07. Hukuman?!

12 7 11
                                    

Serra, Alice, Langit, bahkan Bella dihukum. Mereka menjalankan hukuman berupa jalan jongkok dari lantai satu ke kelas, bisa dibayangkan bagaimana lelahnya? Apalagi harus melewati tangga, mendaki gunung, menyelam samudra, dan memanjat awan, ah! Berlebihan. Ulah siapa? pastinya si kecil cabe rawit — Fia.

Sudah bisa dipastikan, setelah ini Serra akan menghujat Fia habis-habisan. Entah apa yang Fia katakan pada Pak Rido sehingga mereka menerima hukuman seberat ini. Bahkan Bella ikut serta dihukum. Sebenarnya Bella tidak dihukum, tetapi ia bersikukuh mengikuti hukuman karena Bella yang sedari tadi bersama mereka. Rasanya kurang adil jika teman-temannya dihukum, sedangkan dirinya tidak.

Berjalan jongkok dengan keringat yang mengucur deras dari dahi. Setelah sampai di lantai dua, mereka mengedarkan pandangannya ke sekeliling, berharap Pak Rido sudah tidak memantau. Tentu, mereka berbuat kecurangan karena rasanya tak akan sanggup jika menaiki tangga menuju lantai empat dengan berjalan jongkok, terlalu mustahil untuk mereka, apalagi si lemah Langit. "Anjing tuh si Pia!" umpat Serra, kesal.

"Heh," tegur Bella dengan sedikit terkekeh.

"Iya ih, ribet banget Fia, ngapain sih dia?" kesal Alice.

Langit mengangguk setuju, ia merasa perbuatannya tak salah, salat tak perlu dipaksa, apalagi ini adalah salat Sunah. Langit tahu, ia akan mendapat pahala dengan menjalankan salat Sunah, tetapi ... apakah harus seperti ini caranya? Langit juga sebenarnya tripikal orang yang tak suka dipaksa, tetapi ia selalu memilih untuk tetap diam daripada memperpanjang masalah seperti Serra.

"Musuhin aja." Bella mengompori.

"Pengen gue labrak tuh," ujar Serra. Mereka masih berjalan menaiki tangga dengan santai setelah menetralkan napasnya. Langit hanya takut akan terjadi apa-apa pada Fia karena Serra adalah seseorang yang nekat, sekali kesal, ia akan meluapkannya, tak peduli jika itu temannya sendiri.

Ketika sampai di kelas, Serra mencari keberadaan Fia dengan cara menegur atau menanyakan dengan paksa kepada anak-anak kelas yang tidak mengetahui keberadaan bocah satu itu. "Langit! kamar mandi, yuk!" ajak Serra dan Langit hanya mengangguk, ia juga akan mencuci wajahnya.

Serra dan Langit berjalan beriringan menuju kamar mandi yang letaknya di sebelah kelas mereka. "Heh!" teriak Serra saat melihat gadis yang sedikit lebih pendek darinya di dalam kamar mandi sedang berkaca.

"Maksud lo apa? Ngadu-ngadu ke Pak Rido segala, kalo caper mah ga usah bawa-bawa temen!" bentak Serra.

Langit diam, dirinya selalu berpikir terlambat jika ada kejadian seperti ini. Ia ingin membela Fia, tetapi ia juga masih kesal dengan gadis itu, ia juga tak membela Serra yang menurutnya terlalu berlebihan. Mungkin Langit berharap ini kali terakhir Serra berbuat seperti ini.

"Gue ga salah, 'kan?" tanya Fia, ia menatap Langit dengan tatapan mata yang entah apa artinya.

Serra mendekati Fia lalu menabrakkan bahunya ke bahu Fia, sedikit kencang hingga Fia terhuyung ke belakang. "Ga usah sok polos! Munafik banget lo!" kesal Serra.

"Apaan sih!" desis Fia, ia melirik ke arah Langit sekali lagi dengan mata yang berkaca-kaca, lalu melenggang pergi meninggalkan keduanya dalam keheningan.

"E-eh, nangis itu loh," beritahu Langit pada Serra. Jika Langit membenci Bintang yang merupakan saudara Fia, bukan berarti ia harus membenci Fia juga 'kan?.

"Bodo. Suruh siapa caper terus?!" balas Serra masa bodo.

Langit menghela napas pasrah, entah apa yang akan terjadi selanjutnya, apakah Fia akan mengadukan ini kepada guru-guru? Atau kepada orang tuanya? Entahlah.

CAPE BANGET KETAWA MULU DI SINI, ANTARA KESEL, MAU KETAWA, SAMA TAKUT.

KESEL KARENA AKU BENER-BENER DICEPUIN KE GURU.

MAU KETAWA KARENA NGINGET KEBODOHAN AKU DAN HUKUMAN YANG AKU JALANIN. BAYANGIN AJA JALAN JONGKOK MENANJAK GUNUNG, MELEWATI SAMUDRA, MELOMPATI LAUTAN?! EH ENGGA-ENGGA.

DAN TAKUT KARENA DI SITU, TEMENKU BENER-BENER MARAH, WKWK.

UDAH YAA! SEE UU! STAY SAFE GUYSS!

SEPERTI BIASA, AKU CAPE NGINGETIN, TAPI GAPAPA.

VOTE DAN KOMEN, JANGAN LUPA BACA DAN SIMAK JUGA!

Hiraeth [ OPEN PO ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang