8. Perkara mati lampu

10 3 0
                                    

Langit sore terlihat indah saat kedua pasang mata ini memandang. Jeremy dan Reno sudah duduk di teras rumah sekitar 15 menit, menunggu dengan sabar para sahabatnya yang sedang bersiap untuk pergi ke supermarket. Entahlah, mereka tak ingin tau sudah sejauh mana Nagar, Zegan dan Dirgan selesai bersiap. "Lo gamau nyuruh mereka cepet?" Pertanyaan dari Reno mendapat gelengan dari Jeremy. "List belanja dari Nenek tadi, siapa yang bawa?" Kini giliran Jeremy yang bertanya, Menggerakkan tangannya di udara. Membuat Reno memposisikan tubuhnya lebih nyaman. "Dia bakal keluar sebentar lagi-" Reno melirik sekilas jam tangan tua milik almarhum Kakek. Mengacung tangannya tinggi ke udara, ia berhitung mundur.

3... 2... 1...

"Reno gue gak ada baju!... Gue jaga rumah aja ya" Jeremy tertawa pelan atas kejadian yang sudah menjadi hobi Nagar saat akan keluar rumah. "Pake kemeja biru tua, sepatu lo di rak nomor tiga" Nagar tersenyum lebar menampak kan deretan giginya. “Oke, tuh listnya” memberikan kertas tersebut kemudian berlari masuk. Emang semua orang gini atau mereka bertiga doang yang ribet? Apalagi Nagar yang bajunya selusin tapi selalu bilang gak punya baju. Aduh, Reno jadi pusing mikirnya, baju satu lemari besar itu tak dianggap oleh Nagar. Akhirnya setelah menunggu lama- bukan hanya lama tapi sangat lama mobil putih itu keluar dari area rumah dengan lima orang di dalamnya.

.

.

“Sabun cuci piring... yang mana ya?” Dirgan bergumam pelan, menatap satu persatu barang yang ada di rak. Ia mengambil satu yang berwarna hijau dengan ukuran kecil kemudian tersenyum bangga. “Pasti yang ini gak salah lagi.” Baru beberapa langkah ia melihat satu lagi dengan warna hijau tapi lebih besar, sebenarnya hampir semua berwarna hijau tapi yang satu ini menarik perhatiannya. “Keren nih membunuh kuman, yang ini aja deh” Dengan percaya diri menyerahkan barang yang ia bawa kepada Nagar. “Nih sabun cuci piring” Dirgan serasa menjadi superhero sekarang, tersenyum lebar sambil menaik turun kan alisnya. Berbanding terbalik dengan Nagar yang diam menatap lawan bicaranya, bingung harus menendang Dirgan keluar atau ia buang ke aquarium ikan yang jaraknya tidak jauh dari tempat mereka sekarang.

“Dimana?”

“Apanya?”

“Otak lo”

Tanpa berniat meliat ekspresi kesal Dirgan, Nagar memilih pergi ke tempat makanan beku untuk menemui Zegan dan Jeremy.
“Kenapa muka lo, kayak habis patah hati aja” Ucapan Zegan barusan mengundang atensi Jeremy yang sedang mengambil beberapa nugget dan sosis. Sudah dibilang Dirgan itu alay, Nagar hanya bisa mengangkat bahunya acuh seperti tidak tau apa yang sedang terjadi. “Tadi lu ngatain gue ya!” Amuk Dirgan yang tidak terima dengan respon Nagar. Jeremy menepuk pelan bahu Nagar yang sedang sibuk memeriksa semua barang di dalam troli. “Gue mau samperin Reno dulu” kemudian mengangguk sebagai jawaban. Jeremy bergumam lirik, ia lupa tadi Reno bilang dia ada dimana.

“Itu bukannya Jeremy?”

Reno mendekat untuk memastikan apa yang ia lihat benar Jeremy atau bukan. “Terimakasih ya nak” Jeremy tersenyum saat laki-laki tua tadi berjalan menjauh. Ia terkejut saat membalik badan ada Reno yang berdiri dan tersenyum kearahnya.

“Kenapa?” 

“Ayo, gue udah selesai, yang lain pasti nunggu.”

Meski terlihat cuek di luar tapi Jeremy sangat lembut di dalam, dari teman-temannya yang lain Jeremy adalah orang yang paling mudah menangis. Nenek pernah berkata bahwa Reno dan Jeremy itu dua pribadi yang sangat cocok dan saling melengkapi satu sama lain. “Mereka akan menjadi sahabat yang bisa menaklukkan dunia, tapi jika salah satu dari mereka pergi-“ Nenek menjeda kalimatnya, melirik sekilas wajah tenang keduanya yang sedang tertidur. Padahal mereka sedang menonton film, bahkan tak ada yang sadar bahwa film tadi telah berakhir dengan ending yang bahagia. “Kalian semua tenang aja, Stevanus akan jadi polisi yang hebat dan melindungi kalian” Stevanus berdiri tegak dengan berpose seperti memegang pistol, membuat Zegan berdiri kemudian menerjang tubuh kecil Stevanus sampai terjatuh ke karpet.

Aksara NadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang