Aku tercengang melihatnya setelah dia mengucapkan puisinya, Sasuke mengambil manik-manik dan meletakkannya perlahan di atasku.
Dia pertama kali mulai dengan pergelangan tanganku kemudian di leher lalu kakiku sambil menatap dalam mataku yang menyebabkan jantungku berpacu lebih cepat.
Dia meletakkan manik-manik terakhir di kepalaku, "Naruto, aku tahu ini terlalu dini untuk bertanya, apakah kamu mau menjadi milikku?"
Suaranya tulus dan aku tidak dapat menemukan sedikitpun keraguan dalam dirinya, aku tidak memiliki alasan untuk menolak lamarannya jadi aku mengangguk, dia menyeringai lalu mengangkatku ke dalam pelukannya kemudian menciumku dalam-dalam.
Aku tersenyum bahagia dalam pelukannya, orang-orang bertepuk tangan sepertinya mereka senang untuk kami, tetapi aku melihat beberapa wajah yang tidak setuju.
Dua yang paling menonjol adalah wajah ibu Ratu dan Hinata. Aku tahu kedua wanita itu membenciku.
"Itu tidak akan pernah terjadi!" , ibu suri berbicara, "anakku tidak akan menikah dengan seorang pria, fakta bahwa dia bukan berasal dari sini bahkan lebih buruk. Anakku akan menikahi seorang wanita cantik yang akan aku setujui bukan seorang pria yang bahkan tidak memenuhi persyaratanku sebagai pengantin wanita. Nak, anak itu tidak akan bisa memberimu anak, maukah kamu menjalani sisa hidupmu tanpa mendengar tangisan dari anakmu sendiri?"
Aku melihat ke bawah karena mendengar kata-katanya, dia mengatakan yang sebenarnya, aku tidak layak untuk menyebut diriku sebagai istri Sasuke. Aku tidak akan bisa memberinya anak, bagaimana aku bisa tega membuatnya menderita seperti itu, seorang wanita cantik mungil akan menjadi pilihan yang baik untuknya.
"Menurut ibu siapa yang pantas menjadi pengantinku?" Suaranya tenang saat dia mengajukan pertanyaan.
Ibu ratu tersenyum mendengar pertanyaannya, "putri Hiashi, Hinata".
Dia tampak bangga saat mengucapkan kata-kata itu membuatku bertanya-tanya, jika aku seorang wanita dan berasal dari sini, apakah dia akan menerimaku sebagai pengantin putranya? Hinata tampak sombong saat mendengar pilihan pengantin ibu ratu.
"Jadi kamu tidak menyetujui pengantin pilihanku karena kamu pikir wanita itu adalah pilihan terbaik untukku?", tanya Sasuke. "Tentu, nak", jawab ibu ratu.
"Katakan padaku ibu apa yang begitu baik tentang gadis pilihanmu?", "Dia wanita yang kuat, dia bisa memasak, dia juga perawan dan yang terbaik dia adalah wanita yang penuh dan cantik dan bagian yang terpenting tentang dia adalah dia bisa memberimu seorang putra".
Sasuke menatap ibunya, "pengantin pilihanku dapat melakukan semua hal yang telah ibu sebutkan". "Itu tidak mungkin Nak, dia bahkan tidak murni, pria mana yang masih bersih di zaman sekarang ini?" Ada pertanyaan besar lagi yang membuatku sedikit tidak nyaman.
Sasuke menatapku dan menyeringai, "dan apa yang membuat ibu berpikir bahwa dia tidak murni?" Aku menunduk dengan pipi berwarna merah. Bisakah pria itu tidak mempermalukanku lagi? Aku bertanya pada diri sendiri.
Semua orang melihat ke arahku dan Shizune mencoba meredam perdebatan "ibu maafkan kelancanganku, tapi bolehkah aku berbicara sebentar?", Ibu ratu menatapnya dengan tatapan tajam namun mengiyakannya.
"Aku tahu dia ini tidak pernah disentuh, aku sudah bertanya kepadanya sebelumnya tentang kehidupan seksnya dan dia tampak agak malu-malu dan gugup. Seorang pria tidak peduli seberapa pemalu, dia dapat mengambil kesempatan untuk setidaknya menunjukkan bahwa dia memiliki beberapa tindakan beberapa tahun terakhir ini. Dia terlalu kaku untuk berhubungan seks dengan siapa pun. Lagipun setelah pernikahan tradisional mereka, kakak ipar dapat memastikan apakah pengantinnya masih murni atau tidak". Ucap Shizune.
Mataku terbelalak mendengarnya, aku tidak pernah mengenal Shizune bisa begitu berwawasan namun kesal disaat bersamaan. Pipiku sangat merah, aku yakin aku pasti semerah buah tomat.
Sasuke menatapku dan tersenyum, melihat bahwa aku merasa lebih tenang meskipun hanya sebentar. "Aku menyetujui pernikahan mereka", kata raja, membuat kami semua tercengang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bride
FanfictionNaruto membutuhkan suasana baru untuk sementara waktu, bekerja di perusahaan membuatnya sangat lelah. Dia memutuskan bahwa ia membutuhkan liburan jadi dia pergi liburan dan tujuannya adalah HimaZulu sebuah pedalaman yang menawarkan pemandangan alam...