03. Raden.

15 14 34
                                    

Hari-hari dijalani dengan semestinya. Di rumah, Langit hanya mengurung diri di dalam kamar, tidak ingin keluar karena ia tak mengenal para remaja yang ada di daerah rumahnya.

Sudah satu tahun Langit bersekolah di sekolahan barunya. Kini, sudah waktunya pergantian tahun ajaran baru dan tentunya Langit naik ke kelas 9 dengan peringkat tujuh dari sepuluh besar. Sedikit bodoh, tetapi masih bisa diselamatkan 'kan?.

Tentang lelaki itu, Langit tak pernah bertemu lagi semenjak dia lulus. Sedikit merasa kehilangan karena tak ada yang menatapnya dengan tajam lagi, tetapi Langit juga merasa senang karena musuhnya telah hilang dari sekolahnya.

Saat ini Langit sedang menjalin hubungan dengan salah satu temannya, mereka dekat dari kelas 8, sayangnya saat itu Langit sedang menjalin hubungan juga dengan Bara, kakak kelasnya.

Raden. Dia konyol, ingin berpacaran dengan Langit, tetapi dia tidak tahu bagaimana cara bersikap baik kepada wanita. Raden yang suka berbicara kasar, cuek, tetapi terkadang Raden bisa dijadikan tempat curhat untuk Langit. Tak semua yang ada di dalam diri Raden adalah hal buruk. Walaupun seperti itu, Langit tak pernah merasa serius dengan Raden ataupun mantan-mantan yang lainnya karena ia pikir ia masih remaja dan butuh hiburan, ia tak mau menjalin sesuatu yang serius sebelum waktunya.

"Raden!" panggil Langit dengan kepala yang mengintip dari jendela kelas Raden.

Raden hanya menoleh sambil mengangkat dagunya sebagai balasan dari panggilan Langit. Langit mendengkus, tadinya Langit ingin menunjukkan sesuatu di ponsel miliknya, tetapi saat melihat Raden seperti enggan membuat Langit langsung menjauhi kelas Raden dengan mulut yang menyumpahi sikap Raden.

Untuk berpacaran dengan Raden cukup menguras energi, kekuatan mental, dan kesabaran. Raden pernah menyatakan perasaannya saat kelas delapan, tetapi dengan berat hati Langit menolaknya. Salah satu alasannya juga karena temannya mencintai Raden. Namun, ketika Raden menyatakan perasaannya untuk kedua kalinya, Langit menerima dengan ragu, bahkan rasa tidak tega terkadang hinggap ketika melihat Resya. Seseorang yang mencintai Raden namun cintanya bertepuk sebelah tangan.

Resya seringkali mendekati Raden dan seringkali juga Langit melihatnya, tetapi Langit tak ambil pusing, jika Raden mau, apa yang harus Langit lakukan selain membiarkannya, 'kan?.

Percintaan di masa remaja memang rumit ketika pemikiran kita yang masih kekanak-kanakan. Oleh karena itu, ia tak akan pernah mencintai seseorang begitu dalam, bahkan hingga sekarang ia tak mengetahui apa definisi cinta. Menurutnya, orang yang menyatakan cinta padanya hanya tertarik karena kecantikannya atau dengan kata lain 'menyukainya' dan bukan karena cinta

Langit memang cantik dan Langit tak menyangkal itu, yang membuat Langit tak habis pikir adalah ketika ia masuk ke sekolah ini, banyak yang menganggap dirinya memakai 'susuk'. Hei, pemikiran mereka terlalu jauh untuk anak-anak remaja seusianya. Langit bahkan tak tahu bagaimana bentuk susuk.

"Langit!" panggil Fia, memecah lamunannya.

Langit menoleh, mengangkat sebelah alisnya.

"Kantin, yuk!" ajak Fia.

"Males," rengek Langit.

"Ih, apa-apa males!" kesal Fia.

Sesuatu yang mengejutkan, Fia adalah mantan pacar Raden, tetapi mereka menjalin hubungan ketika mereka masih SD,  terlalu dini bukan?.

SEE YOU NEXT CHAPTER.

bener-bener, di sini aku ga tau lagi mau nulis apa, karena ini ... diambil dari kisah nyata.

Untuk tingkatan kelas, tempat, nama, ataupun yang menurut aku privasi, bakal aku ubah, jadi ga semuanya nyata, dan aku bakal nambahin sebagai pemanis juga!

Hiraeth [ OPEN PO ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang