AKU TIDAK MENGERTI
Nadia mulai menenangkan diri nya, mengusap air mata yang membasahi pipinya, duduk di tepian tempat tidur, seluruh badannya terasa pegal-pegal, mungkin karena berhari-hari dia terbaring. Dia melihat bekas jarum infus di tangannya. Ketika hendak berdiri dia sedikit terhuyung, tangannya berpegangan di ujung nakas dekat tempat tidurnya.
"Ah. Kepalaku masih saja sakit seperti ini." Ucap nya lirih, mencoba menyeimbangkan tubuhnya dan mencoba untuk tegak berdiri.
"Nona!" Seru seorang wanita paruh baya tadi, dari ambang pintu.
"Nona, mau kemana? Tetaplah di tempat tidur, jika tuan muda tahu_" Ucapannya terhenti ketika Nadia melambaikan tangannya, menghentikan ucapan wanita itu.
"Tidak usah menyebutkan nama dia di hadapan ku." Nadia memegang kepalanya, rasanya masih berdenyut, dia tetap mencoba melangkah, namun sayang dia tidak mampu menahan tubuhnya yang sangat lemas akibat tekanan berat dari kepalanya.
"Brukk." Nadia jatuh terduduk di atas lantai.
"Nona." Teriak bibi pelayan yang langsung menghambur ke arahnya.
"Mari saya bantu kembali ke tempat tidur." Ucap si bibi, mengangkat tubuh Nadia, memapahnya kembali ke tempat tidur, dan memberikan air minum padanya.
"Terimakasih." Ucap Nadia seraya meneguk air minum itu.
"Nona, saya mohon, jika tuan muda tahu nona seperti ini, dia akan sangat marah pada saya, Tuan muda berpesan, untuk menjaga anda selama Tuan tidak di rumah, Tuan tidak akan dapat istirahat dengan benar lagi jika nona kembali tidak sadarkan diri." Tutur si bibi, dia mengingat bagaimana saat Max berhari-hari merawat wanita itu, semua pekerjaan nya pun terbengkalai hanya demi wanita itu.
Nadia diam tanpa kata, hatinya masih membeku menghiraukan ucapan dari asisten rumah tangga itu. Tapi ada sedikit rasa penasaran dengan apa yang bibi itu katakan padanya.
"Bi, apa yang terjadi saat aku tidak sadarkan diri?" Tanya Nadia dengan rasa ragu. Sebenarnya dia tak peduli dengan pria itu, tapi dia penasaran apa yang terjadi.
"Anda di bawa ke rumah ini dalam keadaan masih tidak sadarkan diri, Tuan muda menyiapkan semua alat medis ini khusus di bawa dari rumah sakit, tuan ingin memberikan kenyamanan untuk anda, nona. Tapi tuan muda sendiri mengabaikan kesehatan nya sendiri, bahkan mengabaikan semua pekerjaan nya. Tuan selalu menemani anda di sini setiap malam." Ucap Bibi pelayan dengan suara yang berat.
"Menemaniku setiap malam?" Nadia mengernyit kan dahinya.
"Iya nona, berharap anda cepat sadar. Tuan selalu tidur di atas sofa, namun dia tidak pernah tidur dengan nyenyak. Sesekali tuan terbangun dan menghampiri anda, menitikkan air mata ketika menatap wajah anda. Setelah itu dia akan pergi ke ruang kerja, bekerja hingga pagi. Selain itu juga, tuan selalu melewatkan jam makannya, saya takut tuan muda pun akan sakit. Tuan selalu terlihat gelisah setiap hari, Nona." Tutur si Bibi pelayan berbicara dengan gemetar, seharusnya tidak berbicara banyak, tapi karena melihat sikap dingin dari Nadia untuk tuan mudanya, dia terpaksa mengatakan semua itu.
"Sekarang, setelah Nona sudah sadar, dan melihat nona baik-baik saja, saya melihat raut wajah tuan muda nampak begitu bahagia. Tapi, beberapa saat yang lalu, ketika tuan keluar dari sini, wajah tuan menjadi muram kembali, nona, saya mohon untuk menjaga perasaan tuan muda kami, saya memang tidak tahu dengan apa yang terjadi antara nona dan tuan, tapi saya tidak tega melihat wajah murung tuan."
"Saya mohon, Nona Nadia setidaknya menjaga kesehatan nona sendiri, agar tuan muda pun dapat menjalani hari-harinya dengan baik."
"Saya sudah mengabdi di keluarga Abiputra sudah puluhan tahun, dan saya lah yang mengurus tuan muda Ardana sejak kecil hingga sekarang, saya tidak ingin melihat tuan muda bersedih atau terluka, nona." Ucap bibi pelayan panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak 2 cinta
RomansaMengandung adegan 21+ "Hmmm, tidak Max, jangan lakukan ini, aku, ah, aku sudah menikah, ini, ini tidak lah benar. Ah, Max, jangan, tolong hentikan, aku mohon." Nadia memberontak ketika pria yang lebih muda dari nya mencoba untuk melakukan hal terlar...