20. Beri Aku Ruang.

2 1 0
                                    

Bintang menyunggingkan senyumnya, merasa ikut bahagia ketika mendengar Langit lulus dengan nilai yang lebih bagus dari pada nilainya tahun lalu. Akan tetapi, perlahan senyumannya pudar, ia dan Langit tengah berjauhan, entah apa penyebabnya.

Bintang mengakui jika Bintang bersalah karena membalas chat dari Langit dengan singkat, ataupun dengan kata-kata yang tak biasanya ia gunakan. Namun, Langit bahkan tak peduli dengan perubahan kalimatnya pada chat mereka. Bintang selalu meragui perasaan Langit kepadanya.

Bintang berjalan keluar dari rumahnya, bertujuan untuk menghampiri teman-temannya, berharap Langit ada di sana. Langkah kaki Bintang semakin memberat ketika dari kejauhan, ia tak melihat Langit. "Ga ada, ya?" gumamnya.

"Woi, Tang!" teriak Aldi yang lebih dahulu melihat Bintang.

Bintang mengangkat sebelah tangannya lalu berjalan mendekati mereka, duduk di tengah-tengah teman-temannya yang sedang bermain ponsel, lebih tepatnya game online.

"Yah, Bintang dateng, Langit pergi," gumam Roni dengan mata yang masih fokus pada ponselnya.

"Emang Langit tadi ke sini?" tanya Bintang.

Darren menggeleng. "Ga tau, gue baru dateng."

Bintang melirik sinis ke arah Darren. "Bodo."

Roni mengangguk mengiakan pertanyaan Bintang mengenai Langit. "Tadi ke sini sama Zara, Langit balik, Zara ikutan balik," jelasnya.

Bintang hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Tadi, sih, Langit nanyain lo," beritahu Zakky pada Bintang yang membuat Bintang langsung mengarahkan pandangannya ke arah Zakky.

Mengangkat alisnya, Bintang bertanya, "Nanyain apa?"

"Cie langsung nengok!" teriak Aldi.

Memang, jika ada perlombaan perusuh, juara biang rusuh di sini akan dimenangkan oleh Aldi. Dengan teriakan kencangnya, wajah yang menyebalkan, serta ledekan-ledekan yang terlontar dari mulutnya, semua itu mendukung Aldi untuk dimusuhi oleh teman-temannya.

"Ga nanyain elo, sih, cuma nanyain lo udah ada cewe apa belum."

"Serius lo?" heran Bintang dengan nada tak percaya saat mendengar pernyataan yang Roni katakan.

Roni mengangguk. "Kalo ga percaya, tanya aja sama orangnya."

Bintang mengangguk lagi, lalu mengeluarkan ponselnya yang berada di kantong celananya, membuka chat-nya dengan Langit. Seketika itu juga, Bintang menepuk dahinya saat membaca balasan yang telah ia kirimkan untuk Langit. Mengapa dirinya sangat mengesalkan di sini? Seolah ingin menjauh dari Langit, padahal bukan itu maksud Bintang.

BintangRr.
[Langit?]
[Udah tidur, kah?]
21.34

Ingatkan Bintang untuk mengutuk dirinya sendiri yang dengan tak tahu malunya ia menghubungi Langit setelah perlakuannya yang semena-mena pada Langit. Bintang menggigit bibir bawahnya dengan keras, memutar-mutar ponselnya dengan jari-jarinya, menunggu balasan dari Langit.

Notifikasi masuk.

Angitt.
[Belum, Bintang.]
21.37

BintangRr.
[Lagi apa?]
21.37

Angitt.
[Lagi diem.]
21.38

BintangRr.
[Keluar sini!]
21.38

Angitt.

[Males.]
21.38

BintangRr.
Maaf, Langit:(
21.39

Angitt.
[Maaf untuk apa?]
21.41

BintangRr.
[Untuk sifat cuek gue.]
[Gue beneran ga ada niat cuek sama lo, kok,
sumpah.]
21.43

Angitt.
[Gapapa.]
21.43

BintangRr.
[Beneran gapapa?]
21.43

Angitt.
[Gapapa, Bintang.]
[Anggep aja itu balesan buat gue karena
dari kemarin udah ngejauhin lo, iya, kan?]
21.45
[Lagian, lo udah ada pengganti. Cantik, bisa diajak main, bisa diajak vc/telp setiap malem juga, kan?]

21.45

[Itu tipe lo banget, gue tau, kok.]
21.46

BintangRr.
[Apa? Gue ga ada deket sama siapa-siapa.]
21.47

Angitt.
[Udah gapapa. Lupain aja.]
21.50

°°°

Langit tersenyum miris, dirinya salah? Entahlah.

Langit tak bisa menilai dirinya sendiri, tetapi ia selalu menyalahkan dirinya ketika ada kejadian yang tidak mengenakkan. Saat ini adalah contohnya. Langit merasa bahwa awal dari permasalahan ini adalah dirinya sendiri walaupun entah di mana kesalahannya, tetapi ia tetap akan merasa bersalah.

Ini bukan tentang seberapa rumit permasalahan dalam hubungan Bintang dan dirinya.

Akan tetapi, ini adalah permasalahan tentang dirinya. Langit yang terlalu bodoh untuk mengartikan semua permasalahan yang ada, Langit yang tidak akan pernah mengarti seberapa rumitnya cinta.

Bahkan, Langit tak pernah percaya dengan adanya cinta. Bagi Langit, disayangi adalah hal yang paling istimewa.

Beri aku ruang di hatimu, walau hanya setitik tempat yang tersisa karena telah diisi dengan yang baru.

YUHUU, KELAR KAN DALAM SATU MALEM? HAHAHA.

GAPAPA GAPAPA.

TAPI KALIAN KESEL GA SI KALO MISALKAN KALIAN TUH GA BISA NGERTIIN PASANGAN KALIAN? BAHKAN UNTUK MENGARTIKAN RASA DI DALAM DIRI SENDIRI TUH RASANYA SUSAH BANGETTT.

Hiraeth [ OPEN PO ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang