Semua murid di kelas XI IPS 2 tengah sibuk pada bukunya masing-masing. Bukan karena ada ujian matematika dadakan atau sejenisnya, mereka hanya mengerjakan tugas kelompok yang baru saja diberikan guru bahasa Indonesia. "Jadi kalo kita pake tema yang ini tuh..." Nada terus saja menatap Reno yang sedang menjelaskan beberapa poin dari tugas mereka. Perempuan yang biasanya malas jika menyangkut tugas kelompok itu sekarang terlihat lebih semangat. Senyumnya tak luntur sejak mengetahui bahwa ia satu kelompok dengan Reno. "Gimana yang lain ada saran gak?" Yang lain terlihat menggeleng dan menyetujui konsep karya ilmiah yang sudah mereka diskusikan. Jeremy melirik ke samping karena merasa sejak awal diskusi Nada sama sekali tak banyak merespon dan lebih sering diam sembari menatap Reno. "Lo gak akan numpang nama doang kan Nad?" Nada sedikit tersentak kaget saat namanya disebut oleh Jeremy. "Eh enggak kok" ujarnya pelan.
"Dari tadi lo diem aja dan gak terlalu memperhatikan diskusi, gue sama yang lain pada bingung tapi lo malah santai-santai aja. Kalo ngerasa sakit lo bisa ke uks dari pada tetep disini tapi gak ngapa-ngapain, jangan jadi beban." Nada sama sekali tak merespon, ia hanya bisa menunduk dan menahan tangisannya keluar. "Jangan kasar sama cewek, lo itu laki-laki, gak pernah di ajarin apa sama orang tua lo?" Zayyan menyahut dari bangku yang berseberangan dengannya. Jeremy sebenarnya tak mau merespon, tapi mendengar si doger membawa-bawa orang tua seketika itu emosi Jeremy meledak. "Maksud lo apa ngomong kayak gitu? Gausah sok ikut campur." Ucap Jeremy yang sudah berdiri di belakang kursi Zayyan. Membuat ia ikut berdiri dari duduknya dan kini kedua laki-laki itu saling menatap sengit satu sama lain. Kejadian itu menyita perhatian satu kelas. Tak ada guru membuat apapun bisa terjadi sebentar lagi, termasuk adu tinju. Melihat bagaimana dua manusia itu saling memandang.
Di sisi lain Reno berdiri mendekati meja kelompok Alin. Membuat perempuan itu menatapnya penuh tanya. "Tolong bawa Nada keluar ya Lin, dia nangis, takutnya makin parah kalo tetep disini" ujarnya. "Kenapa gak lo aja Ren?" Yang ditanya menggeleng, kemudian pergi dari sana begitu saja. Alin menatap kepergian Reno dengan bingung, karena tatapan laki-laki itu menjadi dingin dan senyum hangat yang selalu terlukis di wajahnya seakan lenyap. Ia menepis pikirannya dan segera menghampiri Nada untuk dibawa keluar kelas. "Ayo Nad kita keluar" ajaknya pada sang sahabat sembari menuntun perempuan itu dengan perlahan.
"Gue cuma gak suka ada laki-laki yang kasar sama cewek."
"Oh iya? Bukannya karena cewek itu Nada ya makanya lo jadi sewot kayak barusan."
Zayyan tersenyum miring, kakinya ia langkahkan mendekat ke tubuh Jeremy. Berbisik pelan tetap di sebelah telinga laki-laki itu, agar tak ada yang bisa mendengar perkataannya. "Lo tau? Besar tanpa orang tua bikin orang jadi terlihat bodoh, apalagi temen lo yang cacat itu." Jeremy melotot marah setelah mendengar perkataan Zayyan. Sorot matanya penuh amarah, sedangkan Zayyan, laki-laki itu tersenyum penuh kemenangan karena berhasil memancing emosinya.
"Ngomong apa lo barusa-"
"Jeremy."
Jeremy yang awalnya ingin mencengkram kerah Zayyan, meninju wajah menyebalkan itu dan menendangnya sampai mampus. Harus terhenti karena mendengar suara Reno yang memanggil namanya. Sedikit liar, tapi bagi Jeremy tak ada satupun orang yang boleh menghina Reno. Dan tentang orang tuanya, sebenarnya ia tak terlalu peduli mereka ingin berkata seperti apa. Di antara Nagar, Dirgan, Jeremy, Zegan, Stevanus, Alter dan Reno. Dia adalah yang lebih dulu dibuang di panti asuhan, lebih dulu tinggal di sana dengan usia sekitar 2 tahun. Jeremy dibuang oleh kedua orang tuanya tanpa tau alasan dibalik perbuatan mereka. Rasa sakit itu, membuatnya terbiasa dan tumbuh menjadi sosok yang dingin juga selalu sendiri. Saat yang lain sudah berteman, hanya Jeremy yang tak mau diajak berteman bahkan berbicara. Setiap hari ia selalu duduk di bawah pohon atau tempat lain yang tak ada satupun orang di sekitarnya.
Pagi itu udara terasa lebih segar saat ia membuka pintu kamar. Mungkin karena ia baru saja mendapat luka-luka baru di kakinya dari Ibu panti asuhan. Alasannya karena Jeremy memecahkan satu piring saat mencucinya, itu kenapa ia harus di hukum dengan berat. Bukan hal wajar melakukan tindakan tersebut pada anak berusia 6 tahun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Nada
ChickLit(R E V I S I) Raditya Reno Gantari Ia mengajarkan banyak arti hidup untuk orang-orang disekitarnya. Termasuk Nada, perempuan yang mengangumi senyum indah Reno. kamu terlalu mencintai manusia sehingga tuhan cemburu dan memberimu luka. "Maaf sudah ber...