※ Phasmophobia ※

1.2K 181 6
                                    

Perkarangan milik Langa di luar perkiraan Reki, disangkanya akan mirip film-film blockbuster yang di tontonnya atau mungkin Langa maniak salju, jadinya Reki berpikir akan ada kolam salju yang tak kunjung mencair bahkan oleh waktu. Perkiraannya melesat sangat jauh, selayaknya rumah-rumah di jepang, kediaman Hasegawa memiliki plat nama keluarga yang diukir apik berwarna kelabu.

Reki menginjakkan kaki, setelah Langa. Rumahnya terlihat tenang, setenang pembawaan si tuan rumah. Seperti terhipnotis, tahu-tahu Reki sudah memasuki area pribadi Langa. Teman sebayanya ini memang patut digilai orang-orang, bahkan susunan pulpen di kamarnya saja di tata rapi. Reki jadi ingat, kamarnya penuh gradasi warna, sticker, buku-buku yang terbuka mengenai materi skateboard, dan di jam-jam seperti ini biasanya ia menghabiskan waktu dengan menonton teknik-teknik skateboard dengan snack dan sekaleng soda.

"Aku akan siapkan air hangat untuk Reki," ujar Langa sambil mengambil handuk di almari.

Menunggu jawaban Reki tak kunjung keluar, pemuda blasteran itu membalikkan badan, dipikirannya Reki akan berdiri kikuk sambil menunggu handuk, nyatanya Langa mendapati Reki sedang kesusahan mengeluarkan hoddie dari kepala.

Langa memperhatikan sambil terkekeh, tetapi tangannya segera tergerak untuk membantu Reki membuka pakaian. Bahkan tak segan membantu melepas kancing kemeja di balik hoddie kemuning.

Reki memperhatikan jemari jenjang Langa yang tekun. Tidak sadar bagian atasnya sudah terekspos sempurna. Iris ambernya membulat saat menyadari tangan Langa sedang menurunkan zip celananya.

"Tidak, tidak! Cukup aku bisa melakukannya sendiri." Reki mengibas-ngibaskan tangan panik, kemudian menurunkan celana melewati telapak kaki dengan semu merah muda.

Melupakan rasa malu Reki lantas membuka suara lagi. "Di mana keranjang kotornya? Aku bisa mencucinya saat mandi nanti?" tanya Reki, lalu mengedarkan pandangan ke sana kemari.

Langa berhenti bernafas sementara, kemudian menggaruk helai halusnya yang lepek. "I-itu... Eh, apa?"

"Ke-ran-jang ko-tor, Langa," ulang Reki sengaja menekankan tiap kata. Sejurus kemudian ia melipat kedua tangan di depan dada seraya memeluk pakaian basah dengan mimik menerawang. "Kau kenapa melamun terus, sih?"

Langa mengedipkan mata dua kali. Otaknya tak mampu berpikir jernih. Padahal waktu di onsen dia sudah pernah melihat Reki hanya mengenakan celana renang longgar. Sekarang jantungnya terpompa seperti musik hiphop yang dipenuhi bagian rap. Reki hanya mengenakan dalaman merah ketat. Mengingat hujan lebat mengguyur tubuhnya tadi. Tulang selangka, pinggul, bahkan 'anu'-nya Reki terbentuk jelas di indera pengelihatan Langa.

Langa kehilangan fokus, kemudian membentuk tanda salib di tubuh menggunakan telunjuk, membuat Reki ikut bengong.

"Kau bisa langsung mencucinya di mesin cuci, Reki." Langa berhasil menuntaskan kalimat tanpa terbata, terkesan tenang malah. Ia menyerahkan handuk untuk Reki, kemudian masuk ke kamar mandi.

Pintu kamar mandi tertutup terburu-buru, Langa mendongak sambil mengatur degub jantung yang tak karuan. Ia susah payah mengusap wajah yang terasa terbakar, padahal beberapa menit lalu tubuhnya menggigil. Langa merasa area celana di selangkangan menyempit, sambil membasuh tubuh di bawah shower ia masih berusaha menstabilkan detak jantung serta menghilangkan pikiran kotor.

.

.

.

"Err... Langa? Bo-boleh aku pinjam da-dalamanmu? Ma-maksudku... Yah, setidaknya boxer atau apalah."

Langa memutar kepala dengan pupil mengecil, nyaris menyerupai kacang hijau versi aquamarine.

As Unique as PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang