※ Pulih ※

516 63 1
                                    

"Mau kugendong lagi?" tawar Langa, begitu pakaian dan kebutuhan milik Reki sudah dikepak semua oleh keluarganya. Kini, ruang monokrom yang memenuhi kenangan pahit nan manis, hanya menyisakan keheningan di antara mereka berdua.

Reki selalu apatis terhadap hal-hal seperti ini. Apalagi, jika wajah Langa yang datar selalu sigap menyembunyikan ekspresi sehingga tawaran pemuda jenius itu dianggap Reki sebagai ledekan. Mengingat kebiasaan ini, ia mengembungkan pipi. "Tidak--sembari bersedekap--Ini memalukan, ibu dan ayahku akan melihat."

Langa mengangguk ketika Reki selesai menolaknya, dia memilih memapah tubuh yang perlahan mulai mendapati bobotnya kembali untuk menuruni ranjang. Namun, terbesit niat jahil di benaknya, ia kemudian melingkarkan lengan di pinggang Reki.

Napas berat sengaja dihembuskan untuk menggelitik lawan bicara. "Jadi, Reki mau, jika tidak ada mereka?"

Lontaran tersebut memang terdengar polos, apalagi sosoknya tengah mengedip-ngedipkan mata tanpa bersalah. Berbeda sekali dengan jari jenjangnya yang berhasil merayapi pinggiran celana Reki, bahkan tak segan menarik keliman kain. Membuat pinggiran ketatnya menampar kulit Reki.

"Hei, berhenti menggodaku!" pinta Reki sambil berusaha melepaskan diri, telapak tangannya mendorong-dorong wajah rupawan Langa dengan sembrono.

"Kau tergoda rupanya," kekeh Langa, kemudian melepaskan perlakuan deduktifnya.

Mendengar ucapan Langa, semburat merah mewarnai wajah Reki. Rasa sebal bercampur malu terlihat jelas pada potret dirinya, sebelum Langa bertindak jauh lagi, dia bersiaga memacu langkah kaki untuk segera berlari meninggalkan Langa.

"Persetan!" umpatnya, setelah meninggalkan Langa yang masih mematung di posisi semula.

Langa tak merespon guncangan yang dihadapi Reki, lebih memilih menjatuhkan pandangan ke arah cosmos merah yang masih berdiri gagah di vas. Dia berikan senyum pahit sejenak, lalu berbalik memunggungi ranjang.

"Hati-hati, Reki," peringat Langa pada angin sebab ucapannya sudah teramat telat, lalu ia menyusul langkah Reki yang belum jauh dan benar-benar pergi dari ruangan itu.

Kewaspadaan Langa nyatanya diabaikan Reki, pemuda berhelai merah itu memang tidak bisa lepas dari pembawaan ceroboh. Buktinya. tubuh berbalut mantel kuning sudah menubruk sosok ramping di hadapan.

Seakan tak rela ditumpahkan kesialan dari si Sulung Kyan, korban yang melampui tujuh sentimeter dari pangkal rambut Reki menunjukkan geliat gelisah. "Apa yang kau lakukan, bocah?! Kau bahkan baru keluar dari rumah sakit." Reki mendapat death glare pertama usai meditasi. Meskipun bogem mentah itu berhasil membuat ujung matanya mengeluarkan air mata hingga beranak pinak, tetapi ia tahu reaksi pria di hadapan tersirat kepedulian.

"Sudahlah, Kaoru." Joe tertawa berusaha menengahi keduanya, lalu memandu mereka ke pintu utama.

.

.

.

Pintu Lexus silver metalik terbuka, memperlihatkan keluarga kecil Reki. Si kembar yang biasanya tampak enerjik, sudah terlelap. Membuat rupa gempal Nyonya Kyan tambah riweh, manalagi tengah membantu Suaminya menyusun bawaan.

Reki tampak sumringah, tangannya melambai sambil berjalan mendekat. Langa mengiringi sebagai perwakilan untuk memberi salam. Namun, sekitar sepuluh langka dari mobil keluarga Kyan terparkir. Langa menautkan jemarinya ke milik Reki, lantas meremat seolah tak ingin kehilangan lagi.

Diperlakukan seperti itu, bola mata Reki bergulir untuk memerhatikan tautan jemari mereka.

"Lang--"

"Aku ingin tetap seperti ini, sebentar saja," potong Langa. Ada getir pada nada suaranya, Reki mengerling ragu, tetapi memilih diam saat Langa berbalik untuk menghadapnya langsung.

"Setelah semua yang terjadi padamu, aku ingin minta maaf. Aku tahu ini tidak cukup, aku ..."

Reki menggunakan lengan satunya untuk menangkap bahu Langa, ia kontak langsung dengan lensa biru. Sementara tangan satunya masih dibiarkan saling terikat dan mungkin posisi ini sudah menjadi tontonan Shadow, Joe, Cherry, dan Miya.

"Tidak perlu." Reki menggelengkan kepala pelan. "Ini bukan salahmu. Aku tidak akan menuntut apapun, rasa bersalah ini sudah cukup." Dua sudut bibir Reki terangkat membentuk senyum.

Langa menggigit bibir bawah, rasanya pernyataan Reki membuat hatinya semakin sakit, seakan pemuda itu tak mau membagi rasa sakit dengannya, tetapi ia coba untuk memercayai kata-kata Reki.

"Reki, setelah kau kembali ke sekolah lagi. Aku ingin mengatakan sesuatu padamu."

Otak lemot Reki tidak menangkap hal romansa di dalamnya, sehingga dia hanya mengangguk mengiyakan.

Rengutan jemari mereka terputus, Langa langsung rindu begitu tangan Reki yang barusan digenggamnya dipakai untuk melambai. Meski demikian, Langa membalas dengan senyum tipis.

Detak jantungnya tiba-tiba saja berdebar lebih kencang, untuk meminimalisirnya dia segera berlari ke arah keempat temannya.

"Hoo, tidak baik menampilkan adegan asmara di depan seorang bocah," sindir Shadow dan berhasil mendapat delikan dari Miya Chinen. Akan tetapi, bocah itu memilih tidak memuntahkan serapah, ia hanya duduk diam di samping Langa yang tengah mengenakan sabuk pengaman.

Shadow membuntuti mobil keluarga Kyan. Setelah pemulihan Reki, mereka berinisiatif memberi kejutan kecil.

Mobil mendaki elegan, suasana hangat ini membuat pemandangan apapun tampak menarik, bahkan tahi burung yang bertengger di kaca mobil menjadi subjek jelita tersendiri.

"Mobil itu kelihatan ambigu," ujar Miya tiba-tiba. Membuat pasang mata yang sebelumnya tak berfokus ke depan ikut mengalihkan atensi.

"Mungkin mau adu kecepatan. Aku akan menyanggupinya!" teriak Shadow bersiap membanting stir. Namun, ulahnya dihentikan Kaoru.

"Tunggu dulu, Carla mendeteksi hal negatif."

Penuturan Kaoru dibarengi dengan mobil magenta yang melaju cepat, memotong jalur dan tiba-tiba berkelok memblokade pengemudi lain.

Kejadian melesat bak angin. Badan mobil putih dihantam dari belakang dan berhasil menciptakan percikan api akibat tergesek satu sama lain, sampai bannya memutar ngeri pada pori-pori jalan.

Lima pasang mata di mobil membelalak menyaksikan kejadian barusan. Shadow yang awalnya diliputi kebanggaan, mengerem mobil mendadak. Di tengah-tengah kericuhan itu, Langa orang yang paling dahulu keluar dari mobil.

Kecemasan mengisi rautnya, seketika mobil yang menabrak kendaraan yang dihuni Reki mulai oleng dan menabrak pembatas jembatan hingga besinya membentuk lekukan seukuran muka mobil.

Seisi badan jalan panik dan beberapa di antaranya segera menghubungi pihak keamanan. Namun, belum ada satu menit terlewati, mobil magenta yang menabrak bergerak lagi, bahkan menambah kecepatan untuk mendorong badan mobil Lexus agar lebih menjorok ke sisi pagar jembatan.

Hal yang ditakutkan benar-benar terjadi. Mobil lain yang berusaha membantu dengan mengepung mobil pelaku, tidak membuahkan hasil.

Teriakan parau menggema di langit-langit. Pembatas jembatan yang penyok patah dan membuat dua mobil terlempar ke bawah.

Perisai hati Langa runtuh. Dunia di sekelilingnya mendadak berputar, jembatan yang dipijaki bergelombang membuat tubuhnya terduduk. Namun, dengan tertatih-tatih dia kembali bangkit, segera menengok mobil yang mendarat tak elit ke aspal.

"Langa, masuk ke mobil lagi! Kita akan ke lokasi kejadian," peringat Joe. Namun, sosok yang dipanggil masih bergeming.

Miya yang juga masih terguncang ikut keluar dari mobil. Dia menarik lengan Langa sambil terisak dan bergetar tak karuan.

"Re-ki ..." []

Update : Oktober 22, 2021.

As Unique as PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang