Jam istirahat sudah berbunyi sejak tadi, kelas-kelas bahkan sudah tak berpenghuni. Nada jelas bukan orang yang suka dengan keadaan sunyi atau bahkan suka menyendiri. Ia adalah orang yang ramah dan takut jika pergi sendiri di jalan yang sepi. Nada bahkan semakin takut keluar malam sendirian sekarang karena kejadian beberapa minggu lalu. Hari ini terasa biasa saja tanpa kehadiran Reno yang selalu membuat hatinya berisik. Bahkan teman sebangkunya, Jeremy pun tak ada di tempat. Membuat fikirannya berkecambuk kemana-mana.
Apakah Reno sakit?
Apa harus Nada pastikan dengan bertanya langsung pada Reno lewat chat?
Atau pergi kerumahnya sepulang sekolah?
Ah, Nada tidak seberani itu untuk melakukannya. Jadi sekarang yang bisa ia lakukan adalah meletakkan kepalanya di meja dengan nyaman. Dan perlahan netranya terpejam rapat. Memikirkan Reno sejak tadi membuatnya lelah. Saat satu-satunya sosok yang ada di dalam kelas hampir terlelap, netranya terbuka otomatis karena mendengar suara tawa yang tidak asing di telinganya. Nada tersenyum tipis, itu suara tawa kak Dhika yang bisa ia lihat sosoknya dari balik jendela. Entah gurauan apa yang kak Dhika dan temannya bahas, namun tawa itu berhasil mengambil fokusnya.
Nada teringat dulu, saat dirinya dan kak Dhika masih menjadi sepasang kekasih. Dulu kak Dhika selalu menjemput Nada ke kelasnya untuk pergi ke kantin bersama. Tak pernah satu kali pun kak Dhika absen menghampiri Nada setiap hari. Meski tak jarang juga Nada menunggu pacarnya yang sedang rapat osis dan organisasi lainnya. Jika ada kejuaraan menahan lapar demi pacar, mungkin ia akan menjadi juara 1 nantinya. Nada pernah mengutarakan pikirannya kepada Dhika. Responnya sederhana, pacarnya itu hanya tertawa renyah. Kemudian mengusap lembut rambut Nada sampai senyum malu tercetak jelas di wajahnya.
“Apa sih kayak gitu, jahil banget.”
“Kakak suka lihat wajah kamu waktu nahan malu.”
Dengan ragu-ragu ia menjawab pernyataan dari sang kakak kelas yang bergelar sebagai pacarnya. Meski malu masih sedikit membelenggu tapi hatinya sudah kuat dengan tingkah kak Dhika yang selalu membuat perutnya seperti di kerumuni banyak kupu-kupu.
“Kenapa gitu?”
“Karena lucu.”
“Siapa yang lucu?”
“Kamu sayang.”
Detik itu juga Nada sedikit tidak yakin jika dirinya kuat dengan tingkah kak Dhika. Karena setelah kak Dhika mengucapkan kalimat tersebut, tanpa berfikir Nada langsung berlari keluar dari kantin yang sudah mulai sepi. Membuat kak Dhika lagi-lagi tertawa karenanya. Membawa lari tempat makan bermotif buah pemberian kak Dhika yang memiliki tujuan agar Nada tak pernah telat makan dan berakhir masuk rumah sakit seperti 2 bulan yang lalu. Tak ada yang tak setuju jika Nada dan Dhika adalah pasangan yang cocok dan membuat iri semua murid yang melihat interaksi mereka berdua. Namun perbedaan agama mereka adalah satu-satunya alasan mengapa hubungan Nada dan Dhika harus berakhir sampai di sini.
Saat itu tepat dua tahun mereka berpacaran, tinggal menghitung minggu untuk ujian masuk SMA Nada dan ujian kenaikan kelas 11 untuk Dhika. Siangnya sepulang sekolah Dhika sedang menunggu Nada melaksanakan shalat Dzuhur di masjid. Nada menatap kak Dhika dari kejauhan yang sepertinya sedang melamunkan hal serius. Mungkin pacarnya sedang pusing dengan ujian kenaikan kelas dan kegiatan calon ketua osis baru. "Kakak lagi ngelamunin apa?" Bukannya menyahut kak Dhika justru tersenyum tipis, tangannya terangkat untuk merapikan tiap helai rambut Nada yang berantakan. Dalam diam Nada tersipu malu. "Shalatnya udah selesai?" Nada mengangguk singkat, masih menikmati usapan tangan kak Dhika. "Yaudah yuk berangkat, soto ayam di pertigaan?" Nada naik ke motor dengan semangat. Semua perhatian yang diberikan kak Dhika selalu membuat Nada senang. "Let's go, sesuai aplikasi ya kak." Ujarnya di iringi kekehan pelan. Dhika ikut tertawa kemudian menyalakan mesin motornya dan berkendara di siang yang panas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Nada
ChickLit(R E V I S I) Raditya Reno Gantari Ia mengajarkan banyak arti hidup untuk orang-orang disekitarnya. Termasuk Nada, perempuan yang mengangumi senyum indah Reno. kamu terlalu mencintai manusia sehingga tuhan cemburu dan memberimu luka. "Maaf sudah ber...