BRAAKK
Suara pintu yang ditutup keras menggema di seluruh penjuru rumah. Laki-laki itu berlari setelah berhasil membuat wajah yang lain menghantam pintu. Berlari menuruni tangga dengan suara tawa keras yang terdengar puas. “Dirgan Romeo Abinaya tai berhenti gak lo!” Zegan, laki-laki yang meneriaki Dirgan dari lantai dua. Seolah tak mendengar teriakan tersebut Dirgan tetap berlari sampai ke dapur, bersembunyi di balik tubuh nenek agar selamat dari amukan Zegan yang di atas kepalanya sudah muncul tanduk. Na’as bukannya selamat kedua remaja itu jutru mendapat jeweran ditelinga mereka. “Aduh nek sakit, kok Dirgan juga kena kan Dirgan udah lakuin yang nenek suruh,” bukannya dilepas justru jeweran itu semakin keras membuat keduanya mengadu sakit. “Nenek suruh kamu bangunin Zegan bukan lari-larian gini.” Akhirnya jeweran pada kedua tangannya lepas, kemudian mengelus dada mencoba sabar menghadapi kedua cucunya. “Cepet ke atas mandi kamu, inget jangan lama nanti gak sempet sarapan.” Zegan membuat gesture homat kemudian dalam sekejap berubah mengejek kepada Dirgan sebelum berlari pergi dari ruang makan. Lagi nenek mengelus dada melihat tingkah cucunya yang selalu berhasil membuat dirinya kewalahan, dasar remaja jaman sekarang.
"Berantem lagi?" tanya Reno yang menggerakkan tangannya. Bukannya menjawab Dirgan justru diam sambil tersenyum karir. Nagar yang melihat pemandangan tersebut merotasikan matanya “gigi lo kuning tuh gausah senyum senyum.” Reflek melotot tak lupa ia membuat mimik wajah yang dibuat-buat sambil menutup mulutnya. Memang salah memberi panggung untuk Dirgan yang diam saja sudah mengundang emosi semua orang. “Lo salah ngomong sama bocah sd.” Jeremy berujar dan mendapat anggukan serta tawa puas dari Nagar dan Reno. Baru saja ingin protes namun niatnya urung kala nenek datang membawa sepiring bakwan. Nyalinya jelas ciut, ia takut nenek akan marah karena keributan apapun di meja makan tidak diterima. Kalau kata Jeremy sih harus sopan di depan makanan. “Kamu itu ribut pagi-pagi malu di denger tetangga loh le.” Nenek menegur membuat yang lain menahan tawa, senang melihat Dirgan yang dimarahi. “Lagian Zegan susah banget di bangunin nek.” Protesnya mencari pembelaan. Nenek menggelengkan kepala heran sebelum duduk kembali setelah mengambilkan nasi pada piring Dirgan. Sepertinya nenek sudah tidak ingin meneruskan pembahasan tentang Dirgan dan suara pintu yang selalu ia banting keras setiap di suruh membangunkan Zegan. Sebenarnya Zegan itu bukan susah dibangunin tapi dia manusia paling susah bangun pagi. Bagaimana tidak setiap malam ia selalu bermain game hingga menjelang pagi, entah sendiri atau bersama Dirgan.
.
.
"Kalian hati-hati disekolah terutama Reno, kalian harus menjaga satu sama lain dan apapun yang terjadi jangan berantem." Nenek menggerakkan tangannya, lalu secara kompak kelimanya membalas dengan anggukan serta sikap homat "siap komandan!" semua berteriak lantang. Menimbulkan tawa serta senyum hangat dari nenek, melihat pemandangan tersebut membuat sedikit rasa khawatirnya hilang. Beberapa menit setelah nenek masuk kedalam rumah mereka berdiam diri didepan mobil, hanya saling menatap juga mengatur nafas.
"Ini beneran kita belajar di sekolah asli?”
“Bukan di depan laptop lagi?"
“Kita pasti bisa cepat beradaptasi, aku yakin.”
Reno mencoba menenangkan teman-temannya yang pesimis, ini pertama kalinya mereka keluar rumah sejak 4 tahun lalu saat sekolah diluar. Lima menit berlalu dan mereka masih saling diam di depan mobil. Hanya berangkat sekolah sudah seperti ujian masuk Oxford saja mereka ini. Terlintas ide jail di otak Dirgan, sambil mengeluarkan senyum mencurigakan ia bersiap dengan jurus langkah seribu. "Yang terakhir masuk traktir makan siang!" Mereka yang awalnya melamun spotan kalangkabut berlari masuk, Nagar yang ingin membuka pintu didorong dengan penuh tenaga, untung saja tidak terjungkal kebelakang. "Sakit bego!" pukulan keras Nagar berikan untuk Dirga membuat badan kecilnya terjungkal. "Aduh- hehe dunia kan emang keras bro," cengiran lebar tercetak diwajah Dirga sambil mengusap kepalanya yang sakit. “Makan tuh keras sampe gumoh,” emosi Zegan sambil mencekik leher Dirgan main-main namun masih bisa membuat Dirgan kehabisan nafas. “Parah banget lo nanti gue mati beneran gimana?” Ucapnya dengan terbata-bata. Yang lain kompak merotasikan mata melihat Dirgan yang berlagak seperti paling tersakiti padahal ia adalah biangnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Nada
ChickLit(R E V I S I) Raditya Reno Gantari Ia mengajarkan banyak arti hidup untuk orang-orang disekitarnya. Termasuk Nada, perempuan yang mengangumi senyum indah Reno. kamu terlalu mencintai manusia sehingga tuhan cemburu dan memberimu luka. "Maaf sudah ber...