※ Pusparagam ※

759 118 0
                                    

Dunia di sekeliling Langa luruh. Riuhnya siswa di halaman sekolah bak ejekan di telinga. Seluruh tubuh Langa gemetar hebat. Bumi yang dipijakkinya serasa digenangi air. Lama kelamaan naik, menenggelamkan kaki, tetapi tidak dengam tremornya. Air menguap semakin tinggi sehingga menarik tubuh Langa layaknya benda mati ke segitiga bermuda. Langa termakan, napasnya sesak.

Ilusi yang memakan jiwanya berhenti beriringan dengan dentang jam raksasa di rangka atap. Kartu remi menjulang tinggi. Tiap sisi persegi panjang berlambang hati itu berputar-putar di jemarinya, berhasil mengalihkan atensi. Air imajiner yang menenggelamkan dirinya, menyusut. Diganti tinta hitam dengan font italic 'Tantangan jika 'orang ketiga' ingin kembali ke sisimu.'

Langa tidak mengerti. Membolak-balik kartu itupun tidak menjawab tanya besarnya.

Selagi resah, kantong celana pemuda keturunan Kanada bergetar. Ia meronggoh ponsel di saku dan mendapati enam pesan dan dua panggilan tidak terjawab.

Dua panggilan dari Shadow, dua pesan dari Miya, satu pesan dari Joe, dan tiga pesan lainnya dari operator sialan.

Tidak ada nama Reki di sana.

Langa menyimpan ponselnya. Tanpa berniat mengecek. Hari itu ia memutuskan untuk pulang naik bus.

Sebelum keadaan buruk, Langa biasanya pulang hingga akhir petang. Mengendara bersama Reki hingga dikejar-kejar petugas keamanan.

Langa akan pulang bermandi keringat sampai membuat alis ibunya bertaut kebingungan. Namun, hari ini Langa kehilangan selera untuk menatap jalanan.

Tiba-tiba bus berdecit, membelok paksa seolah menghindari sesuatu di depan.

"Cari mati, ya?!"

"Duh, anak jaman sekarang. Rambut saja mencolok merah begitu!"

Deg!

Langa spontan berdiri, betapa terkejutnya ia melihat sosok yang dikabarkan hilang sejak beberapa jam lalu tengah terduduk di sana sambil memeluk skateboard.

"Reki?!"

Jantung Langa berirama, buru-buru ia menghampiri Reki. Ada lega di hatinya. Namun, baru saja akan memeriksa lukanya. Pandangan Reki tampak sangsi.

Iya juga. Mereka baru-baru ini main diam-diaman.

"Kau menjijikan!"

"Aku tidak ingin lagi melihatmu!"

Deg!

"Langa." Tubuh Langa terasa diguncang, sayup-sayup ia bisa menangkap celotehan kecil dari dua gadis kecil berperawakan sama.

"Kau tertidur sambil mengigau. Apa kau tidak apa-apa, Nak?" rambut merah serupa Reki Kyan itu. Milik ibunya. Di tangannya tampak selebaran berisi profil singkat Reki. Wajah Reki membingkai di sana dengan senyum menawan.

Hanya mimpi di siang bolong.

Langa teringat sesuatu. Jarinya cekatan membuka isi ponsel. Membaca nama-nama yang tertera di ponselnya. Masih sama, tidak ada pesan atau panggilan baru. Ia menghubungkan rangkai pesan dari temannya. Seluruhnya tentang Cherry Blossom alias Kaoru Sakurayashiki yang dirawat di rumah sakit.

Langa menghela napas. Tidak jadi meminta bantuan temannya, mungkin ia mesti membantu menyebarkan selebaran Reki yang hilang, setelahnya ia akan menjenguk pemuda cantik itu.

Selagi menempelkan selebaran bersama keluarga kecil Reki dan pemilik toko skate. Langa berpamitan untuk menjenguk Cherry. Begitu memasukki toko bunga pikiran Langa kembali mengawang. Pusparagam bunga mengingatkannya kembali pada sosok Reki.

As Unique as PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang