Ekstra Part

1K 52 16
                                    

Axel teringat oleh Lea. Ia segera bergegas mengambil kunci mobil dan menuju rumah Lea. Tanpa diberitahu pun semua tamu undangan membubarkan diri. Axel menyetir mobil dengan kecepatan penuh. Ia menyesal mengatakan kata-kata yang tentu saja menyakiti gadis tak bersalah itu. Ketika sampai di rumah Lea, Axel segera memencet bel dengan tergesa-gesa. Seseorang membuka pintu tersebut. Namun, yang keluar hanyalah seorang pembantu.

"Bi, Lea dimana?" tanya Axel tanpa basa-basi.

"Lho Aden nggak tau ya. Baru saja non Lea dan sekeluarga berangkat ke bandara. Pas non Lea nangis dari pulang pesta, mereka memutuskan untuk berangkat."

Axel segera meninggalkan pembantu tersebut tanpa pamitan. Axel menyetir mobil dengan pikiran yang tertuju pada Lea. Bahkan dirinya sempat beberapa kali menyerempet kendaraan yang lewat. Namun, Axel tak menghiraukannya. Yang terpenting baginya adalah bertemu dengan Lea.

Di lain sisi Lea sedang menunggu Abangnya yang mengambil makanan. Lea diam dan melamun. Dia belum rela jika harus meninggalkan daerah kelahirannya itu. Namun, mau bagaimana lagi? Seseorang mengharuskan dirinya pergi. Tak beberapa lama terdapat panggilan bahwa pesawat yang Lea tumpangi akan segera berangkat. Namun,teriakan seseorang menghentikan langkahnya.

"Lea tunggu!" Lea berhenti di tempatnya. Dia mencoba berpikir bahwa itu hanya salah dengar. Namun ketika melanjutkan langkahnya suara itu semakin keras. Leo yang memegang tangan Lea pun ikut berhenti.

"Ayo, Le," ajak Leo menuntuk kembali tangan Lea. Namun, tangan seseorang mencekal tangannya.

"Lea gue minta maaf." Suara itu, suara yang beberapa jam lalu mengeluarkan lontaran-lontaran kalimat yang menyakitkan. Kini suara itu mencoba menghentikannya.

"Maaf buat apa Xel?" tanya Lea mencoba menahan rasa sesak yang kembali hadir di dadanya.

"Gue udah tau semuanya. Yang bunuh Mamah itu Keysa bukan lo," ujar Axel. Tanpa permisi Leo melayangkan pukulannya ke arah Axel.

"Masih punya muka lo hah!" teriak Leo tersulut emosi kala mengingat bagaiman Axel mempermalukan Adiknya itu.

"Pukul gue! Pukul sepuasnya! Tapi beri gue kesempatan buat ngomong sama Lea," pinta Axel pada Leo. Leo pun membuang mukanya muak. Namun, tak urung Leo pergi untuk memberi keduanya privasi.

"Le, maafin gue." Leo memegang tangan Lea.

"Tau nggak, Xel. Dua tahun gue cuma bisa lihat dunia gelap. Gue nggak salah tapi lo tuduh. Gue setia tapi lo nggak percaya. Coba aja ya kalau gue nggak kenal lo, pasti gue udah duduk di bangku kuliah. Bukan jadi orang nggak berguna kaya gini." Perkataan Lea membuat hati Axel tertusuk. Ini memang salahnya, kenapa Ia tak mencari tau terlebih dahulu dan malam menuduh Lea. Namun, apa yang bisa dilakukannya? Hanya menyesal. Axel bersujud di bawah kaki Lea.

"Maafin gue Lea. Maaf. Maaf." Axel terus mengatakan kata maaf berulang kali.

"Bangun, Xel," perintah Lea. Axel pun bangun dan memeluk Lea. Namun, Lea diam tak membalas pelukan Axel. Mampukah dirinya memaafkan kesalahan Axel? Ketika Axel sudah memberinya banyak luka.

"Gue maafin lo, Xel. Tapi gue harus pergi. Gue nggak bisa disini," ujar Lea dengan melepas pelukan Axel.

"Le, gue mohon maafin gue. Gue bakal tebus semua kesalahan gue," pinta Axel tak dihiraukan Lea.

Lea memanggil Leo untuk menuntunnya menuju pesawat. Axel pun terduduk bersimpuh menyesali semuanya. Cuaca yang mendung seakan mengerti kata hati Axel. Leanya kini telah pergi karena dirinya. Hujan deras mulai mengguyurnya. Namun, Axel tak ada niatan untuk beranjak dari tempatnya. Dirinya sedikit heran karena air hujan tak membasahi tubuhnya lagi. Dengan cepat Axel mendongak. Dilihatnya wanita cantik yang dia tangisi membawa payung.

"Le-Lea?" tanyanya memastikan bahwa dia sedang tidam bermimpi. Lea membalasnya hanya dengan tersenyum.

"Ba-bagaimana mungkin?" tanyanya bingung.

"Ya mungkinlah! Gara-gara drama sialan lo. Kita ketinggalan pesawat. Lagian mana mungkin Lea bisa lupain lo." Perkataan seseorang membuat Axel menoleh. Disana ada Leo yang berdiri dengan wajah kesalnya. Tanpa menghiraukan Leo, Axel segera mendekap tubuh Lea.

"Maaf Le maaf," gumamnya lagi. Lea pun mengelus pelan punggung Axel yang bergetar.

"Ini semua bukan salah lo," ujar Lea membalas pelukam Axel.

"Jadi lo mau nerima gue lagi?" tanya Axel yang dijawab anggukan oleh Lea.

"Jadi lo beneran mau mungut sampah?" Pertanyaan Lea mengingatkan Axel pada perkataannya beberapa jam lalu. Kini dirinya yang benar-benar menyesal telah mengatakan hal tersebut.

"Kisah kita rumit ya. Banyak masalah," ujar Lea masih dengan memeluk Axel.

"Cinta kita jangan sepertu hukum Gossen 1 diamana jika konsumsi suatu barang dilakukan terus-menerus, kenikmatan awalnya tinggi, namun semakin lama kenikmatan akan menurun sampai akhirnya mencapai batas kepuasan. Kalau cinta kita itu harus terus-menerus tanpa menurun." Perkataan Axel membuat Lea tersenyum. Setidaknya kini semua telah kembali walau dia masih belum bisa melihat.

"Andai aja Lia disini udah gue saingin drama kalian," uajr Leo kesal karena keberadaannya sama sekali tak dihiraukan oleh dua manusia itu.
"Kita carikan pendonor untuk kamu," ujar Axel pada Lea.

"Aku nggak mau. Kalau yang donorin aku adalah orang yang masih sehat. Karena aku tau gelapnya hidup tanpa melihat." Perkataan Lea membuat Axel kembali diliputi rasa salah.

"Maaf," gumamnya yang masih bisa di dengat Lea.

"Lupakan yang sudah berlalu dan sambut dengan yang baru," ujar Lea pada Axel. Axel merogoh saku celananya mengambil sesuatu. Dia membuka kotak bludru berisi dua cincin.

"Le,cincin ini memang cincin tunangan aku sama Keysa. Tapi percayalah saat membeli cincin ini yang ada di pikiran aku cuma kamu. Jadi will you be mine?" Axel berlutut di depan Lea. Walau Lea belum bisa melihat seperti apa bentuk cincin itu, tapi Lea mengangguk menyetujuinya. Axel pun memasangkan cincin itu di jari manis Lea. Lea pun melakukan hal yang sama dengan bantuan Axel.

"Terima kasih," ujar Axel. Mereka pun berpelukan. Hujan malam itu kini sudah berganti dengan malam cerah bertabur bintang. Malam itu menjadi saksi bisu kisah cinta yang pernah terputus. Kemudia terangkai lembali. Tak ada yang tau bagaiman takdir kita ke depan. Tapi percayalah jika kamu mau berusaha dan berdoa maka tak ayal semua bisa tercapai. Jika memang belum tercapai percayalah, takdir Tuhan lebih indah daripada kepahitan yang kau terima. Jika ingin bahagia kunci kita hanya ikhlas dan bersyukur.

Aku memutuskan untuk mempublish lagi extra part-nya🤣🤣 selamat membaca teman-teman❤️❤️ Jujur mungkin ini terlalu lama banget. Aku coba nulis lagi tapi selalu putus di tengah jalan 🙃

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sweet Couple Psychopath (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang