※ Pamrih ※

606 105 1
                                    

Langa Hasegawa pecinta snowboard sejak usia dua tahun. Pemandangan yang dilihatnya sepanjangan lintasan ialah gradasi biru dan putih yang semata-mata untuk menghilang rasa sepi. Cuaca yang berdegresi selalu membekukan untai dan irisnya, tetapi ia masih teramat cinta dengan perpaduan itu, baik papan skatingnya, mantel tebalnya, juga sosok ayah yang memimpin lintasan salju.

Langa membenci dunia ketika ayahnya tertidur nyaman di alam lain. Dalam kamusnya ia hanya pemuda soliter di gerai ikan busuk. Namun, pemuda yang hanya selisih empat sentimeter dengannya membalikkan kembali dunianya. Langa yang pendiam bisa tertawa lepas bersama pemilik panggung retorika.

Skateboard adalah jembatan dirinya dan Reki Kyan. Akan tetapi, hal itu cepat dirampas kembali. Padahal Langa sudah melampaui orang-orang bahkan julukan 'Snow' menguar di seantero 'S' tidak membuat Langa merasa beruntung. Ia memang tidak diilhami oleh Dewi Fortuna.

Pandangan Langa mengawang, Reki tidaklah lagi mau membaur dengannya, tidak lagi memamerkan senyum bodohnya, tidaklah lagi ingin terbang bersamanya, sehingga pemandangan jelita sekalipun tak mampu menarik Reki lagi ke pusatnya.

"Aku tidak ingin melihatmu lagi."

Kalimat terakhir Reki masihlah tergiang-giang jelas sejauh ingatan Langa.

Selagi menggalau, layar berteknologi diode itu menampilkan seluk-beluk Okinawa. Mengingatkan Langa pada diskusinya dengan sekawanan teman skateboardnya beberapa jam lalu.

"Fenomena Rejo-ne sedang merebah. Mungkin si kacamata itu dan Reki salah satunya. Lihat, tanganku nyaris patah karena dipukuli preman yang mabuk."

Joe dan Langa memperhatikan lengan Hiromi yang diberi gips. Memar biru masih tampak segar di wajah mirip make-up eksentriknya sehingga tanpa berpikir keras orang akan mengenalinya sebagai sosok Shadow di lapangan.

"Mungkin aku punya jawaban yang tepat," ujar Joe, kemudian ia mengeluarkan skateboard hitam berelemen garis kasual seperti rangkai listrik. Miya berseru dalam hati bahwa itu milik Kaoru Sakurayashiki.

"Aku tidak terlalu suka teknologi semacam ini, tetapi skateboard ini terus berkedip dan ternyata aku menemukan ini."

Shadow menyipit di atas ranjang rawatnya. "Chip?"

Joe mengangguk. "Chip ini akan menjelaskan kecelakaan Kaoru dan mungkin juga," Joe berdehem ke arah Langa dan bibir Langa membuka ejaan Re-Ki. Namun, tidak terdengar.

"Hei, robot jelek! Apa yang terjadi tiga hari yang lalu?"

Skateboard yang merangkap asisten Kaoru tampak berkedip beberapa kali. "Anda tidak dapat memerintah saya." Entitas bersistem AI meredup setelah mengucapkannya

Kacamata dan robot sialan!

"Carla. Kumohon, beri kami rekaman tentang Cherry Blossom terakhir kali." Miya nyaris merengek begitu mengatakannya, manik toska memenuhi sklera. Bahkan ekor kucingnya tidak bisa menutupi sosoknya yang mirip anak anjing.

Seketika lampu magenta berpendar keunguan, begitu nyalanya lebih terang papan dengan kecerdasan ilmiah menampilkan hologram sebesar 12 inch.

Layar mulanya merekam jalanan berkerikil, suasana masih benderang bahkan hilir mudik di sekeliling tampaknya masih ramai. Kaki yang melesat hanya berkisar siluet pusparagam karena tidak bisa mengikuti arus wheel berkendara. Ketika jalan berkelok skateboard diangkat vertikal. Sepertinya tengah disampirkan ke ketiak oleh pemiliknya.

Usainya hologram hanya menampilkan gelap. Langa pikir Carla sedang diamankan pemiliknya, ia segera menaikkan kecepatan rekaman selagi melihat-lihat takut sesuatu terlewat. Tiba-tiba skateboard menampilkan wajah tuannya.

As Unique as PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang