※ Petrichor ※

826 82 13
                                    

Lampu mobil menyoroti tubuh Reki Kyan. Raga si pemuda sudah terkulai tidak berdaya. Partikel air menghujami luka terbuka dan memar, sekaligus meraup kesadaran. Luruh hujan merombak duka.

Terlampaui panik, pemuda sebaya sampai-sampai lupa cara membuka pintu mobil. Begitu menapaki tanah dia segera menarik tubuh polos Reki ke dalam pelukan, membungkusnya dari rinai hujan. Hanya saja, Langa sedang menggunakan pakaian jenis turtle neck, bukan mantel tebal agar dapat menyelimuti tubuh Reki.

Melihat keresahan pemuda penyandang nama Langa, Joe yang persis di lokasi, hanya mendorong dada pemuda keturunan Kanada untuk menghentikan aksi konyolnya--dengan bertelanjang dada.

"Biar aku saja." Joe membalut Reki dengan kemeja sebahu, kemudian ingin beranjak menggendongnya.

Iris aquamarine mengecil, giliran dia menahan pergerakan tangan Joe, sedangkan respon pemilik netra merah lebih rileks. Dia menghembuskan napas sambil berlari lantas membukakan pintu mobil. Tak berniat bertengkar dengan remaja labil perkara gendong-menggendong.

Meskipun luruh air sudah ditamengi badan mobil, Langa tetap berusaha melindungi tubuh si Sulung Kyan dari hujan. "Reki--jemari Langa yang dipenuhi balon-balon air menggengam tangan Reki, lalu membawanya ke pipi. "Maaf. Maafkan aku," tutur Langa sambil memeluk si empu erat-erat.

Sekujur tubuh Langa tidak bisa berhenti bergetar. Kendati air mata merununi lekuk wajahnya. Ia tetap berusaha menyalurkan kehangatan di tubuh Reki. "Aku ... tidak bisa menjagamu."

Tiga pria lainnya hanya bisa bungkam menyaksikan momen pahit ini. Sementara itu, Kaoru terus berusaha membalut lutut Reki yang mengeluarkan darah tanpa jeda, sekalipun disapu hujan. Dia melakukannya dengan gigi bergemeretak menahan murka.

"Sialan, dia membuat dagingnya hancur. Kalau begini karir bocah ini sebagai ...." Cherry menggigit daging bibir hingga mengeluarkan darah, berupaya tidak menyampaikan prediksi.

Joe yang paham maksud kawan semasa mengompolnya, mengalihkan perhatian ke arah lain. "Kau mungkin mengantuk sejak tadi. Aku bisa gantikan kau menyetir," tawar pria bertubuh atletis, kala mobil sudah keluar dari area berdarah.

Shadow memang sudah letih. Namun, keadaan membuat dia menyanggupinya tanpa banyak protes. Mendapati perhatian kecil ini, dia hanya mengangguk, tampak tak berselera berucap, sehingga kebisingan hanya berasal dari tangis Langa.

Ketiga pria yang setia mendampingi pemuda berbakat ini, tidak pernah melihat Langa sekacau ini. Pikiran mereka melanglang buana, sibuk menyiapkan strategi untuk mengakhiri kejadian yang tidak ada habisnya.

"Aku tidak ingin percaya pada hukum lagi." Pemuda berkacamata tampak mengutaran pendapat geram. Manik hijaunya berkilat-kilat menyeramkan.

Shadow yang tepat di samping patner cantik Kojiro Nanjo hanya mengerling sesaat, rasa takutnya terhadap nasib Reki kelak lebih membumbung tinggi. Bagaimanapun dia sudah melewati banyak pertandingan dengan bocah rebel ini. Mengingat peristiwa bahwa dia pernah menjadi wali sementara saat mereka berlibur ke pantai Okinawa. Shadow merasa punya tanggung jawab besar, apalagi ketika kelak menguak perihal keluarga Kyan yang sudah tiada. Ironis, pemuda enerjik yang selalu ceria ini akan hidup sebatang kara.

Hiromi menutup wajah dengan telapak tangan. Berharap hal buruk ini segera berakhir, sehingga mereka bisa menghukum bajingan psikopat itu dengan borgol mereka sendiri.

Akan tetapi, kemalangan mereka terus bertambah, apalagi ketika di hadapkan dengan gedung monokrom yang entah sudah beberapa kali berputar bak cynematic record, seolah tempat ini merupakan toko kelontong relung wajib bertandang. Padahal, jika ditilik berdasar realita, mereka tengah bersiap-bersiap menyambut kegetiran lainnya.

As Unique as PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang