Part 19: Senior High School

27 6 0
                                    

    Hari ini adalah hari pertama Vanya dan teman-temannya memasuki masa SMA dan hari ini juga tepat sebulan Vanya Kehilangan seorang Kevin. Jangan tanya sebesar apa rasa sedih Vanya kehilangan Kevin. Sejak ia tau ternyata Kevin pindah ke Singapura, selama seminggu ia tidak mau keluar rumah padahal hampir tiap hari sahabat-sahabatnya mengajak ia jalan-jalan. Apalagi ia tau Kevin pindah ke Singapura bukan dari mulut Kevin langsung, tapi dari Kinan, mamanya Kevin yang setelah 4 hari mereka tinggal di Singapura memberitahu pada mami Vanya kepindahan mereka via telepon.

    Pagi ini Vanya bangun dari tidurnya. Dia nggak sabaran untuk memasuki masa SMA nya.

"Dek, ayo bangun. Udah pagi nih". Teriak mama Vanya dari depan pintu kamar Vanya.

"Iya mam. Ini udah bangun kok. Ini mau mandi mam". Balas Vanya dari dalam kamarnya.

"Cepat ya. Nanti setelah siap langsung turun kebawah, sarapan".

"Iya mam". Vanya pun langsung pergi ke kamar mandi. Setelah selesai mandi dan menyiapkan keperluan sekolah, Vanya langsung turun kebawah untuk sarapan.

"Ciee yang sekarang jadi anak SMA". Ucap Verrel saat ia melihat Vanya turun memakai seragam SMA.

"Hehe cocok nggak kak jadi anak SMA?". Tanya Vanya pada Verrel.

"Cocok-cocok ajasih, asal kamu nggak ngurung diri sambil nangis-nangisan trus". Ucap Verrel ngeledek Vanya.

"Verrel!". Tegur Alona sambil memelototkan mata pada Verrel.

"Blee emang enak kena marah mami". Ucap Vanya senang mendapatkan pembelaan.

"Udah-udah jangan berantam, cepet abisin makanannya. Nanti kalian telat lagi". Ucap Papa mereka menengahi perdebatan Vanya dan Verrel.

    Setelah mereka semua selesai sarapan Vanya dan Verrel langsung berangkat ke sekolah sementara papa Aron berangkat ke kantor. Sampai ke Sekolah Vanya melihat teman-temannya sudah ada di dekat gerbang.

"Kak, aku ke teman-teman ya". Izin Vanya sambil menunjuk ke arah teman-temannya.

"Iya. Baik-baik belajarnya. Gausah Kevin terus yang dipikirin, nanti juga dia balik. Singapura dekat kok. Kamu juga bisa ngunjungi dia kesana". Nasehat Verrel pada Vanya.

"Iya kakakku". Balas Vanya pasrah.

"Yaudah kakak parkirin mobil dulu".

"Okee. Aku turun ya". Ucap Vanya lalu langsung turun dan menghampiri teman-temannya.

"Haii guys!". Ucap Vanya setelah sampai di dekat teman-temannya.

"Hai Vanya sayang. Udah sehat hatinya?". Sindir Joa pada Vanya.

"Ih Joaa.. ngeselin deh". Ambek Vanya pada Joa.

"Abisnya kamu gara-gara kak Kevin aja kita diabaikan".

"Heh Jo. Vanya bukan mengabaikan kita tapi dia butuh waktu untuk menenangkan diri". Ucap Anneth mencoba membela Vanya.

"Iya Jo, sorry ya. Semuanya aku minta maaf ya. Aku nggak bermaksud mengabaikan kalian". Ucap Vanya meminta maaf.

"Iya Van. Kita ngerti kok perasaan kamu". Ucap Ucha pada Vanya.

"Yaudah yuk kita ke lapangan. Bentar lagi upacara mau dimulai". Ucap Deven pada semuanya.

    Mereka pun pergi ke lapangan Sekolah untuk Upacara Bendera. Setelah selesai upacara semua murid berhamburan menuju mading sekolah untuk melihat daftar nama mereka masing-masing, dikelas mana mereka masuk dan dimana letak kelas mereka.

 Setelah selesai upacara semua murid berhamburan menuju mading sekolah untuk melihat daftar nama mereka masing-masing, dikelas mana mereka masuk dan dimana letak kelas mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Guys kita berlima satu kelas!". Teriak Joa yang pertama kali melihat nama mereka berada dalam daftar kelas yang sama.

"Seriusan jo?". Tanya Ucha tidak percaya.

"Iyaa cepet liat kesini". Ucap Joa excited.

"Permisi-permisi". Ucap Deven mencoba membelah kerumunan. Ia ingin memastikan apa yang dibilang Joa benar atau tidak.

"Gimana Dev?". Tanya Vanya.

"Iya sekelas!". Vanya dan Anneth pun saling pandang-pandangan dan mereka langsung berpelukan, disusul oleh Ucha dan Joa.

"Ikutan boleh?". Tanya Deven saat mereka berpelukan kayak telletubies.

"Enak aja ikutan, sana cariin dimana kelas sepuluh IPA 1!". Suruh Ucha pada sepupunya itu. Deven yang hanya laki-laki sendiri pun hanya bisa pasrah mengikuti kemauan Ucha.

Setelah mendapatkan kelas mereka, mereka pun memilih tempat duduk.
"Kita duduk dimana ni?". Tanya Anneth pada mereka.

"Disitu aja yuk". Ucap Vanya sambil menunjuk 6 kursi yang kosong.

"Boleh. Nanti kita ganti-gantian aja teman duduknya siapa". Ucap Joa setuju dengan Vanya.

"Asekk berarti gue ada kesempatan dong duduk sama Anneth". Ucap Deven kesenangan.

"Cuma kita berempat aja yang tukar-tukaran tempat duduk. 4 kursi di depan itu untuk kita. Trus kursi di belakang untuk lo, cari sendiri teman sebangku lo sapa". Ucap Ucha tanpa ada rasa kasihan pada Deven.

"Emang ya lo Cha. Sepupu durhaka". Balas Deven tidak terima.

"Biarin". Ucap Ucha sambil tertawa.

    Mereka pun duduk dibangku masing-masing. 5 menit kemudian masuklah wali kelas mereka.

"Selamat Pagi semuanya".

"Selamat pagi bu". Ucap Vanya dan semua teman sekelasnya berbarengan.

"Perkenalkan nama ibu, Ersya Slavina. Kalian bisa manggil ibu, bu Eca. Selama setahun kedepan ibu akan jadi wali kelas kalian. Ibu senang bisa bertemu kalian semua. Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik ya ". Ucap bu Eca sambil memberikan senyum terbaiknya.

"Kita juga senang bu bisa bertemu dan kenal dengan ibu". Ucap salah satu teman mereka.

"Kalian kan sudah kenal dengan ibu. Tapi ibu belum kenal dengan kalian. Sekarang semuanya satu persatu memperkenalakan diri. Sebutkan nama,tempat tinggal,asal sekolah dan alasan kalian memilih SMA Nusantara sebagai sekolah kalian". Terang Bu Eca panjang lebar.

Setelah mereka semua selesai memperkenalkan diri. Bell berbunyi menunjukan waktunya pulang sekolah. Karena hari ini hari pertama, jadi mereka tidak belajar.

"Baik terimakasih semuanya. Selamat Pagi menjelang siang". Ucap Bu Eca lalu pergi meninggalkan kelas. Murid-murid pun berhamburan keluar kelas kecuali Vanya, Anneth, Ucha, Deven, dan Joa. Mereka berencana ke ruang informasi, mereka ingin mencari informasi tentang ekskul dan OSIS. Mereka semua sepakat mau ikut OSIS di SMA ini lagi.

"Yuk ke ruang informasi". Ajak Anneth pada mereka.

"Bentar ya, aku mau nyusun buku dulu ke loker". Ucap Vanya pada mereka.

"Okee. Kita tungguin". Mereka pun kembali duduk di kursi masing-masing. Sementara Vanya membawa buku-bukunya ke sisi belakang kelas tempat loker berada. Saat membuka lokernya Vanya melihat ada sebuah amplop.
"Loh punya siapa ini". Gumam Vanya dalam hatinya. Karena penasaran Vanya pun langsung membuka amplop itu.

"Loh banyak banget kertas-kertasnya". Batin Vanya lagi. Vanya pun mulai membaca kertas itu satu persatu. Ternyata barang itu milik Kevin. Dan ternyata juga Loker dan kelas Vanya sekarang adalah loker dan kelas Kevin dulu. Vanya mulai meneteskan air matanya. Di dalam amplop itu berisi surat, puisi dan lukisan yang semuanya mengambarkan Vanya. Vanya pun pergi menuju teman-temannya.

"Van kamu kenapa?". Tanya Anneth heran melihat Vanya tiba-tiba menangis. Tanpa banyak bicara Vanya langsung memberikan amplop itu pada mereka. Setelah melihat semuanya mereka pun mengerti.

"Yaudah Van kita besok aja ke ruang informasinya. Kita sekarang pulang aja, biar kamu tenangin pikiran kamu dulu". Ucap Ucha merasa kasihan pada Vanya. Vanya pun mengangguk setuju. Mereka semua pun mengantarkan Vanya pulang kerumahnya lalu mereka pulang kerumah mereka masing-masing.











Salam Manis,
DevanyaAs.

кєν η ναη(completed✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang