34|| Jadian?!

44 5 0
                                    

Happy reading')
.
.
.

'Tidak perlu janji, hanya bukti yang dicari. Lelaki yang dipegang ucapannya, lantas bagaimana tentang kamu yang masih suka mengingkarinya?'

***

Bugh

"Anjing!"

"Brengsek lo, ya!"

Mahda menatap Cavan yang wajahnya memerah karena emosi. Cavan itu susah dimengerti, apalagi untuk Mahda yang sulit memahami. Sebenarnya, apa yang bisa membuat Cavan se-emosi ini?

Karena dirinya yang sudah resmi jadi kekasih Anin?

Lalu, apa hubunganya dengan Cavan? Kenapa dia semarah ini? Apa alasannya?

"Lo kenapa, sih? Gue, kok, yang pacaran sama Anin, gue juga yang nanggung konsekuensinya nanti. Lo nggak perlu khawatir." ujar Mahda sambil menyeka darah di ujung bibirnya.

Keduanya sedang berada di gudang belakang sekolah. Mahda tidak tau apa-apa. Yang pasti, saat dia hendak menuju kelas selepas dari kantin untuk membelikan roti untuk Anin, tiba-tiba saja Cavan menyeretnya ke gudang dan langsung memukulinya.

"Lo brengsek, Da. Lo udah nikah! Tapi, lo masih bisa ngomong 'jangan khawatir' setelah mainin banyak hati." Cavan berdesis. Dadanya bergemuruh tak terima saat tau kabar bahwa Mahda dan Anin sudah resmi menjadi sepasang kekasih.

Mahda terkekeh, "suka lo, sama Anin?"

***

Flashback

"Mahda!"

Langkah Mahda yang baru saja hendak memasuki kelas terhenti kala mendengar suara Anin yang memanggil namanya.

"Baru berangkat?" tanya Mahda basa-basi.

Anin mengangguk, "em, Da, aku mau ngomong."

Mahda menyernyit, "ngomong aja, Nin."

Mahda bisa melihat Anin menatap sekitar yang mulai ramai oleh siswa-siswi yang baru berdatangan.

Seakan mengerti, Mahda menarik Anin ke taman belakang sekolah.

Sesampainya di sana, mereka mengambil duduk di kursi panjang bawah pohon.

"Mau ngomong apa, sih, sampe harus sepi-sepi gini?" tanya Mahda heran.

Anin memilin jarinya gugup, ia gelisah. Apa harus mengatakannya sekarang?

"Tapi, kamu janji jangan ngejauh setelah aku bilang ini sama kamu. Jangan marah juga." pinta Anin.

"Iya, apa dulu?" Mahda semakin dibuat penasaran dengan apa yang akan dibicarakan Anin kepadanya sampai harus menepi seperti ini.

"A-aku suka sama kamu, Da."

***

Bolehkah Mahda egois? Mahda begitu bahagia saat tau perasaan yang dipendamnya selama ini terbalaskan. Ia sejenak lupa caranya melunturkan senyum, lupa bagaimana rasa sakit di bibirnya akibat ulah Cavan, dan ia juga lupa ... akan komitmennya di hari lalu.

SATU SAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang