15. Konser Hati

6 2 0
                                    

"Selamat pagi sahabatku... bangun dong Nad jelek banget lu masih tidur." Alin membuat heboh kamar Nada yang semula sunyi. Ia mengguncang tubuh Nada yang masih nyaman di atas kasur kesana dan kemari. Nada mendengus kesal, selimut itu ia tarik kembali agar menutupi seluruh tubuhnya. Ia ingin kembali tidur dengar nyaman walaupun mentari sudah memberi sinar paling terangnya, tanda bahwa hari ini telah dimulai. Kini giliran Alin yang mendengus kesal, ia melipat kedua tangannya dan duduk di lantai. Beberapa menit suasana kembali sunyi karena Alin sedang memikirkan cara agar sahabatnya segera bangun. Satu ide cemerlang tiba-tiba muncul di otaknya. "Susah banget sih lu di bangunin, gimana mau jadi pacarnya Reno." Mendengar nama sang pujaan hati di sebut spontan Nada membuka lebar-lebar matanya, ia menyibak selimut yang menutupi seluruh tubuhnya dan beranjak dari posisi nyaman.

"Dasar bucin, bukan siapa siapa juga."

"Ngomong tuh sama tembok, ngeselin banget lo pagi pagi kenapa sih?" Nada sangat kesal, sedangkan Alin tertawa puas dibuatnya. Nada mengedarkan pandangan ke kanan dan kiri, memilih untuk melupakan sosok yang tengah menertawainya dan fokus mencari sosok lain yang tak tertangkap oleh netranya. "Dilan mana?" Yang ditanya tak langsung menjawab, ia naik ke atas kasur dan berbaring nyaman di sebelah Nada.

"Kerumah Reno tadi pagi, katanya mau main basket di taman deket rumah Reno sama temen-temennya. Kayaknya rame banget, soalnya tadi waktu gue di telfon sama si Dilan suaranya kayak orang mau tawuran."

"KOK LO GAK BILANG SIH!"

Alin menutup rapat-rapat kupingnya yang berdengung akibat teriakan super keras yang dikeluarkan Nada. Baru ingin membuka mulut untuk marah, dua remaja yang ada di ruangan tersebut menatap kaget ke arah pintu yang tiba-tiba terbuka. Ternyata itu Ibu Nada yang membawa beberapa makanan ringan dan juga minuman. Ibu Nada menggeleng pelan sambil menatap prihatin ke arah putri semata wayangnya. "Kamu ini kenapa? masih pagi udah teriak teriak gitu, malu di denger tetangga." Nada tertawa canggung, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia juga tidak menyangka akan berteriak sekencang itu. "Maaf Bu, gara-gara Alin nih usil banget." Yang disebut otomatis melebarkan matanya. Sedangkan Nada hanya melirik sekilas sambil membuat gestur agar Alin menurut dan diam saja.

"Yasudah, ini di makan ya Alin, maaf banget kalo Nada selalu belum bangun waktu kamu kesini. Udah tante marahin tapi gak di denger."

"Iya tante gapapa, Alin seneng bisa bantuin tante buat bangunin beruang."

"Ibu sama Alin kok gitu sih, aku gak sejelek itu tau!"

Nada merajuk dan langsung lari begitu saja menuju kamar mandi. Akhirnya perempuan itu beranjak dari tempat tidur. Walau harus diiringi dengan tawa puas dari Alin dan ibunda tercintanya. Segala sesuatu terkadang harus dipaksa terlebih dahulu. Terkadang memang sesuatu yang dilakukan karena terpaksa pasti terasa menyebalkan, namun niat dari dalam yang penting.

.

.

.

"Lihat deh Nad ada konser, lo gak mau nonton?" Alin menunjukkan ponselnya pada Nada yang berada di sebelahnya. Sangat jelas terlihat bahwa Nada tertarik, ia mengambil alih ponsel Alin dan melihatnya secara detail. Benar Nada tertarik, bahkan sangat tertarik. Lokasi acaranya juga lumayan dekat yaitu di pusat kota. "Ini lo dapet dari mana?" Tanya Nada sambil menyerahkan ponsel tersebut pada pemiliknya. "Dari Dilan lah siapa lagi, gimana tertarik?" Alin menarik turunkan alisnya, membuat Nada memukul paha Alin dengan keras. Yang dipukul menggeram kesakitan kemudian memukul wajah Nada dengan bantal. "Ayo dong keluar rumah, kayak vampir tau gak sih lo dari awal liburan sampe sekarang di rumah mulu." Yang diomeli memilih acuh, kembali fokus pada novel yang ia baca. Memang benar ia tertarik, tapi bukan berarti ia ingin kan? Nada terlampau malas sekarang. Ia hanya ingin di rumah entah akan di paksa bagaimanapun ia tidak mau. Karena jika di luar Nada akan semakin merindukan Reno.

Aksara NadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang