Crazy Rock lengang. Mungkin karena bintang-bintangnya sudah beberapa pekan tiada bersua, bahkan batang hidung pun tak muncul barang sesenti. Apalagi, penangkapan Adam lalu--salah satu pendiri "S"--belum terekspos publik, penonton pertandingan skateboard tambah diliputi kebingungan.
Mungkin resah itu bisa terelakan begitu Miya Chinen kembali muncul di publik. Atlet hijau berusia duabelas tahun itu, kembali naik ke permukaan setelah memenangkan posisi satu di Kompetisi Nasional Musim Panas. Seakan terik ikut kagum dengan bocah belia, keringat yang mengaliri wajahnya tampak menambah pesona. Yah, Meskipun sorotan ini, belum menutupi kesunyian peminat S. Paling tidak, pikiran mereka teralihkan pada Miya.
Potret anak laki-laki pecinta game terpaksa berakhir, usai layar pipih menyiarkan berita inflasi yang memuakkan. Kilasan barusan terpantul lewat TV umum tak jauh dari rumah sakit yang merawat Reki.
Pancaran wajah manis anak kucing barusan mengingatkan Langa pada kejadian beberapa hari silam, ketika dirinya berpaspasan dengan Miya di toko bunga.
"Ini harum mungkin cocok dengan selera Slime!" Suara kekanakan Miya berhasil membuat Langa menyilihkan fokus.
Dari frame sapphire, mata hijau Miya kelihatan berpendar semangat. Akan tetapi, tidak jelas siapa sosok yang diajaknya bicara sampai bibirnya menyunginggkan senyum ceria tak biasa.
"Mana sini kucoba?" Bocah sebaya ikut menghirup lili putih. Jarak yang terlalu dekat membuat hidung mereka saling bersentuhan.
Miya sejenak tergelitik, tetapi pose intim itu membuat darahnya mendidih. Dia lantas mengomel sambil mengucapkan serapah dengan wajah memanas.
Entah, perselisihan itu ditanggapi santai atau semburan kasar juga oleh lawan bicara Miya, sebab saat itu Langa sudah terlebih dahulu melengang dari toko sembari memasukkan sebelah tangannya ke saku.
Langa setidaknya bisa tenang melihat Miya Chinen bisa menggapai cita tanpa terhambat oleh perjanjiannya dengan Adam.
.
.
.
Konflik batin diri Langa mulai muncul. Kesekian kali berhadapan dengan penghalang ini, dadanya kembali berdegup kencang, getaran di lutut tak mampu melawan tungkai yang kokoh. Meskipun sudah diberi kabar baik, pemuda bluenette itu tetap ragu untuk memasuki ruang rawat Reki.
Seketika rasa rindu dan takut melebur.
"Reki," panggil Langa pada bangsal yang tertutup.
Setelah, menarik napas beberapa kali. Barulah dia mendorong pintu. Pemandangan yang menyambutnya ialah muka pucat Reki yang terkantuk-kantuk. Empunya hampir oleng membentur nakas, kalau saja tak segera ditompang Langa.
Kehadiran Langa membuat Reki reflek terkejut. Kantuknya perlahan hilang dan digantikan dengan kedipan mata beberapa kali.
Ah, permata madu yang besar nan manis itu. Langa menambakan ditatap polos olehnya.
"Lang ... nga?" Si Sulung Kyan memiringkan kepala ke samping. Mata bulatnya kembali berkedip lugu, menarik perhatian lawan bicara. "Kau kenapa baru ke sini?"
Langa tersentak. Ada getir yang meginvasi diri, tetapi cepat ditangkis. Bagaimanapun kesehatan mental Reki masihlah belum stabil, sehingga ia tidak ingin mengungkapkan alasannya. Reki baru dirawat sekitar dua bulan usai permainan konyol dengan Adam berakhir dan selama empat belas hari Reki dirawat, Langa tidak pernah absen berkunjung, bahkan meski berkali-kali Reki menunjukkan penolakan terhadap dirinya. Namun, beberapa minggu terakhir Langa hanya melihat Reki dari kejauhan, memilih mengurungkan niat mendorong pintu rawatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
As Unique as Petrichor
Fanfiction[Cover] Art by: Dd绿化带 on Neka Edit by: earlsulung on Canva [Blurb] Bagi Langa, sosok Reki yang ceria dan pecinta dunia skateboard dihidupnya adalah 'guru'. Namun, begitu Langa berhasil melampauinya di langit. Reki tidak melihat Langa sebagai sahabat...