23. Lembar Baru.

1 1 0
                                    

Langit menghela napas, lalu membuangnya secara perlahan. Mencoba tersenyum untuk memulai hari yang baru. Hari ini, hari di mana dirinya masuk ke sekolah barunya, sekolah dengan jenjang lebih tinggi dari sebelumnya.

Langit memilih untuk memasuki SMA Pearsanta. SMA yang termasuk ke dalam SMA favorit, SMA yang mementingkan nilai dan prestasi. Nilai Langit tidak terlalu rendah, nilai Langit bisa dikatakan nilai yang standar.

Beberapa hari ini, Langit dan Bintang sudah mulai berjauhan, tanpa adanya pertukaran pesan yang biasanya selalu mereka lakukan. Bukan ini yang dirinya harapkan, tetapi jika ini yang Bintang mau, dirinya bisa apa? Langit adalah seseorang yang akan menjadi bagian dari masa lalu Bintang.

"Langit, ayo!" ajak mama Langit yang akan mengantarkan Langit pergi ke sekolah barunya.

Jalanan tampak ramai, sedikit kemacetan tidaklah membuat perempuan itu panik. Wajar, hari ini adalah hari pertama sekolah setelah liburan kenaikkan kelas kemarin. "Ga ikut masuk, Ma?" protes Langit saat mama Langit menyodorkan tangannya untuk Langit salim.

Mama Langit menggeleng kuat. "Udah gede."

Langit berdecak, lalu menyalimi tangan sang mama. "Ati-ati!" peringat Langit sambil melambaikan tangannya.

Perempuan itu menolehkan pandangannya ke arah sekolah yang tepat di depan matanya, sekolah dengan tingkat empat yang di halamannnya terdapat banyak pepohonan. Melangkahkan kakinya, tasnya terasa sangat ringan karena ia tak membawa buku pelajaran, ia hanya membawa satu buku dan satu tempat pensil lengkap dengan isinya. Hari ini, adalah hari MPLS (Masa pengenalan lingkungan sekolah).

Para pengurus OSIS berjajar sambil mengarahkan para peserta MPLS ke barisannya masing-masing, Langit memasang wajah datarnya karena tak tahu harus berekspresi seperti apa.

"Eh kamu, kamu di depan, ya? Kamu 'kan pendek," tawar salah satu siswi yang berada di depannya.

Langit memandang siswi itu dengan tatapan tak minatnya, kalau saja Langit mengenal siswi ini, Langit akan berceloteh panjang karena telah merendahkan Langit dengan kata-katanya yang mengatakan bahwa Langit pendek. Langit menggeleng.

"Yah, gitu, sih," dumal siswi tadi dengan kekehan di akhir kalimatnya.

Dirinya mengedarkan pandangannya, tepat di sebelah kirinya, ia melihat seorang pria yang sedang menatap ke arah depan. Tatapan matanya tajam dengan warna cokelat terang, kulitnya ... tidak terlalu putih, tidak juga hitam. Jika dibandingkan, kulitnya sedikit lebih putih.

Pikiran Langit langsung tertuju pada Bintang, tatapan matanya mengingatkan dirinya pada tatapan mata Bintang yang tajam. Langit mengira, lelaki di sampingnya adalah blasteran, entah benar ataupun salah, Langit tak peduli.

"Assalamualaikum semuanya!" Teriakan serta sapaan dari salah satu pengurus OSIS di depan sana untuk memulai acara MPLS hari ini. Memberi arahan untuk hari ini dengan candaan yang seringkali dilontarkan. Cukup baik, tak seburuk MPLS yang ia duga, di mana banyaknya tantangan yang katanya 'menguji mental'.

"Sekian terima kasih. Setelahnya, kalian bisa mendengarkan arahan dari pembimbing di setiap barisan. Semangat semuanya!"

Langit menoleh ke arah depan, melihat siapa yang akan menjadi pembimbing dalam barisannya. Perempuan dan lelaki. Langit tersenyum, pembimbingnya saat ini sepertinya sangat cocok untuk menjadi sepasang kekasih.

"Nama kamu siapa?" tanya siswi di belakang Langit dengan tiba-tiba.

Langit menoleh ke arah belakang, memastikan bahwa seseorang di belakangnya memang berbicara kepadanya.

"Nama kamu siapa?" tanyanya lagi.

"Langit," jawab Langit dengan pelan.

Siswi tadi mengangguk, lalu Langit kembali memandang depan, pembimbingnya sedang menjelaskan apa yang akan mereka lakukan saat ini.

Langit tidak satu sekolah dengan Bintang. Ada untungnya untuk menjalani masa-masa move on bagi Langit.

"Langitta Lirihanna Selena!" panggil seseorang dari depan sana.

Langit mengangkat tangannya, banyak pasang mata yang memperhatikannya, termasuk lelaki yang Langit duga adalah blasteran yang berada di sampingnya.

"Muhammad Akram!"

Pembimbingnya terus mengabsen siswa-siswi yang akan menjadi teman kelasnya, sampai akhirnya mereka memulai melaksanakan kegiatan MPLS yang sedari tadi Langit tunggu.

Semoga dengan sibuknya hari ini akan membantu dirinya melupakan Bintang yang telah menjauh saat ini.

JANGAN LUPA VOTE YAAA.

MEMBERI KRITIK ATAU SARAN JUGA BOLEH.

BYE-BYE!

TERIMAKASIH!

EH, MPLS APA MOS SIH?

Hiraeth [ OPEN PO ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang