28 || Pengalihan

49 10 0
                                    

Aku sakit, gak bisa nulis banyak-banyak. Enjoy ya, walau cuma sedikit.

Happy reading')
.
.
.

'Sebenarnya, peduli atau tidak?'

***

"Mau kemana?"

Pertanyaan itu menghentikan Cilla yang sedang menyiapkan barang bawaannya ke dalam tas. Gadis itu menoleh pada Mahda yang sibuk menggosok rambutnya yang basah dengan handuk. Cowok itu baru mandi.

"Nonton Bang Raffa tanding, ikut yuk." ajak Cilla sambil melanjutkan kegiatannya.

Mahda mengangguk paham, ia hampir lupa ucapan Raffa kemarin. Cowok itu duduk di tepian ranjang dengan tangannya tak berhenti menggosok rambut miliknya.

Cilla berdecak, "biar gue aja, sini." Tanpa menunggu jawaban Mahda Cilla mengambil alih handuk itu.

Kini posisinya Mahda yang tengah duduk di tepi ranjang, Cilla berada di belakangnya tetap berdiri.

"Mah, alesan lo--"

"Bisa jangan panggil gue mah, nggak?" sela Mahda kesal.

Dikira dia Mamah-nya, apa?

Cilla menyengir, "panggilan kesayangan, Da." ujar Cilla mengikuti gaya bicara Mahda beberapa waktu lalu.

"Ya, nggak gitu juga." sinis Mahda yang kini atensinya teralihkan pada ponsel di genggamannya.

"Suka-suka, lah." acuh Cilla, "oh iya, alesan lo mau ngenalin gue ke temen lo, itu apa?" tanya gadis itu penasaran.

Tentu saja penasaran. Sebelumnya, Mahda yang begitu ngotot ingin menyembunyikan status mereka, lalu sekarang? Ya, walaupun dikenalkan hanya sebagai Adik, tapi itu sebuah kemajuan, kan?

"Biar nggak khawatir kalo pergi-pergi keluar sama lo. Biar nggak banyak pertanyaan."

"Dih? Emang gue mau pergi-pergi sama lo?"

Mahda memutar bola matanya malas, "seandainya, Aurora." katanya penuh penekanan.

Senyum mengejek yang tadi menghiasi wajah Cilla, kini luntur seiring sapuan tangannya pada rambut Mahda yang terhenti.

Mahda menoleh, menemukan Cilla yang menatap kosong ke arahnya, "kenapa?"

"Bisa lo ganti panggilan itu?" ujar Cilla lirih.

Alis Mahda menukik heran, "kenapa, sih? Panggilan kesayangan." ujar Mahda menggoda Cilla. Belum menyadari kondisi Cilla saat ia menyebut panggilan itu.

"Gue nggak suka!" sentak Cilla tiba-tiba.

Terkaget, Mahda langsung memegang tangan Cilla. Ia giring gadis itu untuk duduk di sebelahnya.

"Kenapa? Gue salah dimana? Coba bilang baik-baik." ucap Mahda lembut.

"Gue nggak suka." Jawaban singkat itu mengakhiri perbincangan kali ini.

Cilla mengambil tas-nya di nakas lalu bergegas pergi dari sana, meninggalkan Mahda yang masih heran dengan sikapnya.

Meraih jaket yang tergeletak di atas kasur, Mahda langsung saja menyusul Cilla.

Hari minggu ini keduanya berencana menonton pertandingan Raffa. Dengan berbagai alasan Mahda untuk meliburkan les minggu ini.

Sunyi. Itulah yang terasa dalam mobil mewah milik Mahda itu.

Cilla yang mood-nya terlanjur hancur, juga Mahda yang tidak terlalu peduli akan keadaan gadis di sampingnya itu.

Di dekat gang sempit, mobil Role Royce berwarna hitam milik Mahda--hadiah ulang tahun dari Jeff 2 tahun lalu itu berhenti.

SATU SAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang