Chapter 23

1.2K 156 9
                                    

Paginya aku menghabiskan waktu sepanjang hari dengan Sasuke bersama-sama. Aku tersenyum cerah seolah-olah tidak ada yang terjadi, namun jauh dilubuk hati aku merasa sangat tertekan.

Malam itu ketika aku naik pesawat untuk kembali ke rumah, aku merasa tidak bernyawa seperti hanya seonggok mayat yang berjalan.

Penerbangan berlalu dengan cepat, aku tidak memberi tahu orang tuaku tentang kedatanganku saat ini, aku juga tidak memberi tahu kakek bahwa aku akan pulang kerumah.

Selama beberapa hari setelah kedatanganku kembali, aku mengurung diri di apartemen, namun segera setelah aku merasa akan menjadi gila jadi aku memutuskan untuk kembali bekerja. Aku merasa menjadi lebih baik mungkin karena aku mencurahkan segalanya dalam pekerjaanku.

Aku ingin melupakan rasa sakitku meski hanya sesaat. Seminggu berlalu begitu saja. Aku tidak tahu bagaimana ayah tahu aku telah kembali, aku mendapat telepon dengan undangan khusus untuk makan malam di restoran mahal.

Aku menerimanya karena aku tahu mereka tidak memberiku pilihan lain selain datang. "Ibu, ayah bagaimana kabar kalian?", aku menyapa mereka dengan sopan tanpa sedikit pun senyum di wajahku.

"Duduklah", perintah ayahku, aku melakukan apa yang diperintahkan, "jadi bagaimanapun juga sebentar lagi pesta pertunanganmu dengan Sakura akan dilaksanakan jadi aku ingin kamu bersikap lebih dewasa". Aku menatap ayahku dengan sorot mata tak terima, namun aku tidak berkomentar sama sekali.

Jika mereka mengira aku akan menikahi Sakura mereka akan terkejut.

Tepat saat aku akan memesan makananku, pelayan datang dengan beberapa makanan berbau tidak sedap membuat perutku serasa mual. aku berdiri dengan tergesa-gesa dan berlari ke kamar mandi, aku memuntahkan semua makanan yang telah aku konsumsi sepanjang hari.

Aku merasa sengsara menunggu selama beberapa menit sebelum akhirnya meninggalkan restoran, aku tidak memberi tahu mereka apa-apa soal kepergianku. Seminggu lagi berlalu dan aku senang karna tidak sakit lagi, hanya muntah sekali dan merasa baik-baik saja setelah itu.

Aku mulai memakan apapun yang mengandung wortel, padahal dulu aku sangat membencinya. Aku merasa aneh tapi aku berusaha mengabaikannya. Lalu tiba-tiba suasana hatiku terus berubah dalam hitungan menit.

Jika aku melihat kesalahan dalam dokumen pekerjaan, aku akan menangis kemudian akan marah. Semuanya menggangguku untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Satu-satunya penjelasannya adalah aku terlalu sedih dengan perpisahan ini, aku merasa sulit melanjutkan hari-hari tanpa Sasuke di sisiku.

Sebulan berlalu, Orangtuaku terus menekanku untuk bertunangan dengan Sakura dan menikahinya. Aku ingin sekali memberi tahu mereka bahwa aku sudah memiliki suami tetapi aku tidak akan mengatakannya, apakah mereka pantas tahu? Tidak sama sekali.

Aku tahu bagaimana mereka akan bereaksi dan aku tidak ingin melihatnya, Meskipun mereka adalah orang tua yang mengerikan, mereka tetap orang tuaku dan aku mencintai mereka.

Kakek akhirnya kembali ke tempat mereka dan aku segera mengunjungi mereka. Aku bertanya kepada mereka tentang keadaan Sasuke dan aku benar-benar sedih mendengar kata-kata mereka, mereka memberi tahuku bahwa Sasuke akan gila tanpaku dan desa dalam kekacauan.

Aku ingin pergi ke sana dan memeluk Sasuke dalam pelukanku, aku ingin memberitahunya bahwa aku juga sangat merindukannya tetapi aku tidak bisa. "Aku lapar", kataku pada kakek, "kita baru saja makan, Naruto. Apa kau merasa lapar lagi?", katanya padaku sambil menatapku.

"Kalau begini terus kau akan menjadi tidak bugar", komentar kakekku. Untuk beberapa alasan aneh aku menjadi sangat emosional, "Jadi aku terlihat gemuk?" Mata mereka melebar melihat reaksiku. "Tidak, tidak, tidak, Naruto, Aku hanya merasa kamu makan terlalu banyak. Itu tidak baik untuk kesehatanmu".

Mendengar kata-katanya aku menjadi marah, "tapi aku lapar, aku ingin makan sekarang!" Aku hanya marah. Kakek terlihat kaget namun menghela nafas kemudian. "Baiklah aku akan memasak sesuatu untukmu, oke" kata kakek, bujuknya.

Aku terkikik mendengar dia akan memasak untukku. "Apakah kamu baik-baik saja?" Mereka bertanya cemas, saat itu aku menjadi sedih, "Kamu pikir aku sakit sekarang?", "Wow", kata mereka berdua serempak. "Kita perlu mengunjungi rumah sakit", "tidak" aku menolak.

"Jika kamu tidak mau, kau tidak akan mendapatkan kue wortel yang aku panggang" ancam kakek dengan tegas. Aku menundukkan kepalaku dan mengangguk untuk menunjukkan kepada mereka bahwa aku setuju.

My BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang