19. Siapa?.

1 1 0
                                    

Malam ini akan dihabiskan oleh Langit untuk berkumpul bersama teman-teman rumahnya. Sudah lama ia tidak ikut berkumpul bersama mereka.

"Eh, Langit!" sapa Zara saat melihat Langit berjalan ke arah mereka.

"Neng! Baru keluar dari Gua, ya?" Ledek Roni yang mampu membuatnya mendengkus kesal. Selalu begitu, tetapi tak bisa Langit tolak bahwa ledekan dari Roni selalu menghibur.

"Bangkit dari kubur!" koreksi Aldi yang mampu membuat mereka tertawa lebih keras, kecuali Langit yang justru memelototkan matanya pada Aldi dan Roni.

"Sini!" ajak Zara.

Langit semakin mendekati Zara dan duduk di sebelahnya, menatap satu persatu orang-orang yang ada di sini.

"Bintang mana?" tanya Zakky yang baru saja tiba dengan ponsel di tangan kanannya.

"Ga tau, sok sibuk dia!" kesal Aldi tiba-tiba.

"Kenapa?" heran Zakky lagi.

"Sibuk sama ceweknya!" sela Roni.

"Emang punya?" pertanyaan dengan nada meledek terlontar dari bibir Zara.

"Gobl*k!" balas Zakky dengan tangan yang seakan ingin melempar ponselnya pada Zara.

"Darrel mana?" tanya Langit, berusaha mengalihkan pembicaraan yang membuat dadanya semakin sesak. Jadi benar jika Bintang telah memiliki kekasih?.

"Lah! Kan, lo sodaranya!" teriak Aldi.

"Emosi mulu lo!" balas Langit dengan berteriak juga.

"Ribut, yuk!" ajak Aldi sambil menyingkap kedua lengan bajunya dan menyingkap celana yang hanya sebatas lutut ke atas.

"Geli, Di!" cibir Zara pada Aldi.

Aldi tertawa, sedangkan Langit memandangi Aldi dengan tatapan yang meledek.

Langit tak bisa membohongi dirinya sendiri. Langit sakit hati, hatinya sesak mendengar kabar bahwa Bintang telah memiliki seorang kekasih. Memang, salah siapa dirinya menolak Bintang dengan alasan 'Bintang pantas mendapat yang lebih baik.' Sekarang, Bintang mendapatkan yang lebih baik, kan?.

"Bintang beneran udah pacaran?" tanyanya memberanikan diri pada Zara.

Zara mendongak. "Bintang beneran punya pacar?" tanya Zara kepada yang lainnya.

Siapapun. Izinkan Langit mengutuk Zara menjadi kodok!.

Roni menggelengkan kepalanya. "Kayanya, sih, TTM."

"TTM?" gumam Langit yang masih bisa didengar oleh Roni.

"Teman tapi mesra," balas Roni.

Langit mengangguk paham, Langit tahu artinya TTM, tetapi Langit bingung karena baru mengetahui bahwa Bintang dekat dengan teman perempuannya. Tak jauh berbeda dari dirinya, Langit dan Bintang 'kan hanya sekadar teman.

"Kenapa nanya-nanya Bintang? Suka, ya?!" ledek Aldi.

Zara mendongak. "Bukan gue yang nanya, tuh!" beritahu Zara sambil menunjuk Langit yang sedang bermain ponsel dengan dagunya.

"Cie Langit!" teriak Aldi.

"Wah, Langit dan Bintang," ledek Roni sambil menatap langit malam dengan tatapan yang menerawang.

"Lebih cocok bintang dan bulan, gak, sih?" tanya Roni meminta pendapat.

"Iya! Mana ada Langit dan Bintang!" balas Aldi.

"Ada, tuh!" tunjuk Zara pada Langit, lagi.

"Bercanda, Ngit. Jangan nangis, elah," ujar Roni sambil meledek.

Langit memelototkan matanya ke arah mereka, mereka tertawa, begitu pun dengan Langit. Lucu sekali jika mengharapkan Bintang akan kembali dan menemaninya lagi.

Langit mengambil ponselnya, membuka status Bintang yang tadi siang ia lihat. Langit mengetikkan beberapa kalimat yang berupa pertanyaan untuk memastikan kebenarannya.

ItsmeSky.
[Wih! Siapa, tuh?]
20.48

Bintang.

[Temen doang.]
20.50

ItsmeSky.
[Temen apa temen?]
20.50

Bintang.

[Temen elah! Ribet lo.]
20.56

Langit berhenti tersenyum, ia menjatuhkan ponselnya di pangkuannya. Matanya memanas, apakah Bintangnya benar-benar berubah? Namun, setidaknya Langit tahu bahwa Bintang benar-benar belum memiliki kekasih. Langit sedikit lega untuk hal itu.

Namun, yang kini Langit permasalahkan adalah ... sifat Bintang yang berubah, berubah jauh dari awal mereka memulai kisah bersama.

Langit memang selalu gagal dalam menjalani hubungan, tanpa ataupun dengan status. Akan tetapi, bisakah kali ini Langit berhasil untuk hal itu? Bisakah Langit tetap bersama Bintang?.

"Oke, gapapa."

Langit berdiri dari duduknya, suasana hati yang memburuk membuatnya enggan untuk bergabung bersama teman-temannya, takut jika mereka tidak nyaman melihat ekspresi wajah yang Langit tunjukkan. "Gue duluan, ya," pamitnya pada teman-temannya.

"Mau ke mana? Cepet banget," heran Zara.

Langit menunjuk ke arah rumahnya, lalu mengedipkan sebelah matanya dengan senyum yang mengembang. "Tidur, bye!"

Langit berlari menjauhi mereka sebelum mereka menanyakan banyak pertanyaan yang akan membuat moodnya semakin memburuk.

Untuk malam ini, malam yang membuat Langit kesal dengan Bintang. Untuk pertama kalinya setelah sekian lamanya.

TAU GA SI? CHAPTER SEPENDEK INI AKU BIKIN DUA HARI. EH, DUA MALEM.

KARENA EMANG BENER-BENER SUSAH MENGUNGKAPKAN DENGAN KATA-KATA YANG BISA DIPAHAMI. AKU UDAH NYOBA SEKERAS YANG OTAK AKU MAMPU, TAPI YA KAYA BEGINI HASILNYA.

TERLALU BEBELIT.

Hiraeth [ OPEN PO ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang