11. Kisah Mereka.

4 2 0
                                    

Langit berjalan di bawah gelapnya malam yang pastinya dihiasi dengan bintang dan ... bulan?. Iya! Bulan selalu menjadi pusat perhatian banyak orang, tidak seperti langit yang selalu tampak menyebalkan dan membosankan. Mengapa semua orang lebih suka memuji bulan daripada langit? Terkadang, Langit kesal karena menurutnya, langit adalah temannya.

"Dor!" teriak seseorang dari belakangnya.

Langit menoleh, menatap seseorang tadi dengan senyum lebarnya. "Ga kaget."

"Yah," keluh Bintang. Hubungan keduanya semakin erat, bahkan banyak yang kesal karena mereka tak kunjung memiliki status yang seharusnya mereka miliki. Apalagi kalau bukan 'pacaran?'.

"Langitnya bagus," puji Bintang.

"Yang bagus, langit apa bulan, nih?" tekan Langit.

Bintang menoleh ke arah Langit, lalu berucap "Langit. Gue bilang 'kan langit, bukan bulan," jelasnya.

Langit mengangkat kedua bahunya. "Alesan." Langit pergi, berjalan menjauhi Bintang yang saat ini menatap heran ke arahnya.

"Langit!" panggilnya sedikit kencang.

"Ga usah teriak-teriak!" balas Langit yang juga berteriak.

"I LOVE YOU!" teriak Bintang. Sengaja dengan suara yang lebih keras dari sebelumnya.

Langit berhenti, lalu membalikkan badannya dan menatap Bintang yang hanya berjarak beberapa langkah darinya. "Mau gue ceburin?" tawarnya yang membuat Bintang terkekeh.

Saat ini, keduanya memang sedang menghabiskan waktu bersama. Membuang-buang waktu hanya untuk menikmati cinta yang akan singgah sementara.

Keduanya berada di tengah-tengah jembatan yang ukurannya tidak terlalu besar, tidak juga terlalu kecil. Jembatan di atas danau, jembatan yang dikhususkan untuk pejalan kaki. Namun, jembatan di sini tidak terlalu banyak orang berlalu-lalang. Bahkan saat ini, hanya mereka berdua di sini.

"Kalo gue diceburin, nanti lo sama siapa, dong?" goda Bintang sambil berjalan mendekati Langit.

Langit membalikkan badan dan kembali berjalan dengan santai, meninggalkan Bintang yang terus menyusun langkah santainya untuk menyamakan langkah kaki Langit. "Cari yang baru, banyak yang mau, kok," balas Langit.

Bintang tertawa, tawa Bintang adalah candu baginya. Tidak mudah untuk melepaskan seseorang yang kita cinta dengan alasan apa pun bukan? Akan tetapi pada dasarnya, Langit telah menjadi Langit yang sulit percaya akan adanya cinta. Jadi ia berpikir bahwa 'rasa ini hanyalah sementara'.

"Ayo pulang!" ajak Langit pada Bintang.

"Ayo," balas Bintang.

Sepersekian detik, mereka saling menatap. Tatapan tajam yang tersirat akan kehangatan di dalamnya. "Langit pendek," cibir Bintang pada akhirnya.

"Siapa suruh ketinggian," sebal Langit.

Bintang merangkul bahu Langit, tetapi segera Langit tepis. "Ya Allah, Langit jahat banget," adu Bintang.

Ia tak suka jika dirangkul ataupun bergandengan tangan dengan lawan jenis. Ia tak mau berkontak fisik lebih terhadap lawan jenisnya, bahkan hampir tak pernah ia menyentuh tangan lawan jenisnya, kecuali dalam keadaan tak sengaja ataupun bersalaman dengan guru dan keluarganya. Rasanya, aneh. Tak ada pengecualian untuk hal satu ini. Untuk Bintang, ataupun jajaran para mantan sekali pun. Bisa dibilang, Langit ... jijik?.

"Risi tau ga?" omel Langit pada akhirnya.

"Iya, deh, yang risi mah beda ye," sindir Bintang.

Giliran Langit yang tertawa, menertawakan sindiran dari Bintang yang selalu mengira bahwa Langit hanya enggan untuk bersentuhan dengannya. Tidak ada niatan baik untuk menjelaskan secara perlahan kepada Bintang. Biarkan Bintang yang memikirkannya seorang diri di malam hari.

'Ya Tuhan, kapan kau akan mencabut rasa yang semakin mendalam ini?' pikir Langit.

Satu hal yang Langit takutkan, ia takut akan jatuh semakin jauh di dalam hati Bintang.

PERNAH GA SI? KALIAN TAKUT JATUH CINTA SAMA SESEORANG? KALIAN TUH TAKUT GA YAKIN SAMA PERASAAN KALIAN? ATAU KALIAN TAKUT DITINGGAL SEPERTI YANG DULU-DULU?

AKU PERNAH, AKU SUKA GA YAKIN SAMA PERASAAN AKUU:(

SPAM KOMEN, BOLEH SAJA.

Hiraeth [ OPEN PO ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang