Aku terbangun dengan napas yang terengah-engah. Tanganku langsung meraba sekitar leherku, kalungnya ada di sana, kalung manik-manik. Itu artinya apa yang kukira mimpi ternyata nyata, aku benar-benar bertemu dengan neneknya Sasuke.
Aku melihat hantu untuk pertama kalinya, kejadian ini agak menyeramkan setelah aku memikirkannya dengan hati-hati. Aku menghela nafas mengetahui tidak ada yang akan berubah karena terlalu memikirkan apa yang telah terjadi.
Aku mandi air hangat dan tenggelam dalam pikiranku sendiri. Tepat ketika aku hampir menyelesaikan sarapanku tiba-tiba pintu dibuka dengan kasar dan membuatku sangat terkejut. Aku memutar kepalaku melihat bahwa itu adalah Shizune.
"Tolong buka pintunya dengan cara yang normal, kau hampir membuatku serangan jantung, mari kita lihat bagaimana kamu akan menjelaskan kepada Sasuke jika tunangannya meninggal karena serangan jantung".
Shizune tertawa mendengarnya, "Ya ampun, Naruto yang ketakutan akhirnya mulai berani sekarang tapi,". Setelah kata-katanya, dia tiba-tiba menjadi serius. "Aku akan mengajarimu semua tentang apa yang harus kamu lakukan saat upacara pernikahanmu".
Aku mengangguk dan mendengarkan apa yang dia katakan. "Ada beberapa hal yang diharapkan dari pengantin wanita saat upacara pernikahan mereka. Pertama adalah hadiah yang diberikan kepada keluarga pengantin pria yang tertulis di daftar".
Aku bingung, "daftar apa?", "Daftar itu adalah nama-nama anggota keluarga yang seharusnya menerima hadiah darimu".
"Hadiah seperti apa yang diharapkan dari pengantin wanita?" Aku bertanya dengan sedikit khawatir.
Shizune memberiku secarik kertas, "ini daftarnya dan juga daftar dari nama-nama yang akan menerima hadiah beserta permintaan mereka". Aku melihat nama-nama itu dan sejujurnya aku hanya mengenali beberapa nama.
Aku mengangguk lalu menerima daftar itu karena namanya hanya dua puluh, tidak termasuk dengan ibu ratu. Kupikir daftar itu akan memiliki seratus lebih nama dan juga dengan permintaan-permintaan yang aneh tapi ternyata tidak dan itu membuatku sedikit lega.
"Tapi ada satu masalah Naruto", aku menatapnya, "ada apa?", "Keluargamu, ada ritual yang harus dilakukan ayahmu untuk menunjukkan bahwa dia setuju untuk memberikan putranya kepada keluarga kami".
Aku mengangguk lalu menghela nafas, "Aku dan keluargaku tidak berhubungan baik, terutama aku dan ayahku".
"Kamu harus memikirkan sesuatu Naruto, ini merupakan ritual yang penting".
Aku menghela nafas sekali lagi memikirkan apa yang dia katakan, lalu tiba-tiba sebuah nama muncul di pikiranku, Jiraiya, kakekku. "Aku punya satu orang yang bisa kutanyakan", Shizune mengangguk, "aku harap dia bisa datang dipernikahanmu".
Aku mengeluarkan ponselku dan mencari kontak kakekku. Aku tidak dapat mengingat dengan tepat kapan terakhir kali aku melihat atau berbicara dengan kakekku.
Aku pikir mungkin saat aku berusia sekitar delapan atau sembilan tahun, intinya itu sudah lama sekali. Kakekku berhenti datang ke rumahku setelah dia dan nenek bercerai, sejujurnya aku bahkan tidak tahu alasan perceraian mereka.
Telepon berdering tiga kali sebelum dia mengangkatnya. "Halo", suaranya terdengar lebih dalam dari yang kuingat.
"Halo kakek", "cucu?", Dia bertanya suaranya terdengar sedikit emosional, rasa bersalah tumbuh di dalam diriku. "maaf kakek aku tidak pernah menghubungimu, aku sangat sibuk dengan pekerjaan sebelumnya".
"Siapa yang menelepon?" Suara seorang pria yang tidak kukenal bertanya. "Naruto, cucuku", jawab kakek. "Oh, Naruto kecil", lelaki itu terkekeh, tawanya lembut.
Mereka sepertinya telah melupakanku karena mereka tenggelam dalam percakapan mereka sendiri. "Kakek, apakah kamu melupakanku?", aku mulai cemberut.
"Oh, maaf Naruto, jadi mari kita langsung ke intinya, apakah ada sesuatu yang terjadi, mengapa tiba-tiba menelepon?" . "Aku butuh bantuan kakek", "ada apa?", "Bisakah kakek menggantikan ayahku di upacara pernikahanku? Aku ingin kakek mendampingiku saat pernikahanku".
"Kamu akan menikah?", Tanyanya terdengar sedikit terkejut, "ya kakek". "Mengapa kamu membutuhkanku untuk mendampingimu, bukankah pengantin wanita yang perlu didampingi?", "kakek, aku adalah pengantin wanita".
Beberapa saat kakek hanya diam saja, tepat ketika aku pikir dia akan menutup teleponku, dia tertawa. "Kenapa kakek tertawa?", tanyaku terdengar khawatir, berpikir bahwa berita yang baru saja kusampaikan padanya membuatnya gila.
"Lucu, bagaimana anakku sendiri mengusirku keluar dari hidupmu agar kamu tidak melihat apa yang dia sebut sebagai 'penyakit gay' dan sekarang lihatlah apa yang terjadi".
Kata-katanya membuatku sadar, kakekku gay, aku bukan satu-satunya sehingga perasaan bahagia menguasaiku.
"Jadi, apakah kakek akan datang?", "Aku tidak akan melewatkan pernikahan cucuku. Aku akan membawa serta keluargaku, suamiku dan juga putra kami Nagato". "Terimakasih banyak kakek" Setelahnya aku menutup telepon dan melihat Shizune, "keluargaku akan datang".
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bride
FanfictionNaruto membutuhkan suasana baru untuk sementara waktu, bekerja di perusahaan membuatnya sangat lelah. Dia memutuskan bahwa ia membutuhkan liburan jadi dia pergi liburan dan tujuannya adalah HimaZulu sebuah pedalaman yang menawarkan pemandangan alam...