Sudah tiga minggu Vanya dan teman-temannya menjalani masa SMA. Kemarin Vanya,Anneth,Deven,Ucha,dan Joa sudah mengikuti seleksi masuk OSIS dan mereka berlima lolos. Deven kembali lagi terpilih menjadi Ketua OSIS dan wakilnya adalah Anneth, sementara Vanya menjadi sekretaris dan Ucha Joa menjadi Bendahara 1 dan 2. Mereka semua senang bisa menjadi anggota inti di OSIS SMA ini. Jadi pagi tadi mereka telah melakukan pengukuhan dan pembubaran OSIS.
"Selamat ya Dev, kamu sudah resmi menjadi ketua OSIS. Semoga kamu bisa menjadi ketua OSIS yang baik kedepannya. Kebiasaan lama jangan diulangi lagi". Ucap Verrel sambil menyalami Deven.
"Ya pasti baiklah dia kak. Orang yang jadi wakilnya Anneth". Ucap Ucha nyindir Deven.
"Iya kak. Terimakasih ya, gue janji akan amanah kok". Ucap Deven pada Verrel.
"Ya walaupun misalnya bukan Anneth yang jadi wakil aku, aku akan tetap jadi Ketua OSIS yang teladan kok. Aku kemaren udah janji sama Anneth. Mau aku jadi Ketua OSIS ataupun tidak aku harus tetap jadi teladan buat orang banyak". Ucap Deven sambil senyum-senyum pada Anneth.
"Jangan jadikan aku sebagai alasan Dev. Tapi Jadikan diri kamu sebagai alasan buat kebaikan kamu". Ucap Anneth pada Deven.
"Iya cantik. Tapi kalau kamu aku jadiin alasan buat masa depan aku boleh kan?". Tanya Deven mengeluarkan gombalannya. Alhasil Anneth yang mendapat perlakuan seperti itu hanya bisa senyum-senyum.
"Kayaknya kak Verrel kurang gombalan kayak Deven deh makanya ditolak Anneth". Ucap Joa sambil tertawa.
"Haaha iya kayaknya sih gitu Jo". Ucap Vanya menyetujui.
"Kok malah sekarang kakak yang tersudutkan nih". Ucap Verrel tidak terima.
"Ya nggak bisa dapat Anneth kan masih ada Ucha". Lanjut Verrel tiba-tiba. Alhasil mereka berlima pun terkejut, terutama Ucha.
"Wagelaseh Cha. Kak Verrel sepertinya udah mulai ada rasa". Ucap Deven pada Ucha. Dan sekarang pipi Ucha mulai memerah dan dia senyum-senyum malu.
"Asekk mau ditembak ni kak?". Timpal Joa ikut senang.
"Ya kalau Ucha nya mau. Kita resmikan sekarang". Ucap Verrel sambil ngelirik Ucha.
"Ih ya mau lah". Ucap Ucha cepat tanpa ditanya Verrel lagi. Dia pun langsung memeluk Verrel.
"Katanya nggak mau pacaran kak. Biar nggak ada yang menyakiti dan tersakiti". Tiba-tiba suara itu mengejutkan mereka semua.
"Kak Kevin!". Ucap mereka terkejut.
"Hai! Ganggu ya?". Ucap Kevin merasa nggak enak. Sementara Vanya langsung berlari memeluk Kevin sambil menangis
"Nggak Kev. Yuk kita ke kantin aja. Biar Vanya juga tenang dulu". Ucap Verrel pada mereka semua.
Setelah mereka sampai dikantin, mereka pun langsung memesan makanan.
"Maaf semuanya aku nggak ngasih tau kalian kalau aku mau pindah ke Singapura. Terutama kamu Van. Aku ngelakuin ini karena aku nggak mau liat kamu kecewa". Ucap Kevin membuka suara.
"Tapi aku lebih kecewa dan sedih kak. Karena aku tau kakak pindah bukan dari mulut kakak sendiri". Ucap Vanya masih dengan sisa tangisnya.
"Sekali lagi aku minta maaf Van. Aku nggak bermaksud begini. Aku juga bingung, disatu sisi aku juga nggak sanggup untuk cerita yang sebenarnya sama kamu. Kemaren aku juga udah coba negoisasi sama papa. Biar papa aja yang pindah kesana. Toh papa kerja disana cuma tiga tahun, dan setelah itu akan dipindahkan ke tempat lain lagi. Tapi papaku tetap kekeh aku harus ikut". Jelas Kevin panjang lebar.
"Jadi sekarang kakak ke Jakarta untuk apa?". Tanya Vanya pada Kevin. Nangisnya sudah berhenti dan dia mulai memahami alasan Kevin.
"Aku izin sekolah dua hari. Aku mau pamit langsung sama kamu. Selama hampir dua bulan ini aku benar-benar nggak tenang, aku selalu mikirin kamu. Aku janji akan kembali untuk kamu Van". Ucap Kevin pada Vanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
кєν η ναη(completed✔)
Teen FictionMencintai bukan berarti harus memiliki.... Ini kisah tentang dua manusia yang berteman saat kecil dan dipetemukan kembali di masa-masa remaja mereka. Mereka ialah Kevin dan Vanya. Mereka berdua harus terpisah diumur Vanya yang masih menginjak 5 tahu...