21|| Pingsan

51 11 0
                                    

Happy reading')
.
.
.

'Terlalu mengejutkan, sampai buat jantungan, dan berakhir pingsan'

***

"Gimana?"

"Maaf, nona, aksesnya sangat ketat, bahkan kami sampai mengerahkan hacker paling handal disini. Namun, tetap saja tidak bisa, sepertinya dia bukan gadis biasa, nona."

"Gue nggak mau tau! Kalian harus cari informasi tentang cewek itu, gimana pun caranya."

"Baik, kami usahakan, nona."

Di dalam kamar bernuansa putih klasik itu sosok gadis menyeringai, ia tak akan membiarkan miliknya diambil. Tidak akan!

***

Di kediaman Mahda sore ini sangat ramai karena cowok itu sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Ya, walaupun dengan sedikit memaksa dengan alasan 'bosan'.

Kini teman-teman Mahda sedang berkumpul di ruang tengah, juga ada Raffa disana. Cilla? Gadis itu tak terlihat sedari tadi. Padahal hari sudah menjelang petang, tapi gadis itu belum pulang. Kendati itu bukan masalah besar untuk Mahda, toh, disini sudah ada Anin yang bersamanya.

"Anjir ya, cuma Mahda seorang yang bisa buat Anin madol kelas. Gila-gila, pelet apa lo, Da?" celetuk Zidan di tengah keributan yang ditimbulkan teman-teman Raffa.

Jika ditanya mengapa mereka ada disini, jawabannya adalah 'makanan gratis' Raffa sama sekali tidak mengundang mereka, namun tiba-tiba saja mereka datang dengan tidak tau malunya langsung menyambar kue-kue yang disediakan oleh Anin.

"Astaghfirullah, Mahda bukan orang sesat kayak lu, nyet." balas Imam pedas yang disambut gelak tawa yang lain.

Suasana begitu riuh. Namun, Raffa sedari tadi diam dengan mata tajam yang terus menatap satu orang yang juga nampak gelisah ditempat.

'Si anjing' batin Raffa geram sambil terus menatap objek tersebut.

Sedang orang tersebut mengalihkan pandangnya kesana-kemari guna menghindari tatapan tajam milik Raffa.

"Mau kemana, bang?" tanya Mahda yang melihat Raffa hendak beranjak pergi.

Raffa menoleh, "pergi. Panas, ada setan." jawabnya sambil melirik orang yang jadi perhatiannya saat mengucap 'setan'.

Kening Mahda berkerut, kemudian melempar pandangan tanya pada teman-teman Raffa, namun hanya dibalas gidikan bahu tanda tak tahu.

"Biarin, lah." gumam Mahda santai.

Mereka pun melanjutkan acara sore itu dengan tawa. Jangan lupakan satu orang di antara mereka yang bernafas lega ketika Raffa pergi.

***

"Emang kenapa sih, bang? Cilla mau pulang, bau asem belum mandi." Cilla merengek di seberang telpon.

"Nurut sama abang, Cill," ujar Raffa dengan nada serius membuat Cilla menghela nafas.

"Bisa kasih tau alasannya? Cilla nggak enak kalo terus-terusan di rumah Keyla, apalagi ini udah mau malem."

SATU SAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang