9. Pelajaran tentang seni

15 3 0
                                    

"Hari ini kita akan mempelajari tentang seni, siapa dari kalian yang tau apa sih seni itu?" Beberapa murid tampak acuh saat Bu Diana bertanya didepan kelas, ada juga yang mengobrol dan bercanda dengan temannya. Hari ini kelas XI IPS 2 berada di ruang seni dengan kanvas putih polos yang mereka bawa dari rumah. Suara pintu yang di ketuk oleh seseorang dari luar membuat Bu Diana yang ingin berbicara terhenti. Pintu terbuka menampilkan tubuh tinggi Zayyan yang berjalan masuk menenteng kanvas ditangan kiri dan jas OSIS di sisi kanan. "Maaf Bu terlambat, tadi ada rapat di ruang osis" Ucapnya kemudian berjalan ke tempat duduk. Zayyan berjalan menuju loker dibelakang ruang kelas seni, menyimpan jas osisnya didalam sana kemudian berjalan ketempat duduk. Tak satupun perempuan di kelas termasuk Bu Diana yang tidak terkesima dengan sifat dan wajah Zayyan yang lemah lembut. Mereka tidak sadar bahwa wajah itu menyembunyikan harimau ganas di dalamnya.

“Zayyan sudah punya pacar belum?” Semua murid bersorak, tidak percaya dengan pertanyaan tiba-tiba yang di lontarkan Bu Diana. “Anak baik seperti Zayyan ini pasti punya pacar, jarang sekali ibu melihat anak yang sopan dan berperilaku baik seperti kamu dan kakak kamu, jadi gimana nak?” Zayyan tersenyum malu mendapat pujian dari Bu Diana, ia sedikit terlihat ragu untuk menjawab.

 “Anak baik seperti Zayyan ini pasti punya pacar, jarang sekali ibu melihat anak yang sopan dan berperilaku baik seperti kamu dan kakak kamu, jadi gimana nak?” Zayyan tersenyum malu mendapat pujian dari Bu Diana, ia sedikit terlihat ragu untuk men...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesekali ia melirik ke arah Nada yang terlihat tidak peduli dengan topik yang dibahas. “Saya gak punya pacar Bu, tapi saya suka seseorang.” Ujarnya membuat seisi kelas bersorak dan Bu Diana tersenyum jail. Di tengah kebisingan, Nada mengangkat tangannya membuat atensi Bu Diana berubah menjadi menatap Nada. “Reno juga baik, pintar dan sopan Bu, bahkan Reno jauh lebih baik dari pada Zayyan” Tidak ada yang benar-benar lupa dengan kejadian di kelas lalu itu. Mereka hanya berusaha tidak membahasnya, tatapan seisi kelas berubah menjadi pro dan kontra. Ada yang mengangguk dan ada yang tak suka dengan ‘si cacat’ atau ‘si tuli’ berada di sekeliling mereka, bahkan beberapa murid dari kelas lain ada yang mencoret-coret tempat duduk Reno dikelas.

“Tentu Reno juga baik, salah satu murid kelas seni favorit ibu yang baik hati dan sering membantu, masing-masing punya tempatnya sendiri.”

Reno tersenyum saat Bu Diana memujinya di depan kelas. Setidaknya tak semua orang menganggap dia sampah dan membencinya. Ia memperhatikan setiap kata yang diucapkan oleh beliau. Reno bisa mengerti apa yang orang lain katakan jika mereka berbicara tidak terlalu panjang dan pelan, jika terlalu cepat Reno tidak bisa mengerti. “Reno terimakasih sudah membantu saya” Ucap Bu Diana yang dibalas anggukan serta senyuman dari Reno.

Tepat di sisi kiri kelas Zayyan mengepalkan tangannya menahan emosi, dalam hatinya ia sangat membenci Reno karena selalu mendapat pujian dari semua orang termasuk Nada. Zayyan tak suka ketika Nada lebih tertarik dengan Reno yang cacat itu dari pada dirinya yang jelas jauh lebih baik. Hanya ada satu orang yang menyadari rauh kesal dari Zayyan, perempuan yang ada disebelahnya tersenyum remeh. “Lagi-lagi lo kalah sama si tuli itu” Zayyan yang mendengar dirinya di ejek melirik Melani jengah, ucapannya semakin membuat emosi Zayyan meledak. “Shut up” Melani tertawa melihat ekspresi Zayyan yang terlihat tak suka dengan ucapannya. “Melani, apa yang kamu tertawakan?” Melani menutup mulutnya rapat kemudian menggeleng ribut.

Aksara NadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang