5|| Apa ini?!

68 14 4
                                    

Happy reading')
.
.
.
.
.


'Kehendak yang didesak, tentu saja menyisakan sesak. Berujung terbawa suasana dan mengambil keputusan mutlak, tanpa tahu akibatnya kelak'

***

"Parah, komuknya bikin ngakak!" Cilla terus-terusan memegangi perutnya yang kram, karena terlalu lama tertawa.

Saat ini kakak-beradik itu tengah mampir di salah satu caffe yang menyediakan menu seafood untuk makan siang. Sebenarnya, tidak bisa dibilang makan siang juga, karena waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang.

Tapi, karena Raffa yang ingin memperkenalkan Cilla pada teman-temannya, sekaligus menuruti keinginan gadis itu yang katanya belum makan siang, jadilah mereka disini.

Caffe ini tidak terlalu membosankan. Bahkan, design interiornya dibuat sesuai selera anak muda. Fasilitasnya juga lengkap, seperti wifi, stage untuk foto, dan jangan lupakan menunya yang unik-unik.

Namun, sedari tadi keduanya belum berhenti menertawakan kejadian dimana Mega dipermalukan. Raut wajah gadis itu menjadi lelucon tersendiri untuk Raffa dan Cilla. Benar-benar kakak beradik laknat!

"Bisa-bisanya," Raffa menimpali, tetap dengan terbahak. Hingga keduanya menjadi pusat perhatian disitu.

Cilla yang menyadari itu, cepat-cepat meredakan tawanya. Berdeham dan mengatur nafas adalah yang dilakukan gadis itu.

"Sttt, malu, bang." tegur Cilla setengah berbisik. Raffa cepat-cepat berdeham, mengatasi rasa malu. Aduh, bukan apa, Raffa ini kan terkenal sebagai coolboy yang tegas dan berwibawa. Apa kata orang nantinya kalau melihat ia bertingkah konyol seperti tadi.

Ia yakin saat tertawa tadi ekspresinya sangat tidak elit. Ish, Raffa menyesali itu. Tapi ... ya, bagaimana lagi? Wajah Mega masih terngiang di benaknya. Membuatnya tak kuasa menahan tawa.

"Lo sih, Cill, pake segala ketawa. 'Kan gue ketularan,"

"Kok gue bang? Yang punya ide siapa?"

"Ya gue, sih. Tapi, gue puas liat ekspresi si Mega tadi." ujar Raffa sambil terkekeh.

"Bener. Gue ilfeel  banget sama dia,"

"Lo kenal dia?"

"Di sekolah itu, gak ada yang gak kenal Mega Lestari. Dia itu tukang bully, temen gue korbannya. Denger ceritanya aja udah greget, apalagi kalo liat langsung, gue tampol tuh muka."

Raffa terkekeh sambil mengacak pelan rambut Cilla. "Sadis bener, lo."

"Oh iya, bang, lo pacarnya dia?"

"Amit-amit jabang bayik naudzubillah mindzalik"

"Lah, tadi dia bilang dia cewek lo?"

"Ceritanya panjang. Intinya, gue pernah nembak dia sebagai dare dari temen-temen gue. Pas putus, dianya gak terima. Sabodo teuing."

Cilla geleng-geleng kepala. Abangnya yang satu ini benar-benar minim akhlak.

Tak lama, pesanan Cilla pun datang. Gadis itu memesan rice bowl cumi lada hitam, dengan pelengkap milkshake rasa coklat. Sedangkan Raffa, cowok itu hanya memesan green tea latte.

"Lo bener gak mau makan, bang?"

Raffa menggeleng, "nggak, lo aja." Tangannya mengacak gemas rambut adiknya. Cilla pun tak terganggu oleh itu, dan memilih menyantap makanannya. Sudah biasa.

SATU SAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang