3.Persahabatan

52 3 0
                                    

"Alamak makin hari makin menjadi" Aby menggeleng pelan melihat banyak coklat berserakan dimeja Reno dan Jeremy. Zegan mengambil satu coklat dengan catatan yang menempel dibungkusnya. "Cup sini! Nih baca coba ngakak abis" Yang dipanggil dengan nama Ucup adalah Dilan, gak tau ide dari mana Zegan memanggilnya dengan sebutan Ucup. Bila ditanya juga ia akan menjawab "Biar kelakuan sama nama mirip" Mungkin jika tidak dekat dengan Dilan mereka akan berfikir dia itu baik, perhatian, boyfriend able, dan lain sebagainya yang difikirkan oleh perempuan. "Gak banget" kalo kata Aby, Dilan tuh suka bangun telat, suka ngutang, suka nyontek, suka kentut sembarangan apalagi kalo lagi ngumpul.

"Buset bau apaan nih?"

Kalau sudah ada yang bilang begitu sudah pasti semua tau itu bau apa dan sumbernya dari mana. Tidak jarang mereka bergantian menyeret Dilan keluar ruangan atau mereka langsung berlari menjauh dari area TKP. "Apaan dah lebay lu pada ini namanya nikmat" Jeremy yang emosi melempar guling yang ia bawa kearah Dilan. "Good bye kita mau makan" Ucap Jeremy kemudian Aby mengunci pintunya, tentunya dengan ketidak terimaan dari Dilan yang berusaha mendobrak pintu yang lain kebagian ketawa tentunya. Padahal sesungguhnya tertawa di atas penderitaan orang lain itu dosa, tapi liat temen susah tuh rasanya pengen julid bukan malah minjemin duit.

Coklat ini manis tapi masih kalah sama senyum kamu

"dari pengagum rahasia, wih cinta ini hek hek hek kadang-kadang tak ada logika" Zegan dan Dilan sudah berjoget sambil bernyanyi. Yang lain tentu saja hanya melihat dengan ekspresi aneh yang sulit ditebak. "Harusnya dulu waktu pendaftaran bener kita tinggalin aja dia dirumah gak usah kita bangunin" bisik Nagar kepada Jeremy yang dibalas anggukan dan acungan jempol. "Yang dikasih coklat siapa yang heboh siapa" Suara Nada membuat perhatian tujuh laki-laki tadi teralihkan. Dilan sudah memunculkan senyuman minta di timpuk pake coklat tadi, mendekat kemeja menaik-turunkan alisnya. "Cemburu nih pasti" Nada melotot membuat yang lain bersorak heboh. Suasana yang sangat canggung, ditambah Reno yang tiba-tiba menatap Nada dengan senyumnya yang manis.

Tuhan jika boleh aku ingin egois tolong jadikan orang dengan senyum yang menyejukkan suara yang lembut dan tatapan yang bisa mengartikan betapa kagumnya dia setiap melihat ciptaan mu agar menjadi jodohku.

Hati memang tidak pernah bisa berbohong. Buktinya hati Nada berkata iya namun sebaliknya mulut Nada kelu, enggan berkata bahwa ia sangat mengagumi Reno dan cemburu jika ada yang lebih dekat darinya. "Gak, ngapain gue cemburu" Baru saja Dilan ingin membuka mulut Zayyan lebih dulu menegurnya. "Kalo dia bilang gak suka yaudah berarti gak suka" Wajah Dilan berubah sinis begitu juga dengan Aby yang menahan tangan temannya dan bergeleng tanda bahwa ini bukan situasi yang baik supaya tidak melakukan hal diluar batas. "Udah mau masuk kita duluan ya" Pamit Nagar sebelum ikut keluar dengan yang lain. Di seberang meja mereka ada gadis yang diam-diam memperhatikan sambil tersenyum sinis. "Kita liat apa semua coklat dan temen yang lu dapet sekarang bakal bertahan setelah tau faktanya nanti"

.

.

"Nada!"

Suara laki-laki terdengar dari belakang 10 sekawan yang sedang berbincang di lorong menuju kantin. Setelah menengok ternyata itu Zayyan yang berlari kearah mereka. "Ngapain lagi si doger kesini" Wajah dan nada bicara Dilan sangat kentara tidak suka dengan kehadiran Zayyan. Ternyata Dilan tidak sendiri Jeremy dan Nagar juga terlihat menatap Zayyan dengan sinis. "Kalo gak suka jangan setengah-setengah tinggal gebug selesai" Reno,Jeremy dan Nagar bergantian menatap satu sama lain. Jelas mereka sadar jika di sindir, Reno menggeleng pelan melihat dua sahabatnya masih setia menatap tidak suka pada objek didepan.

"Kita duluan ya, ayo!"

Reno menyeret mereka menjauh, memilih untuk menghindari salah paham yang bahkan sama sekali bukan salah paham. Memang benar jika Jeremy dan Nagar tidak menyukai ketua kelas yang baiknya hanya pura-pura di pengelihatan mereka. "Alasan kalian itu gak logis" Reno menepuk kedua bahu sahabatnya, terdengar decakan dari mulut Jeremy. "Tapi memang benar dia itu tidak baik kau lihat senyumnya seperti dibuat-buat" Jeremy menggerakkan tangannya di udara. "Reno harus menghindari orang seperti itu" Nagar berganti menggerakkan tangannya. Reno tertawa renyah, sungguh ia tidak paham mengapa mereka suka mencari musuh padahal berteman jauh lebih menyenangkan. "Memangnya dia kriminal?" Jeremy dan Nagar kompak menggerakkan tangan yang artinya 'Iya' dan suara yang cukup keras, untung lorong sepi.

Aksara NadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang