendongak ke samping, dia memandang tuan Axcel dengan menyunggingkan senyum.
"Benarkah? Ini suatu keberuntungan Dev, dia bisa menjadi penerusmu," ucap Axcel sambil menepuk punggung Dev berulang kali.
Mereka masuk ke dalam ruangan dengan berangkulan, Villia yang tengah menyusui bayinya tak sengaja melihat pemandangan seperti itu, dia menyunggingkan senyum lebar, hangat rasanya melihat ayah dan suaminya bisa berdamai, Axcel mencium pucuk kening Villia lalu membelai wajah bayi di gendongannya, dia meminta izin pada Villia untuk mengajak bayinya jalan keluar, Villia menanggapi dengan anggukan kepala berulang kali, Axcel mengambil bayi mereka dari gendongan Villia dan menggendongnya keluar ruangan.
Kini berganti Dev yang mencium pucuk kening Villia, dia duduk di dekat Serin berbaring sambil mengambil makanan yang tersedia di atas almari, makan sore hari ini bubur tanpa rasa dengan campuran sayur yang telah di potongan menjadi potongan kecil, Dev baru mendekatkan ujung sendok ke mulut Villia tapi Villia sudah menolak dengan gelengan kepala, dia menghela napas kasar, dari kemaren Villia selalu menolak bila hendak di suapi makan, dia sudah mencoba berbagai cara tapi tetap gagal untuk membujuk Villia agar mau makan.
"Satu sendok saja, baby," pinta Dev berusaha merayu Villia agar mau makan.
"No sayang, aku tidak berselera makan," tolak Villia mengalihkan pandangan ke tempat lain.
"Apa yang kau inginkan, hm?" Tanya Dev menggunakan cara lain untuk membujuk Villia.
"Tadi pagi dokter memeriksaku dan bayi kita, dia telah memperbolehkanku pulang, maka dari itu sekarang aku ingin makanan dari luar sebelum pulang," jawab Villia mengungkapkan keinginannya sambil menunduk.
"Really? Baiklah, aku akan membawakan makanan yang enak dari luar untukmu, baby," timpal Dev, dia betdiri dari tempat duduk dan kembali berjalan keluar ruangan.
Dev berjalan melewati Axcel yang sedang menghibur bayinya di lorong rumah sakit, dia memandang sekilas tanpa suara dan tidak menghentikan langkah, yang harus di lakukan dia sekarang adalah mencari tempat untuk Villia dan bayi mereka singgah selama masa pemulihan, tidak memungkinkan bila mereka berdua di rawat di rumah, apalagi ada kedua orang tuanya. Dev mengambil ponsel dalam saku celana, dia memencet nomor Denis lalu menempelkan ponsel ke telingannya. .
"Ada tugas untukku? Coba katakan Dev, apa masalahmu?" Tanya Denis dari dalam telpon.
"Jemput kami di rumah sakit, kau bawa semua barang-barang Villia yang ada di rumah, dan suruh Ken untuk mencari kelas pasca melahirkan terdekat untuk Villia dengan bayiku," Perintah Dev dengan singkat, dia menghentikan langkah di salah satu toko paling dekat dengan rumah sakit.
"Baiklah, aku akan segera sampai," jawab Denis lalu Dev mematikan telpon sepihak.
"Berikan aku bubur ayam dan teh hangat," pinta Dev pada penjaga toko di depannya.
Penjaga toko membuatkan Dev bubur ayam dengan bahan-bahan yang ada lalu mencampurkan setiap bahan dalam stearofoam dan memasukkan stearofoam dalam kantong kresek, dia menambahkan se plastik teh hangat di dalam kantong kresek, selesai menyiapkan pesanan, dia memberikan kantong kresek berisi bubur ayam dan teh pada Dev di depannya. Dev menerima kanting kresek dari penjaga toko, dia mengambil uang dalam saku celana dan memberikannya pada penjaga toko lalu berbalik badan kembali berjalan.
Penjaga toko memanggilnya berulang kali karena uangnya kelebihan tapi Dev hanya menanggapi dengan gelengan kepala berulang kali, untung penjaga toko mengerti arti gelengan kepalanya dan mengucapkan berterimakasih padanya, dia tidak suka menunggu uang kembalian karena baginya uang itu merupakan milik penjaga toko yang sudah melayani dengan baik, Axcel tidak terlihat di lorong dekat ruang rawat padahal dia tidak terlalu lama membeli bubur ayam, mungkin dia telah masuk ke dalam ruang rawat karena pegal menggendong bayinya.
Dari belakang seperti ada yang menepuk, Dev mendongak ke belakang, ternyata Denis yang menepuk pundaknya dari belakang dengan membawa koper besar di salah satu tangannya, Denis mengucapkan selamat sambil menjabat tangan Dev, namun Dev tidak menaggapi dan terus melangkah menuju ruang rawat, dia sangat malas bila harus meladeni anak buah seperti Denis, selain cerewet dan banyak tanya, Denis juga sangat jahil bahkan berani mengusilinya. Mereka berdua masuk ke dalam ruang rawat, di sana Axcel sedang meminum sebotol air putih sementara Villia menggendong bayinya yang sudah tertidur.
"Selamat untuk Dev dan Serin atas kelahiran bayi kalian, akhirnya tuanku Dev memiliki keterunan," ucap Denis sambil menyalami Villia di atas ranjang.
"Thank you Denis, silahkan duduk di sana," jawab Villia mempersilahkan Denis duduk dengan mengulurkan tangannya ke arah sofa.
"Baiklah, tapi aku harus segera kembali karena masih ada urusan yang harus aku urus," timpal Denis beralasan, dia berjalan keluar ruangan.
"Sayang, dia kelihatan begitu sibuk," ucap Villia pada Dev yang duduk di dekatnya.
"Kau tak perlu pedulikan dia, sekarang makanlah," ajak Dev sambil membuka bubur ayam dalam stearofoam.
Dev menyuapkan bubur ayam pada Villia, dan Villia langsung bersemangat untuk makan, dia bosan dengan makanan rumah sakit yang tanpa rasa, Dev berulang kali menyuapkan bubur ayam sampai bubur ayam dalam stearofoam habis, selesai makan, Dev menuang teh hangat di dalam plastik ke dalam gelas, dia berikan pada Villia.
"Kita pulang besok, baby," ucap Dev sambil membelai rambut Villia.
"Why? Bukankah hari ini sudah boleh pulang?" Tanya Villia yang tidak mengerti rencana Dev.
"Yes, but aku sedang mencarikan tempat teraman untukmu," jawab Dev menyunggingkan senyum.
"Baiklah, aku ingin istirahat dan jangan menganggu," timpal Villia menutup kedua mata.
"Selamat tidur, tidak akan ada yang berani menganggumu," ucap Dev mencium pucuk kening Villia perlahan.
Di sofa, Axcel sudah tertidur pulas begitu pun bayi kecil dalam ranjang bayi, Dev melipat tangan di pinggiran ranjang lalu meletakkan kepala di atasnya, dia perlahan menutup kedua mata untuk menghilangi sedikit rasa kantuknya, sewaktu-waltu dia akan terbangun bila bayinya bangun dari tidur.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LATTER [END]
RandomTHE LATTER, pilihan terakhir untuk selamanya, kunci akhir hidup ini, cinta dalam kebohongan itu tidak lebih baik dari cinta yang tidak di ungkapkan, tulus, untuk menjadikannya yang terakhir harus tulus agar hati tidak mudah tersakiti, dari segi keku...