17. Sisi Lain Kota

20 2 0
                                    

Ketika kata-kata tak lagi didengar lantas dengan apa aku mengungkapkan perasaan?
~

Dekat, jarak antara hubungan Reno dan Nada layaknya dua insan yang berhasil melakukan pendekatan. Jangan langsung berasumsi kemana-mana, nyatanya juga dua manusia itu punya pikiran sendiri tentang arti kedekatan mereka yang tiba-tiba. Setidaknya Reno dan Nada mengalami kemajuan. Jauh berbeda dengan kisah kasih Zegan dan Karell yang cukup sampai disitu. Laki-laki itu tak sedikit banyak berharap bisa menjalin kisah cinta seperti yang ia bualkan setiap hari dengan teman-temannya. Jujur saja ia tak siap pun tak yakin bisa melewati banyak tembok di setiap langkah jika benar ia dan Karell berpacaran. Sudah di bilang kan kalau Zegan itu cupu. Entah benar atau salah membuat keputusan untuk tetap seperti ini, pada tempat masing-masing.

“Perbedaan itu sesuatu yang menakutkan dan menyiksa.”

Begitu kira-kira alasan Zegan ketika di tanya perihal mengapa.

Beberapa orang bilang tau masa depan itu menyenangkan. Lalu masihkah bisa disebut menyenangkan ketika tau bahwa sekeras apapun usaha yang kita lakukan, sama sekali tidak merubah kenyataan bahwa Zegan dan Karell tak akan bisa bersama. Bahwa tasbih dan salib tak akan bisa menyatu. Dan bahwasannya Istiqlal dan Katedral hanya di bangun berhadapan bukan untuk berdampingan. Zegan tegaskan sekali lagi bahwa ia tak main-main dengan agamanya. Ia takut kalut dalam perasaan cintanya pada pujaan hati dan berakhir lupa pada sang pencipta. Jika menjaga jarak dengan Karell adalah jalan yang terbaik, akan dilakukan dengan sepenuh hati. Lagipula sejak awal kan niatnya memang begitu.

“Udah gue bilang orang kalau jatuh cinta pasti jadi bego.” Nagar berujar lantang, namun fokusnya tak beralih dari buku latihan soal-soal yang sedang ia kerjakan bersama Jeremy. Mereka hanya sedang mengobrol santai di belakang rumah. Mulanya kegiatan ini di ketuai oleh Zegan dan wakil ketuanya Dirgan. Naas keduanya kini malah jadi sasaran empuk omelan serta petuah petuah jaman Majapahit teman-temannya. Walau begitu tak membuat Zegan dan Dirgan lantas tutup telinga dan mendadak tuli. “Mending juga gue dari pada bocah iki.” Zegan menyahut, lantas menendang Dirgan dengan kakinya hingga terjungkal. Si empu tersulut emosi kemudian dengan sekuat tenaga mengapit wajah Zegan di ketiaknya. Dirgan tertawa puas pun dengan teman-temannya yang melihat Zegan tak berdaya. “Mendang mending mending lo kerjain tugas, jangan kayak pengangguran” ucap Jeremy. Netra setajam elang itu menatap sinis dua temannya yang langsung diam di tempat. “Tugas bisa nanti, login kapan lagi? Yuk lah mabar aja kita” Tawar Zegan dengan alis menggoda. Jeremy mendengus kasar, sedetik kemudian tersenyum miring menutup bukunya.
“Yang kalah traktir makan deal gak?” Jeremy turun dari kursi panjang dan duduk di sebelah Zegan.

Setelahnya, benar-benar hanya ada suara game serta beberapa teriakan dari ketiga laki-laki yang sedang asik duduk lesehan. Juga terdengar suara gitar yang dimainkan acak, bertujuan untuk mengatur senar black agar nadanya tepat. Jika Reno ingat terhitung sudah lebih dari tiga bulan sejak terakhir kali ia menggunakan black, gitar barunya itu. Dan seperti biasa black selalu berada di kamar Dirgan dan Nagar. “Gak mau pake gitar ini aja buat les? yang dari kakek biar di rumah aja” ujar Nagar yang menggerakkan tangannya. Reno memeluk black dan bertopang dagu pada gitar tersebut. Ia menggeleng dengan pasti sebagai jawaban. “Biar aja di pake Dirgan buat ngegalau tiap malem” ucapnya dengan kekehan di akhir. “Gue mulu yang kena duh- woy tolong tolongin woy tolongin woy woy!!” Dirgan berteriak frustasi karena kalah, melempar hpnya asal kemudian merebahkan tubuhnya di tengah dua laki-laki yang sedang mempertaruhkan hidup dan mati demi makanan gratis.

“YEESSS!”

Jeremy berteriak heboh menyabut kemenangannya. memang rasa sebuah kemenangan itu lebih manis dari gula dan rasa kekalahan tentu lebih pait dari kopi. Zegan menekuk wajahnya dalam, meratapi nasib nelangsanya dengan penuh drama. “Kayak gak biasa kalah dari Jeremy aja lu.” Nagar berdialog, mengundang tatapan melas dari Zegan dan tawa teman-temannya pun mencuat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aksara NadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang