Keesokan paginya aku bangun dan melakukan rutinitasku seperti biasa sebelum aku keluar dari hotel untuk berjalan-jalan lagi di sekitar desa yang tidak banyak aku lihat tempo hari karena bersama pria itu yang memaksaku untuk bersamanya.
Tepat ketika aku sedikit lebih jauh dari hotel, aku dihentikan oleh seorang wanita muda. Aku mengenalinya sebagai wanita yang menatapku prihatin di sungai kemarin.
"Halo", dia menyapa, suaranya agak dalam karena dia berbicara dalam bahasa yang berbeda dari biasanya. Suaranya anehnya menenangkan. "Nama saya Temari", "halo Temari, nama saya Naruto". "Yah Naruto, kita perlu bicara jadi ayo jalan".
Aku mengangguk dan berjalan-jalan dengannya. "Jauhi pangeran" Aku dikejutkan oleh kata-katanya, siapa yang dia sebut pangeran itu? "Siapa pangeran itu?". “Pangeran Sasuke”, mataku terbelalak, “dia seorang pangeran?”, “Ya, begitulah".
"Aku mengatakan ini bukan karena berpikir bahwa status sosialmu dengan pangeran tidak cocok. Sungguh kebalikannya. Masalahnya, pangeran Sasuke adalah pria berbahaya yang tidak memiliki belas kasihan pada siapapun. Aku belum pernah benar-benar melihatnya tertawa atau tersenyum, dia selalu begitu dingin. Apakah kamu tahu dia tidak pernah tertarik pada siapa pun di desa termasuk pada wanita ataupun pria".
“Apakah itu berarti dia tidak pernah melakukannya?”, tanyaku ragu, “oh tidak, dia pasti pernah melakukannya. Laki-laki mana yang masih bersih di zaman sekarang ini”. Aku tidak punya kata-kata untuk membantahnya karena aku adalah salah satu dari orang-orang yang tidak pernah melakukannya.
Ah, dia tidak perlu tahu itu. "Pokoknya perhatikan peringatanku dengan serius. Sekarang ikuti aku, para gadis dan aku sedang berlatih langkah tarian gadis tradisi kami. Sebuah upacara akan segera diadakan mungkin aku akan beruntung menemukan seseorang yang akan melamarku".
"Kamu sangat cantik aku yakin kamu akan mendapatkan pria impianmu". "Ya ampun, betapa manisnya lidahmu". Aku terkikik mendengarnya tapi aku tersadar karena kedengarannya begitu ... tidak jantan.
"Kamu lucu", katanya sambil tertawa. Berjalan bersama Temari tidak terlalu buruk, aku tahu aku mungkin akan mendapatkan teman lain. Kami tiba di tempat para wanita muda menari dan aku terkesima dengan bagaimana mereka bergerak dengan indah.
Aku merasakan ada tatapan yang tertuju padaku jadi aku melihat dari mana asalnya dan langsung bertatap muka dengan wanita muda yang telah memelototiku tempo hari di sungai. Aku memutuskan untuk mengabaikannya dan menyapa yang lain.
Mereka sangat ramah jika aku bisa mengatakannya sendiri. Mereka juga menyenangkan untuk bersama. "Hei pria pirang, mau bergabung dengan kami?", tanya seseorang. Aku pikir tidak ada gunanya menolak jadi saya mengangguk.
Aku sangat kaku sehingga mereka akan tertawa ketika aku menari, aku berusaha tidak peduli dan tidak akan menyerah. Kami berlatih cukup lama lalu akhirnya berhenti saat para pemuda desa itu kembali dari perburuan mereka. "Pria itu akhirnya kembali!", seru seseorang.
"Ada pangeran Sasuke, oh my god dia sangat tampan” , katanya dengan berbisik dengan penuh nafsu.
Aku mengangkat alisku padanya lalu mengangkat bahu, kurasa dia memiliki banyak penggemar karena dia adalah seorang pangeran dan pria yang baik. Sungguh aku agak iri padanya, aku tidak memiliki seorangpun yang menyukaiku dengan begitunya, bahkan aku berpikir tidak ada yang mau menikah denganku.
Gadis yang memelototiku kemudian berbicara, "Nah, itu pria sejati, tidak seperti seseorang yang hanya duduk dan menari dengan wanita". Aku punya firasat dia merujuk padaku jadi aku merasa dia berusaha menyinggungku.
"Hinata, jangan berkata kasar kepadanya" tegur Temari, "kenapa kamu membela pria berambut pirang itu? dia tidak tahu apa-apa selain menjadi seorang gadis yang memakai baju pria. Pria sejati berburu dan melindungi keluarganya. Pria sejati bisa membangun rumah dengan tangan kosong miliknya. Katakan padaku pria pirang, bagian mana yang bisa kamu lakukan?".
Aku tidak bisa mengatakan sepatah kata pun terhadap apa yang dia katakan karena aku tahu dia ingin menyudutkanku. Aku menundukkan kepalaku lalu berjalan menjauh dari kelompok itu saat mereka mulai berdebat dalam bahasa ibu mereka.
Aku merasa ingin menangis tetapi aku tidak mau, aku tidak pernah ingin menunjukkan sisi lemahku terhadap mereka sehingga itu tidak akan membuatku lebih lemah lagi dihadapan mereka. Saat aku sedang berjalan, aku merasakan ada lengan yang kuat melingkar dipinggangku. Aku berbalik dan Sasuke menatapku dengan tatapan yang tidak bisa kubaca. "Katakan padaku Naruto, apa yang kalian semua bicarakan?".
Diusahakan update setiap hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bride
FanfictionNaruto membutuhkan suasana baru untuk sementara waktu, bekerja di perusahaan membuatnya sangat lelah. Dia memutuskan bahwa ia membutuhkan liburan jadi dia pergi liburan dan tujuannya adalah HimaZulu sebuah pedalaman yang menawarkan pemandangan alam...