※ Pelik ※

524 71 0
                                    

Kamus Kojiro Nanjo dan Kaoru Sakurayashiki sangat jauh dari hal-hal plegmatis. Dunia mereka hanya berskala cemooh. Terus bersiteru dan menuai keributan tanpa pandang situasi. Namun, sepasang anak Adam ini, sudah mengikat jari kelingking begitu lama.

Sejak topi kemuning menjadi atribut penting.

Sejak pertukaran kotak bekal merupakan permainan menyenangkan di jam makan siang.

Sejak baju biru yang hampir menyentuh lutut menjadi identitas.

Dan sejak mereka belum kenal kata 'sahabat'.

"Tidak mau brokoli!" Tidak terhitung sudah keberapa kali semenjak awal masuk Taman Kanak-kanak Kaoru melempar makanan dari kotak bekal. Penampilannya halus sangat berbanding terbalik dengan tabiat yang ditunjukkan sehingga aura gelap yang kerap kali mengerubunginya bak lingkar halo sulit sekali ditembus.

Kojiro mengernyit bingung. Setahunya bocah berparas cantik ini suka sekali membuang sesuatu berwarna hijau. Tidak hanya sayuran dan pudding, bahkan kursi, mainan anak lain, sampul buku, bahkan rok gurunya menjadi sasaran kemarahan Kaoru dan tidak ada yang sanggup menenangkannya.

Memutar mata untuk menghindari perdebatan, Kojiro membuang wajah ke sisi lain. Namun, hentakkan kaki diliputi amarah mengikuti pandangannya. Sosok bersurai merah muda yang ingin dihapus dari radar justru sedang menendang-nendang lego yang sebelumnya tersusun apik membentuk benteng.

Joe muda melotot hingga terlonjak dari duduknya. Itu mahakarya yang diciptakan Kojiro saat menunggu jemputan kemarin. Bisa-bisanya bocah tidak sopan yang lebih mirip perempuan itu menghancurkannya. Tak tinggal diam, ia mengambil langkah lebar, kemudian menggapai kera baju Kaoru. Perbuatan ini ia sontek dari drama murahan yang sering membuat ibunya histeris sampai membuat acqua pazza favoritnya gosong.

"Kenapa dihancurkan?!" Joe menatap sengit. Ia baru menurunkan kera baju Kaoru begitu bocah di hadapan terbatuk-batuk ringan. Lagipula resiko ketahuan guru lebih berbahaya pikirnya.

Sosok beruntai sebahu memandangi mainan persegi plastik yang berhamburan di dekat sepatu. Ia mengangkat kepala untuk menghadapi bocah tan yang sejak tadi mengembungkan pipi dengan semburat merah menahan amarah. Meskipun memang sudah marah.

"Jangan pegang-pegang, Hijau jelek!"

"Apa masalahmu?"

"Karena jelek!"

"Buatkan lagi bentengnya!"

"Benteng jelek, sama sepertimu!"

Mendengar kata jelek berulang kali, Joe menjadi semakin berapi-api. Hari itu dijambaknya rambut merah muda Kaoru yang menjuntai. Namun, helai halusnya membuat Kojiro justru meraba-raba tertarik.

"Kojiro-kun. Jangan lakukan itu." Suara lembut menginterupsi sambil melepaskan genggaman Kojiro pada rambut Kaoru.

Kojiro hanya menurut dengan tampang setengah bersalah, sisanya masih menyimpan dendam.

"Dasar jelek!" Usai memamerkan wajah garang yang lebih mirip anak kucing penghibur, Kaoru menjauh sembari mengehentak-hentakkan kaki.

Pagi itu, Kojiro mulai tertarik dengan warna merah muda.

Bel pertanda pulang dari Taman Kanak-kanak sudah berdentang satu jam lalu, tetapi empunya masih berjaga di ruang kerajinan. Kojiro hanya ingin menyendiri dengan beberapa mainan. Tidak ingin diawasi oleh pendidik selagi menunggu jemputan. Ia menghembuskan napas keras dengan kedua tangan bertumpu di lutut dan tampak tersenyum bangga.

Kojiro baru saja menyusun ulang lego membentuk benteng. Melepas suntuk, ia mengedarkan kepala untuk mencari kegiatan lain. Akan tetapi, yang didapatinya justru manik keemasan sedang menatap lebar ke arahnya.

As Unique as PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang