PERNYATAAN CINTA
Nadia membulatkan matanya, ketika melihat darah mengucur pada telapak tangan pria itu.
Dia terkejut dan beringsut turun dari tempat tidur, meraih tangan Max."Apa yang kamu lakukan? Tanganmu berdarah." Nadia meraih tangannya, dan melihat luka yang menganga akibat pecahan kaca dari gelas.
"Biarkan saja luka ini. Ini hukuman untuk ku karena membuatmu terluka." Max mengibaskan tangannya, lalu mengambil pecahan kaca yang berserakan di lantai, namun Nadia meraihnya tangan nya segera
"Bodoh! Kau ingin terlihat cacat? Diamlah, biarkan aku mengobati luka ini." Ucap nya, seraya menuntun pria itu untuk duduk di sofa.
"Bukankah kamu sangat marah karena aku selalu melukaimu?" Tanya Max, dia menatap ke arah Nadia, namun wanita itu fokus pada luka di tangan nya. Wanita itu sibuk membersihkan darah yang terus mengucur.
"Diamlah, jangan bicara lagi." Protes Nadia, dia mengambil kotak P3K di laci lemari, setelah itu menuangkan cairan anti septik di atas luka tersebut. Max mendesis merasakan perih pada lukanya.
"Apa sangat sakit?" Tanyanya dengan lembut, dia meniupi lukanya, setelah itu membalutnya dengan kasa.
"Selesai!" Ucapnya.
Dia mengemasi kotak P3K tersebut, namun Max menghentikan nya. Nadia menatap ke arahnya.
"Duduklah!" Ucap Max, seraya menepuk sofa di sebelahnya.
Nadia mengkerutkan dahinya.
"Aku ingin membersihkan pecahan kaca dulu, jika terinjak akan membuat luka lagi." Sela Nadia, dia berdiri dan memalingkan tubuhnya.
"Apa permintaanku ini begitu berat untuk kau turuti?" Tanya Max.
"Itu bukan sebuah permintaan, tapi sebuah perintah. Dan aku tidak suka jika di perintah-perintah." Jawab Nadia tanpa menoleh ke arahnya.
Max berdiri hendak mengejarnya namun dia malah berpura-pura kesakitan.
"Aww, iiishhh." Desisnya menahan sakit pada telapak tangannya.
Nadia segera menoleh dan berlari kecil ke arahnya.
"Kenapa kamu tidak diam saja sih, duduk dengan baik di sini apa susahnya. Apa kamu ingin merepotkan ku terus?" Protes Nadia, dia menarik pria itu, dan menyuruhnya kembali duduk di sofa.
Nadia meniupi kembali telapak tangan pria itu, sedangkan pria itu tersenyum kecil ke arahnya.
"Dia begitu perhatian saat aku lemah, apa aku harus berpura-pura seperti ini terus untuk mendapatkan perhatian darinya." Batin Max seraya tersenyum.
Nadia duduk di sampingnya, masih memegangi tangan Max dan meniupinya.
"Hooaammm." Wanita itu menguap. Tentu saja dia sangat mengantuk, jam di dinding sudah menunjukan pukul 2 dini hari.
"Max, pergilah ke kamarmu, ini sudah jam 2 malam, apa kamu tidak mengantuk?" Menoleh ke arah pria itu, ternyata pria itu sudah memejamkan matanya, nafasnya terdengar teratur. Kepalanya bersandar pada sandaran sofa.
"Ah pria ini, jika mengantuk sedari tadi kenapa harus menahannya dan sekarang malah tidur di sini." Rutuknya, wanita itu berdiri lalu secara perlahan mengangkat kepala Max dan membaringkannya di atas sofa, dan menyelimuti nya dengan selimut.
"Hoooaammm." Lagi-lagi menguap, dia naik ke atas tempat tidur, menaikkan selimutnya hingga menutupi dadanya.
"Biarkan dulu saja lah, besok pagi saja di bersihkan nya." Menoleh ke arah pecahan kaca yang masih berceceran di lantai. Dia sangat mengantuk sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak 2 cinta
RomantiekMengandung adegan 21+ "Hmmm, tidak Max, jangan lakukan ini, aku, ah, aku sudah menikah, ini, ini tidak lah benar. Ah, Max, jangan, tolong hentikan, aku mohon." Nadia memberontak ketika pria yang lebih muda dari nya mencoba untuk melakukan hal terlar...