"RENO BANGUN ATAU KITA TELAT!"
Zegan berteriak menaiki tangga dengan kesal karna biasanya Reno tidak pernah telat bangun. Ayolah ini sudah jam 06.15 tapi Reno tidak terlihat tanda-tanda turun kebawah dengan pakaian rapi khas hari Kamis. Zegan terdiam menyadari bahwa ia tidak berguna berteriak seperti tadi, karna ya sahabat nya itu sudah kehilangan itu selamanya. Bodoh Zegan menampar pipinya pelan tidak ingin mengingat masa lalu suram itu dipagi hari. Pelan tapi pasti Zegan membuka pintu dan masuk kedalam terlihat Reno masih berbaring.
Rupanya Reno sedang melantur, mulutnya berucap tanpa suara sembari bergerak dengan gusar. tangan Zegan langsung terhenti saat hendak menyentuh kaki Reno. Bukan apa tapi... hatinya mendadak sakit mendengar dua nama yang Reno sebut didalam mimpinya. Tidak perlu dijelaskan lagi siapa itu, satu air mata lolos dari mata Zegan bersama tepukan pelan yang ia berikan di kaki Reno. "Ren bangun udah telat" beberapa detik setelahnya Reno membuka mata dengan santai bangkit dari tidurnya dan menghadap Zegan. Senyum manis terpampang diwajah Reno yang terlihat sendu. "Mandi, kita tunggu dibawah" setelah perintah Zegan pergi begitu saja menutup pintu kamar Reno dengan pelan,bersender dipintu berwarna putih itu sambil menghela nafas tipis.
"Cuma nama Ren dan itu udah cukup bikin gue gabisa lupa sama mereka, kita udah jauh dari sana tapi kenapa kenangannya masih ada?"
Mungkin dari kalian ada yang tau kenapa, tapi yang pasti gak semua tanya ada jawabannya. Zegan meraup wajahnya kasar kemudian membenarkan rambut dan turun keruang makan. Reno bangkit dari tidur memilih untuk membasuh wajahnya kemudian turun kebawah. "aku kayaknya gak masuk sekolah" Reno berucap lirih saat mendudukkan pantatnya ke kursi membuat atensi semua orang tertuju padanya. Jika yang ditatap adalah Dirgan mungkin beda lagi ceritanya.
"Alay kalian semua"
Untung saja ini Reno jadi dia hanya diam menatap satu persatu orang dimeja makan. Wajah nenek yang terlihat khawatir mendekat kearah Reno saat berdiri dari duduknya untuk menyentuh dahi salah satu cucu kesayangannya. Hangat itu yang tangan nenek rasakan, Nagar memiringkan kepalanya ikut menyentuh dahi Reno dan yang dirasakan sama. Hangat, hanya hangat tidak ada yang lebih. "Gak panas sayang, kenapa gak masuk?" Reno lebih memilih menggeleng dari pada menjawab raut khawatir dari semua orang. Nenek mengangguk menatap yang lain, Nagar , Zegan , Dirgan dan Jeremy saling bertatapan sebelum menyudahi acara sarapan mereka dan berangkat. "Pamit ya nek assalamualaikum" pamit Jeremy mewakili semuanya. "waalaikumsalam hati-hati disekolah belajar yang rajin" seperti anak itik yang penurut mereka ber empat membuat posisi hormat kemudian berlomba lari lebih dulu keluar rumah. Nenek menggeleng pelan kemudian mengubah fokus pada Reno yang melahap sayur sop dengan damai.
.
.
"Aku diluar dulu deh nek, mau cari angin" Reno berucap setelah turun dari mobil. Pagi ini nenek mengajak Reno ketoko furniture pusat miliknya, toko yang sudah mendirikan 5 cabang ini jelas sudah terkenal dan tidak diragukan lagi kualitasnya. Suami nenek meninggal diumur 53 tahun dan terpaut 5 tahun dari umur nenek, menjadi 'janda kaya' kalau kata Jeremy. Kenapa tidak menikah lagi? memiliki 5 pangeran tampan dan nakal sudah cukup melelahkan untuk dijaga katanya. Reno tertegun melihat bangunan yang dulu seperti istana raksasa saat ia pertama kali kemari. "Angin kok dicari,ada-ada saja kamu,yasudah jangan terlalu lama diluar" nenek menggeleng heran, lalu mengusap rambut Reno halus dan masuk kedalam. Reno berjalan santai sambil melihat pemandangan jalan raya yang super sibuk serta ada polisi yang mengatur jalan disana.
"PAK POLISI!"
panggil Reno cukup kencang, bapak tadi menengok kearahnya kemudian Reno berteriak semangat sekaligus mengacungkan jempol keatas. Merasa senang karna polisi tadi terseyum dan mengacungkan jempol juga, Reno terkekeh karna itu kemudian melanjutkan acara jalan kakinya. Kamu itu sedang murung Reno tapi kenapa senyum manis itu masih bisa terukir jelas tanpa paksaan seakan tidak ada yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Nada
Literatura Feminina(R E V I S I) Raditya Reno Gantari Ia mengajarkan banyak arti hidup untuk orang-orang disekitarnya. Termasuk Nada, perempuan yang mengangumi senyum indah Reno. kamu terlalu mencintai manusia sehingga tuhan cemburu dan memberimu luka. "Maaf sudah ber...